tulisan berjalan

SELAMAT DATANG di akun media sosial racketbadminton.blogspot.co.id

Sabtu, Februari 02, 2013

"Bulutangkis Indonesia Butuh Solusi, Bukan Musuh"

"Bulutangkis Indonesia Butuh Solusi, Bukan Musuh"( sp+ )

TAJAM dan gamblang. Begitulah gaya Lius Pongoh mengkritik PB PBSI. Bukan berusaha mendengar, bos PB PBSI malah emosi. Ada apa dengan PB PBSI?

Sejak memutuskan mundur dari PB PBSI pada Januari 2011, Lius tak lagi banyak bicara soal bulutangkis. Tapi, sekali bicara, ia langsung ke pokok pembahasan. Menukik dan tanpa tedeng aling-aling.

Semua unek-unek soal ketidakberesan di tubuh PB PBSI blak-blakan dibeberkan Lius saat dialog PBSI, legenda bulutangkis lintas generasi, mantan pengurus PBSI, dan Kemennegpora dalam talk show di Metro TV, Selasa (5/6) malam.
Lius bilang bukan mau cari musuh. Ia menegaskan semua demi mencari solusi atas kemunduran prestasi bulutangkis Indonesia.

Lius menyebut ada yang salah dengan PB PBSI. Atas dasar itu pula, ia memilih mengundurkan diri dari PB  PBSI.

Dalam surat pengunduran dirinya, Lius mengaku beberkan secara detail mengapa ia memilih mundur. Itu juga disertakan ajuan solusi atas permasalahan yang selama ini terjadi.

"Kalau biasanya orang cukup 1 lembar membuat surat pengunduran diri, saya butuh 2 lembar. Semua saya tulis di surat itu. Berulang kali saya mencoba mengingatkan Pak Djoko apa yang sebenarnya terjadi, tapi tetap tak didengar," cetus Lius kepada sportiplus.com.

Si Bola Karet, julukan Lius, menggubris soal tumpang tindih tugas yang sejak dulu menggerogoti kepengurusan PB PBSI. Secara langsung, ia menunjuk Fuad Basya (Kasubid Logistik) sebagai orang yang sering mencampuri bidang yang bukan wewenangnya dalam kasus ini.

Lalu, apa saja yang harus dibenahi dalam tubuh PB PBSI? Berikut petikan wawancara dengan Lius:

Menurut Anda, hal mendasar apa saja yang krusial di PB PBSI?
Yang mendasar adalah soal over lapping (tumpang tindih) tugas di PB PBSI. Soal manajerial, Kasubid yang mengurus logistik (Fuad Basya) berbicara soal prestasi. Saya memang blak-blakan.
Dulu zaman saya masih jadi Kabid Binpres, ia bukan pengurus, tapi ia bisa dimasukkan ke dalam rapat pengurus. Yang tidak berkewenangan seharusnya tidak perlu ikut campur. Itu saja sudah bikin kacau. Apalagi sekarang ia ada dalam kepengurusan. Bisa apa? Urus saja soal logistik.
Jangan campuri soal pembinaan prestasi. Sudah ada orang yang yang lebih ahli soal pembinaan prestasi, yaitu Binpres. Terbukti, Hadi Nasri tak tahan dan memutuskan keluar dari PB PBSI kan?

Bagaimana Anda menilai mundurnya Hadi Nasri dari PB PBSI?
Pak Djoko bilang Pak Hadi keluar dengan alasan anaknya sakit dan tidak bisa fokus dalam menjalankan tugas. Pak Hadi itu tertekan. Beliau cerita sama saya. Apa yang saya rasakan dulu saat jadi Kabid Binpres PBSI juga menimpa Pak Hadi.

Orang macam-macam tipenya. Kalau saya bisa ceplas-ceplos berbicara. Mungkin Pak Hadi tidak. Ia diam, bukan berarti tidak tahu apa-apa. Hanya saja tak berani berbicara, padahal ia juga sudah tidak nyaman di PB PBSI. Beda dengan saya yang bisa blak-blakan. Ini bukan berarti saya menantang.

Itu lagu lama PB PBSI. Pak Hadi seperti boneka. Siapa yang tahan? Menurut saya, Pak Hadi orang yang pantas ada di posisi Kabid Binpres. Ia punya pendidikan tinggi dan mengerti soal bulutangkis. Ia juga pernah jadi wakil Pak MF Siregar (alm). Artinya, ia tahu betul apa yang harus dilakukannya.

Bagaimana Anda melihat sosok pelatih asing (Li Mao) di pelatnas?
Sejak memilih ganti pelatih asing, buat saya rekrutmennya salah sejak awal. Pak Djoko malah menantang. Dalam waktu 3 bulan disuruh cetak prestasi emas di Olimpiade. Siapapun juga tidak mungkin bisa. Memang cetak prestasi itu seperti memasak mie instan? Li Mao bisa berbuat apa?

Soal donatur yang ada di belakang Li Mao, itu yang saya sebut tadi (M. Feriansyah). Ia itu siapa? ? Waktu itu dia belum jadi pengurus PB.PBSI sudah iktu campur, sekarang memang dia sudah jadi salah satu pengurus. Kenapa Pak Djoko tidak berani menegur anak buahnya yang suka ikut campur? Ada apa sebenarnya? Itu juga yang saya tidak tahu. Saya bukan mau cari musuh. Toh, saya juga tidak dapat apa-apa dari situ.

Dalam membentuk prestasi, apalagi berskala internasional, tidak hanya membutuhkan uang. Juga butuh komitmen, kenyamanan dalam menjalankan tugas, dan saling memiliki dalam tubuh kepengurusan.

Atas segala kritik pedas Anda, apa sesungguhnya motivasi Anda?
Tujuan kami (legenda bulutangkis nasional) bukan ingin meminta Pak Djoko turun. Kami justru kasihan dengan beliau. Kalau situasinya kondusif, semua pasti berjalan lancar. Kenapa sampai sekarang tidak mau berubah?

Saya tidak mau apa-apa. Diminta jadi pelatih atau pengurus pun saya tidak mau. Kami ini prihatin. Banyak orang yang tidak mengerti soal bulutangkis, tapi ikut berbicara soal pembinaan dan prestasi. Terpenting saat ini adalah bagaimana kita bersama-sama mencari solusi demi membangkitkan kembali prestasi bulutangkis Indonesia. Itu saja.

Saya kesannya paling berani, paling lantang. Toh, saya sudah coba memberitahu kepada Pak Djoko kalau ada yang tidak benar. Saya tahu Pak Djoko marah sama saya. Tapi, semua itu saya lakukan murni untuk kebangkitan prestasi, bukan untuk tujuan lain. Saya tidak cari musuh. Saya tidak cari apa-apa. Kalau tidak didengar, ya sudah. Nothing to lose saja. Saya juga tidak rugi.

Melihat semua hal aneh itu, apa yang harus segera dibenahi di PB PBSI?
PB PBSI harus segera membuat keadaan jadi lebih kondusif. Jangan bilang prestasi bulutangkis Indonesia tidak terpuruk. Saya punya semua data faktualnya. Pembicaraan tadi (dialog bersama PBSI, mantan pengurus, Kemennegpora) belum selesai. Belum ada solusi konkret. Kalau PB PBSI tidak mau berubah, prestasi juga sulit didapat. Kejayaan bulutangkis Indonesia pun tinggal sejarah masa lalu.

sumber
spotiplus.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagaimana pendapat kalian ?