Soal bulutangkis, India memang salah
satu jagonya. Kabarnya, olahraga yang juga dikenal dengan sebutan
badminton ini telah dikenal dunia sejak dua ribu tahun lalu, tapi asal
muasalnya ternyata berasal dari India. Tak heran, pada era 1980-an kita
mengenal pemain kaliber top dunia dari India seperti Arif Shaab,
Pulella Gopichand dan Prakash Padukone.
Prakash adalah legenda bulutangkis
dunia dari india. Ia pensiun dari arena pertandingan bulutangkis sejak
1981 dan kini mengelola akademi bulutangkis “Prakash Padukone.” Sosoknya
saat bertanding telah dikenal sangat dingin dan angker. Tak ayal lagi,
maestrao bulu tangkis kita Liem Swie King pernah merasakan keangkerannya
dan dibuat tak berdaya pada final kejuaraan All England 1980 dan
mengakui keunggulan Prakash yang menjuarai turnamen tersebut.
Kini, setelah 31 tahun kemudian
India telah memunculkan kembali bintang baru yaitu seorang wanita muda
kelahiran 17 Maret 1990, yaitu Saina Nehwal. Dia kini menjadi harapan
dan tumpuan India dalam dunia olahraga khususnya di cabang olahrga
bulutangkis.
Saina meraih medali perunggu dari
cabang bulutangkis tunggal putri pada Olimpiade London 2012 setelah
mengalahkan pebulutangkis gempal China, Wang xin. Meskipun Wang telah
unggul pada set pertama namun perlawanan Saina pada set pertama itu
sangat menguras stamina Wang. Dengan susah payah Wang menekuk Saina
dengan skor tipis 21-18 untuk kemenangan Wang.
Akan tetapi pada set ke dua dan pada
kedudukan 1-0 Wang memimpin, ia terpaksa mengundurkan diri dari arena
pertandingan karena cedera otot di lutunya. Dengan demikian Saina tak
perlu lagi meneruskan pertandingan dan ia secara otomatis dinobatkan
sebagai peraih medali perunggu untuk tunggal putri bulutangkis Olimpiade
London 2012.
Meskipun perolohan itu kesannya
seperti sebuah keberuntungan tidak berarti bahwa Saina memperolehnya
dengan sangat mudah. Gadis berusia 22 tahun ini telah dikenal dalam
dunia bulutangkis sejak 2003 ketika menjuarai kejuaraan tingkat SMP di
Cekoslowakia.
Sheina yang pernah dilatih oleh Atik
Jauhari pada 2008 sebenarnya juga memiliki titisan darah bakat
bulutangkis dari kedua orangtuanya Dr.Havir Singh Nehwal dan Ula Nehwal
yang merupakan pasangan pemain bulutangkis terkenal dari kota Hisar,
Provinsi Punjab pada masanya.
Setelah menjuarai kejuaraan dunia
tingkat SMP di Ceko pada 2003, ia pun malang melintang dalam dunia
bulutangkis dari satu kejuaraan ke kejuaraan yang lain. Ia tidak
terfokus pada persoalan peringkat dunia selain mengikuti kejuaraan demi
kejuaraan bergengsi dunia.
Apa resep wanita pemegang sabuk
coklat karate sejak usia 8 tahun ini dalam menempa dan meningkatkan
skill serta mentalnya? Apakah ia terlalu tinggi hati dan menghalalkan
segala cara untuk meraih ketenarannya seperti tragedi “delapan wanita
pendekar pengatur skor” dalam dunia bulutangkis Olimpiade London yang
menghebohkan daratan China dan Indonesia serta Korsel, baru-baru ini?
Ternyata tidak. Saina yang low
profil itu tidak melakukan hal-hal seperti itu meskipun dalam bertanding
menggunakan strategi membaca permainan lawan dan melumpuhkannya. Yang
dilakukan Saina sederhana saja, yaitu terus berlatih mengubah cara dan
gayangnya, misalnya dalam bentuk smesh, lob, overhand dan permainan net.
Tentu ia punya stamina yang kuat karena terus berlatih dan mengasah
kemampuannya.
Lihat profil tubuhnya yang tinggi
atletis. Dengan tinggi 165 cm dan berat 60 Kg Sheina sangat energik.
Tidak terlihat seperti atlet kekurangan gizi ketika berpeluh keringat
saat bertanding. Wajahnya juga tidak mencerminkan ketakuatan dan rasa
kekuatiran yang membelit hatinya karena “demam panggung.” Tidak ada juga
tekanan lainnya termasuk misi khusus aneka sponsor yang telah memberi
“gaji” padanya selama ini seperti Olympic Gold Quest, Deccan Chronical
dan The Ambassador Commonwelath 2010.
Demikian profil atlet bulutangkis
dunia di masa depan. Semoga Saina tidak lupa diri dan terpengaruh oleh
mafia yang sering merusak mental dan idiologi atlet. Bahkan diharapkan
Saina lah yang menentukan kebijakan untuk kerjasama iklan, sponsorhip
maupun syarat-syarat lainnya agar mentalnya tetap terjaga sepanjang ia
mampu berpetualang di dunia bulutangkis. Tidak mustahil pada Olimpiade
musim panas yang akan datang 2016 di Brazil, Saina akan jadi primadona
meraih medali emas.
Semoga di negeri kita masih ada
pelatih dan pengurus yang mampu menciptakan Saina-Saina yang lainnya
seperti Saina yang pernah kita miliki : Susi Susanti, Imelda Wiguna,
Ferawati Fajrin dan sebagainya. Mereka adalah srikandi seperti Saina
yang tak gentar melihat lawan sebelum bertanding bahkan saat bertanding
sekalipun.
salam Kompasiana
abanggeutanyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bagaimana pendapat kalian ?