tulisan berjalan

SELAMAT DATANG di akun media sosial racketbadminton.blogspot.co.id

Selasa, Desember 25, 2012

from bulutangkis.com for us



Happy Christmas

Happy Christmas - Segenap keluarga besar Bulutangkis.com mengucapkan Selamat Hari Natal, 25 Desember 2012 kepada teman-teman bulutangkis yang merayakannya. Semoga kehidupan kita dan keluarga selalu dipenuhi dengan cinta dan damai.

Senin, Desember 24, 2012

Minggu, Desember 23, 2012

Lima Langkah Menjadi Sang Juara

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam hidup, setiap orang ingin menjadi sang juara. Bukan sekadar soal menjadi lebih unggul daripada orang lain, namun ini soal cara meraih tujuan yang hendak dicapai.

Kita bisa belajar dari para atlet yang selalu berburu gelar juara berbekal semangat dan mental juara. Watak dan kepribadian atlet "sang juara" akan terlihat saat dia berjuang di medan laga. Motivator Putra Lengkong mengatakan seorang juara akan selalu memegang semangat ini.

"Setiap hari, di dalam hidup, saya mau memberikan yang terbaik dari hidup saya," katanya dalam seminar Sang Juara yang digelar mahasiswa Universitas Atmajaya, Rabu (12/9/2012) di Gedung Yustinus Lt.15, Jakarta.

Namun, ada hal-hal penting yang perlu disimak untuk bisa menjadi sang juara dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam studi Anda. Berikut ini langkah-langkah yang disebutkan oleh Putra.

1. Seorang juara selalu memiliki tujuan yang jelas

Putra mencontohkan sosok Florence Chadwick. Perempuan asal Amerika ini telah menetapkan tujuan yang jelas untuk menjadi perempuan pertama yang berhasil menyeberangi Selat Catalina dengan berenang. Setelah sempat menyeberangi selat Inggris, Florence sempat melawan kabut dan hiu dalam menempuh jarak renang sejauh 35 km, namun sayang kabut menghalanginya untuk menggapai pesisir Catalina. Dia pun gagal. Padahal saat itu, dia sudah mencapai jarak 33 km.

Pada tahun selanjutnya, Florence kembali menetapkan tujuannya menyeberangi Catalina. Dia menetapkan tujuan yang lebih jelas dengan sudah membayangkan melihat pesisir pulau tujuannya. Kabut yang menghadangnya pun tidak dapat membendung tujuannya. Dia berhasil.

2. Seorang juara berani membayar harga kenyamanan untuk sebuah kemajuan

Perenang Michael Phelps gusar saat wartawan mengatakan bahwa dirinya hanya beruntung saat meraih 8 medali emas pada Olimpiade 2008. Dia mengatakan prestasinya itu bukan keberuntungan, tetapi dicapai melalui kerja keras.

Saat kalian makan siang, Phelps sedang berlatih di dalam kolam renang. Saat berlibur dengan keluarga, dia juga tampak masih berlatih di sana. Saat orang lain berada dalam kenyamanan, Phelps telah menggadaikannya demi sebuah kerja keras untuk meraih kesuksesan.

3. Selalu lakukan hal yang di luar biasanya untuk berhasil

Michael Phelps mengatakan "Anda tak dapat menetapkan batasan pada apa pun" ketika ditanya tentang mencapai target kehidupan.

Kisah Vice President Citibank, Houtman Zainal Arif, juga menunjukkan karakter ini. Dia mengawali kariernya sebagai seorang office boy. Houtman selalu melakukan hal yang di luar biasanya dalam pekerjaannya, sehingga tugasnya yang hanya mengurusi kebersihan dapat diselesaikan bahkan lebih dari itu.

Dia juga mengurusi fotokopi di tahun 1960-an saat seorang office boy belum piawai melakukan tugas menggandakan data saat itu. Dia mau belajar usai menuntaskan pekerjaannya. Alhasil, dia dipercaya untuk bertugas sebagai penanggung jawab fotokopi kantor dan kembali melakukan hal yang di luar biasanya.

Usai menuntaskan pekerjaannya, dia membantu proses administrasi, seperti mengerjakan proses stempel dan hal-hal administrasi lainnya, sehingga pada satu kesempatan dia diangkat menjadi staf kantor hingga kemudian merintis karier sampai puncak sebagai vice president bank kelas dunia ini.

4. Apa yang anda fokuskan, itulah yang harus Anda dalami

Seorang juara akan fokus pada hal-hal yang membantu pencapaian impian mereka dan bukannya pada hal-hal yang menghambat pencapaian impian tersebut.Pada bagian ini, kita hanya perlu membuka diri untuk melihat kesempatan dengan lebih dalam dan lebih positif.

5. Untuk memiliki kupu-kupu di halaman dan rumah Anda, ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, dengan membawa jaring tetapi sedikit yang akan terjaring, sementara cara kedua adalah dengan membuat taman bunga sehingga kupu-kupu yang akan datang sendiri kepada Anda.

Seorang juara akan terus mengembangkan dirinya untuk memiliki cara dan kualitas yang banyak dicari oleh berbagai kalangan sehingga kesuksekan yang justru akan mendekatinya.

Jadi, Anda siap menjadi seorang juara?

Editor :
Caroline Damanik

(India GP Gold) Jenna/Dewi Melenggang ke Semifinal

12/21/2012
Oleh

(Jakarta, 21/12/2012) Tundukkan ganda putri Korea, pasangan Jenna Gozali/Komala Dewi akhirnya lolos ke babak empat besar turnamen India Open Grand Prix Gold 2012. Jenna/Dewi yang merupakan unggulan ketiga ini menang straight game atas Ko A Ra/Yoo Hae Won dengan skor 22-20, 21-14.
 
Sayangnya sukses Jenna/Dewi tak diikuti oleh rekannya Deariska Putri Medita/Khaeriah Rosmini yang dikalahkan Juara Dunia Junior dua kali asal Korea, Lee So Hee/Shin Seung Chan, 21-15, 21-12.
 
Sementara itu di nomor ganda campuran, pasangan unggulan kedua asal Indonesia, Fran Kurniawan/Shendy Puspa Irawati juga berhasil lolos ke babak semifinal. Fran/Shendy menggulingkan pasangan Thailand, Patiphat Chalardchaleam/Jongkonphan Kittiharakul, 21-15, 21-16.
 
Dua 'perang saudara' yang terjadi di ganda putra akhirnya dimenangkan oleh Yonathan Suryatama Dasuki/Hendra Aprida Gunawan dan Markus Fernaldi Gideon/Agrippina Prima Rahmanto Putera. Pasangan unggulan pertama Yonathan/Hendra mengalahkan Berry Angriawan/Yohanes Rendy Sugiarto lewat pertarungan sengit, 22-20, 15-21, 21-10. Sedangkan Markus/Agrippina lolos ke semifinal setelah menang atas Ricky Karanda Suwardi/Muhammad Ulinnuha, 21-14, 18-21, 21-12.
 
Dengan hasil ini maka Indonesia berpeluang untuk menciptakan all Indonesian final di nomor ganda putra.

Jumat, Desember 21, 2012

Susi Susanti : Sirnas Jadi Titik Awal Pencarian Bibit Prestasi Bulutangkis


JAKARTA, (PRLM).- Sirkuit Nasional (Sirnas) sebagai salah satu turnamen nasional yang menjadi titik awal pencarian bibit prestasi bulutangkis yang akan direkrut dalam pelatnas Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) dinilai belum maksimal mendongkrak kualitas pemain.
Hal itu yang dilihat oleh peraih emas pertama Indonesia di ajang Olimpiade Susi Susanti yang kini menjabat sebagai staf ahli Pembinaan dan Prestasi PB PBSI periode 2012-2016.

Menurut dia, kualitas Sirnas yang belum mempuni tidak menghasilkan atlet muda yang bisa bersaing terutama dengan para atlet pelatnas.
"Jika pemain mau direkrut, dia harus memiliki kualitas diatas para pemain pelatnas. Tapi ini, masih banyak juara Sirnas yang belum konsisten penampilannya. Saat mereka masuk pelatnas, mereka justru malah kalah bersaing," imbuhnya di Jakarta, akhir pekan lalu.

Karena itu, dirinya menilai bahwa sistem Sirnas harus diperbaiki. "Entah itu sistem seeded yang diperbaiki atau kelompok usia yang dipertandingkan ditambah. Kita akan cari formulasinya untuk memperbaiki kualitasnya agar bisa menghasilkan pemain yang sudah siap," ujarnya.

Perbaikan tersebut, nantinya akan dilakukan menunggu datangnya Kabid. Binpres PB PBSI Rexy Mainaky, yang saat ini masih menyelesaikan kontraknya dengan pihak federasi bulutangkis Filipina. Rexy yang menjadi pelatih kepala di sana, diharusnya mencari penggantinya terlebih dahulu sebelum dia kembali ke tanah air.

"Kita akan komunikasikan hal ini dengan Kabid Binpres dan Kabid Pengembangan (Basri Yusuf -Red.). Kira-kira bagaimana format dan sistem yang sesuai untuk Sirna ke depan. Sejauh ini, saya sudah memiliki banyak masukan, tapi kita akan bicarakan dahulu, mana masukan yang terbaik yang bisa diterapkan untuk pembinaan usia muda," imbuh Susi menambahkan.

Susi sendiri mengaku bahwa dirinya memfokuskan untuk pembinaan usia muda kedepannya. Pasalnya, muara dari pembinaan usia muda ini nanti, katanya adalah pencapaian hasil di Olimpiade Brazil 2016 mendatang.

"Kami sudah menyiapkan beberapa program jangka pendek, menengah, dan panjang yang nanti akan di sharring dengan Kabid. Binpres dan Kabid Pengembangan," tuturnya.

Untuk jangka pendek, pihaknya mengaku akan fokus pada pemain yang ada saat ini dengan lebih meningkatkan pada pemilihan turnamen yang sesuai dengan kondisi atletnya.

Lalu, jangka menengah adalah untuk transisi antara atlet muda ke level senior, dan jangka panjangnya adalah muaranya yakni hasil di Olimpiade Brazil 2016 mendatang.

Kamis, Desember 20, 2012

1 wakil dari matthew jaya lolos ke babak 8 besar deltamas open 2012

matthewjayaastec.Bulutangkis adalah salah satu olahraga yang hingga kini mampu menorehkan hasil yang memuaskan di pentas dunia.

Deltamas open 2012 diikuti hampir seluruh klub dari berbagai daerah , 2 wakil yang dikirim oleh matthew jaya yaitu jonathan dan jason chris alexander pada event ini.

jonathan yang di awal babak pertama mampu mengalahkan lawannya dengan mudah akan tetapi di set ke 2 dan ke 3 jonathan bermain kurang stabil sehingga harus terhenti di babak 32 besar , jason rekan satu klub mampu melaju hingga ke babak 8 besar di deltamas open 2012.

jason pun pada tahun ini mampu mengukir berbagai prestasi di antaranya juara 1 sinar dunia open , kejurkot pbsi tingkat jakarta barat dan lolos untuk mewakili team jakarta barat di ajang kejuaraan provinsi dki jakarta dengan membela jakarta barat.

dosakan kami yang sahabt

Sabtu, Desember 15, 2012

Pengurus Besar PBSI 2012 – 2016 Resmi Dilantik

Oleh PB.PBSI
 (Jakarta, 14/12/2012) Hari ini jajaran Pengurus Besar PBSI masa bakti 2012-2016 resmi dilantik oleh Tono Suratman, Ketua Umum KONI Pusat. Acara pelantikan berlangsung di Pelatnas Cipayung, Jakarta, sekitar pukul 09.00 WIB. Turut hadir dalam acara ini Rita Subowo, Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia.
Prosesi pelantikan diawali dengan pembukaan dan pemberian kata sambutan dari Tono. Pada kesempatan ini ia menyampaikan ucapan selamat atas dilantiknya kepengurusan baru dibawah pimpinan Gita Wirjawan ini.
“Seorang juara bukan ditemukan tapi diciptakan. Banyak faktor yang menentukan salah satunya adalah organisasi olahraga yang baik. Tiap harapan dan cita-cita tentunya perlu pengorbanan” kata Tono.
Kepengurusan baru yang akan mulai bekerja pada Januari 2013 mendatang. Hingga bulan Maret 2012, pengurus demisioner masih akan mendampingi pengurus baru pada masa transisi. Dua kejuaraan penting di awal tahun, Korea Superseries Premier dan Malaysia Superseries 2013 menjadi pekerjaan pertama bagi tim kepengurusan baru.
“Tugas sebagai Ketua Umum PBSI tidaklah ringan, sudah banyak pekerjaan rumah yang menunggu. Beberapa hal yang akan menjadi program kerja saya diantaranya adalah penerapan sport science dan penerapan sistem kompensasi atau insentif bagi atlet dan pelatih sesuai dengan prestasinya” ujar Gita.
Menteri Perdagangan ini menambahkan bahwa ia siap mengatur waktunya untuk PBSI disela-sela aktivitasnya sebagai menteri yang memiliki jadwal padat.
“Saya akan berada di PBSI selama saya dibutuhkan, kalau memang ada sesuatu yang mengharuskan saya tinggal hingga pukul dua pagi, akan saya lakukan” tambah Gita yang merupakan lulusan Harvard University ini.
Gita juga menjawab pertanyaan sejumlah media mengenai apakah dirinya siap mundur jika terbukti gagal memimpin PBSI. Sebagai induk organisasi olahraga, prestasi merupakan tolok ukur keberhasilan pembinaan.
“Bukan hanya di olahraga saja, di bidang lain pun, jika memang saya tidak bisa menjalankan tugas dan meraih target berupa prestasi, saya siap untuk mundur. Saya memang bukan ahli di bulu tangkis, tapi saya ahli dalam urusan manajemen. Inilah yang akan dipadukan dengan rekan-rekan di tim pengurus yang juga mantan pemain yang memang ahli di bulu tangkis” tambahnya.

Jumat, Desember 14, 2012

cerpet laskar matthew 1

Jakarta adalah kota metropolitan dimana segudang tantangan dan kerasnyahidup berada di ibukota ini , Matthew Jaya astec badminton school akan berbagi sharing , kegiatan anak anak atau kami sebut laskar matthew :

(asrama matthew jaya astec)jam weker sudah berdering tepat pukul 04.00 , sudah waktunya aku bangun untuk cuci muka dan gosok gigi , lalu menyantap makanan ringan dan minum susu bersama teman teman sebaya kuyang berada di asrama dan pelatih kami sudah menyiadakan segala kebutuhan kami di pagi hari..setiap paginya pelatih ku melakukan hal yang sama..setelah itu aku bergegas bersama teman teman ku berangkat dimana skill ku diasah yaitu di gor . kembangan dimana dulu senior senior ku berlatih di matthew.

04.20 aku sudah tiba dilapangan dan melakukan pemanasan , setelah itu aku melakukan jogging-jogging mengelilingi lapangan yang berada di dalam gor . kembangan , setelah itu aku melakukan shadow shadow ringan , lalu aku mulai melakukan latihan utama.

07.00 latihan yang diberikan oleh pelatih selesai , dan anak anak lain yang tidak diasrama mulai berdatangan , badan ku sudah terasa lelah tapi itu tidak mengurangi semangat ku untuk terus mengasah skill aku , cita cita ku ingin seperti susy susanti , akan tetapi aku tau semua itu membutuhkan banyak pengorbanan.

Latihan selesai pada pukul 11.00 , dan aku harus istirahat dan menyantap makan siang ku yang sudah dimasakkan oleh mami angkat ku yang berada di matthew jaya astec.

pukul 14.00 waktu latihan sudah dimulai hingga pukul 19.00 , aku memiliki cita cita yaitu menjadi juara dunia.

Aku ingin membahagiakan mama dan papa ku , karna akulah harapan mereka di sini , papa ku berkata andai aku malas berlatih disini , papa ku akan menarik aku pulang dan tidak ada bulutangkis lagi di kehidupan ku.

Pertama kalinya aku jauh dari orang tua , tetapi ini jalan hidup yang aku ambil yaitu bulutangkis.
latihan demi latihan aku jalani setiap harinya disini , setiap minggu pelatih ku mengajak refreshing untuk menghilangkan kejenuhan ku.

Pelatih ku memang galak akan tetapi aku mulai mengerti karna dia memiliki motivasi untuk aku dicetak sebagai juara disini.

turnamen pertama ku di matthew jaya , puji tuhan aku mampu menjadi kampium di kejuaraan ini , berkat kerja keras ku dan dukungan dari orang tua ku.

terima kasih papa dan mama serta pelatih ku di matthew jaya astec

serta om alan budikusuma dan tante susy susanti yang terus memberi support keada kami. 

Teman teman dukung kami yah  laskar matthew jaya
kami disini sedang berjuang untuk mengejar cita cita kami

curhatan kecil

 


Kamis, Desember 13, 2012

lilyana natsir part 2

Ambisi Lilyana untuk lebih memacu prestasi, kini dia arahkan sepenuhnya pada turnamen All England dan Olimpiade 2012 di London. Dia menyebut All England -- salah-satu turnamen bulutangkis tertua di dunia -- sebagai impian lama yang dia idamkan.
Karena, saat berpartner dengan Nova, (kami masuk) final sudah dua kali, semi final sudah dua atau tiga kali, katanya, bersemangat. Masa' saya nggak bisa juara...
Tapi yang terpenting di depan saya adalah Olimpiade 2012 di London, tandas Lilyana, yang sejak 2002 terpilih dan bergabung di pelatnas bulutangkis di Cipayung. Dalam Olimpiade 2008 di Beijing, Lilyana-Nova Widianto meraih perak, setelah ditaklukan ganda campuran Korsel, Lee Yongdae-Lee Hyojung.
Keberhasilan senior serta rekan-rekannya meraih emas pada ajang olahraga terbesar di dunia itu, pada tahun-tahun sebelumnya, juga menjadi motivasi tersendiri buat Lilyana.
Karena selama ini tradisi emas olimpiade itu selalu dari bulutangkis, dari jaman Susi Susanti (tunggal putri), (ganda putra) Rexi Mainaky-Ricky Subagya, (tunggal putra) Taufik Hidayat, dan terakhir (ganda putra) Markus Kido-Hendra Setiawan, paparnya.
Sejauh ini hanya sektor ganda campuran yang belum menyumbangkan emas olimpiade untuk Indonesia.
Mudah-mudahan dengan motivasi saya yang lebih, dengan terakhir juara Macau Open 2011, dan saya masuk nominasi (pemain terbaik 2011 versi Federasi Bulutangkis Dunia), ini tantangan buat saya, untuk tahun ada olimpiade, kasih medali emas untuk Indonesia.

 “Saya merasa, (prestasi saya) nggak dibilang menurun kok,” tegas Butet, ketika menanyakan sikap sebagian masyarakat Indonesia yang menganggap prestasi bulutangkis Indonesia sekarang tidak sebagus para pendahulunya. “Karena, dulu saya dan Nova, kasih banyak juara,” tandasnya. “(Dan) itu nggak gampang.”
Bahkan, saat mulai berpasangan dengan Ahmad Tontowi, pasangan ini sempat masuk rangking dua dunia. “Padahal, saya baru berpasangan setahun,” tegasnya, seraya menambahkan, raihan prestasi mereka terbilang luar biasa dalam waktu relatif pendek itu.
Dia kemudian menyebut beberapa turnamen internasional bergengsi yang mereka taklukkan, belakangan. “Itu satu prestasi yang nggak muda diraih seorang atlit,” tambahnya lagi.
Lagipula, menurutnya, setiap atlit telah berupaya semaksimal mungkin untuk meraih kemenangan tertinggi. Karena itulah

 Meskipun demikian, Lilyana mengaku bahwa pada masanya Indonesia pernah merajai bulutangkis dunia – sehingga kehadirannya selalu dielu-elukan masyarakat Indonesia.
Kita tidak pungkiri, senior-senior kita sangat berprestasi. Tapi sekarang ini, persaingan lebih ketat. Jadi, secara nggak sadar, (prestasi bulutangkis) sudah merata. Ujar Lilyana
“Sekarang ini, persaingan lebih ketat,” katanya, menganalisa. Dia mencontohkan, negara Polandia, yang dulu tidak masuk 'peta bulutangkis dunia', “kini sudah bagus.”
“Jadi, secara nggak sadar, (prestasi bulutangkis) sudah merata,” tambahnya.
Menurut Lilyana, salah-satu faktor yang membuat kekuataan bulutangkis dunia kini relatif merata adalah: “... pelatih-pelatih kita (juga Cina dan Korea Selatan) banyak yang ke luar negeri.” Tetapi, Lilyana menolak jika disebut pebulutangkis nasional Indonesia kini sepi dari prestasi.
“Sekarang ini mungkin ada yang menonjol, tapi satu atau tiga orang saja,” katanya. “Nggak menyeluruh”

 “kenapa pebulutangkis kini Cina sulit dikalahkan... ??????? ”
Jawaban meyakinkan pun muncul dari mulutnya. “Sebenarnya, faktor teknis, skill, Indonesia itu di atas.”
“Tapi,” katanya, melanjutkan, ”Cina itu.. memang mungkin sudah dibentuk, atau memang faktor dari sananya, Cina itu punya kecepatan yang sangat cepat dan power yang sangat kuat.” Karena itu, menurutnya, ketika pemain Indonesia mengedepankan skill, “(kita) kalah cepat, atau kalah kuat...”
Namun demikian, ia menerangkan, setelah ada perubahan pola penilaian dan perhitungan skor, faktor tenaga dan kecepatan Cina relatif tidak lagi dapat ditonjolkan.
“Nah, sekarang game 21, agak merata. Karena, game-nya singkat, dan jika (pemain) sana berbuat salah, kita (dapat) poin kan...”
“Jadi, kita adu skill, masih bisa,” jelasnya. “Tapi, kita harus tetap diimbangi power dan speed-nya.”

 Selain keharusan menambah porsi latihan power dan speed, Lilyana menyebut faktor “mental bertanding” sangat dibutuhkan ketika menghadapi para pemain Cina. Hal ini dia tekankan, karena mental sebagian pemain langsung jatuh ketika mengetahui calon lawannya berasal dari negara tirai bambu.
Butet mengaku, saat yunior dulu, nyalinya menjadi ciut setiap akan menghadapi pemain-pemain Cina. “Tapi sekarang, mungkin karena pengalaman, dengan prestasi yang saya dapat, (setiap) saya ketemu Cina, malah saya harus lebih percaya diri,” katanya, bersemangat.
Selain itu, yang lebih penting lagi, menurutnya, adalah menyiapkan generasi penerus pebulutangkis Indonesia yang “bisa mendekati (prestasi) seniornya”. Kehadiran pemain yunior yang mumpuni, lanjut Lilyana, dibutuhkan saat ini. “(Kehadiran mereka) bisa membantu.Tetapi selama ini, pemain-pemain yunior itu sudah kalah di tingkat awal.”
Akibatnya, di babak berikutnya, para pemain Cina atau Korsel lebih tampil mendominasi.
“Jadi ibaratnya, (Cina atau Korsel) main kepung. Jadi, kita hari ini amin-amin bisa ngalahin Cina, besok ketemu Cina lagi. Ya, kita babak belur. Gitu loh...”

Ketika wawancara menyinggung masa depan atlit olahraga, Lilyana berulang-ulang meminta agar pemerintah memberikan pensiun seumur hidup kepada atlit berprestasi. “Seperti di negara-negara maju,” ungkapnya, terus-terang. “Jadi, atlit (dapat) lebih tenang.”
Sekarang ini, para atlit bulutangkis -- juga barangkali atlit cabang olahraga lainnya -- dipaksa memikirkan masa depannya setelah menggantungkan raketnya. Lilyana Natsir meminta pemerintah memikirkan masa depan atlit, melalui program asuransi setelah mereka pensiun.
“Karena, nggak ada yang peduli dengan kita,” tandasnya.
Dia kemudian mencontohkan dirinya sendiri. “Sekarang banyak (orang) kenal saya... Setelah saya stop (main) bulutangkis: siapa elo, siapa kamu, dulu ya dulu. Sekarang ya sekarang. Orang nggak peduli...” Lilyana lantas teringat nasib beberapa bekas atlit yang jatuh miskin, setelah pensiun dari dunia olahraga.
“Miris melihatnya,” katanya, lirih. “Padahal, dia pernah membawa harum nama Indonesia...”

 “Lalu apa yang Anda lakukan bila kelak menggantungkan raket?”
“Saya harus pintar-pintar berinvestasi, pintar-pintar memenej keuangan saya, untuk masa depan,” kata Yana, panggilan akrabnya – selain Butet, tentu saja. Dia membayangkan nantinya membuka usaha dari tabungan miliknya juga membayangkan dirinya bisa menjadi pelatih di Indonesia atau luar negeri.
“Bulutangkis itu jalan hidup saya,” kata Lilyana, dengan nada tegas setelah mendapat pertanyaan mengenai pandangan bulutangkis menurut Lilyana.
Itu dia tekankan, karena dengan menekuni bulutangkis, dia dapat berinvestasi di dunia properti, membeli mobil, serta dikenal banyak orang.
“Dan, ada kebanggaan saya bisa mengibarkan bendera Merah-Putih,” paparnya. Karena itulah, demi menjalani hidup di dunia bulutangkis, Lilyana kini sepenuhnya berlatih serius dan mencetak prestasi sebanyak mungkin.
“Yang materi (hadiah atau bonus) itu mengikuti,” katanya, agak berdiplomasi, sekaligus menutup wawancara siang itu.

 #Kutipan dari sang srikandi Indonesia, Lilyana natsir#

Hidup itu pilihan. Jadi, kita harus menerima resiko. Kita memilih olahraga, maka kita harus fokus, harus benar-benar serius, apapun hasilnya. By,Lilyana Natsir

Hidup itu pilihan. Jadi, kita harus menerima resiko. By,Lilyana Natsir

“kita membutuhkan dukungan masyarakat.” By Lilyana Natsir

“Jangan di atas saja, baru dielu-elukan. Nanti pas jatuh, tambah dijatuhin,” by Lilyana Natsir

lilyana natsir part 1

Menjelang siang, di antara bunyi pukulan raket dan teriakan para pemain pelatnas bulutangkis yang tengah berlatih di Cipayung, Jakarta Timur, Lilyana Natsir baru saja menyudahi latihan fisik.Tangannya terlihat membersihkan kucuran keringat di keningnya. Napasnya naik-turun.
Di luar hari libur, seperti itulah kegiatan sehari-hari Liliyana Natsir, salah-seorang pemain ganda campuran terbaik dunia yang dimiliki Indonesia.
Torehan prestasi Lilyana (bersama pasangannya terdahulu Nova Widianto dan sekarang Tantowi Ahmad) di dunia bulutangkis, membuatnya dinominasikan sebagai pemain terbaik dunia 2011 versi Federasi Bulutangkis Dunia, bersama enam pebulutangkis putri dunia lainnya, pada Desember 2011 lalu
Perempuan kelahiran 9 September 1985 ini merupakan satu-satunya pemain Indonesia yang masuk nominasi tersebut, diantara lima pemain Cina dan seorang pemain Denmark.
Itu satu kehormatan buat saya, ungkap Butet, begitu dia minta disapa, kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, usai latihan di pinggir arena latihan Pelatnas Bulutangkis, Jakarta Timur.
(Nominasi itu) sekaligus menjadi pacuan buat saya untuk memberi yang terbaik buat Indonesia, tambah perempuan kelahiran Menado, Sulawesi Utara ini.
Tentu saja, predikat nominator pemain terbaik dunia 2011 itu tidak begitu saja datang-datang tiba.Sampai Desember 2011 lalu, Lilyana berada pada ranking empat pemain ganda putri terbaik dunia.
Sebuah proses panjang, tidak gampang, berliku, dan bahkan menuntut pengorbanan (“... Itu pilihan berat buat orang tua, (dan) buat saya sendiri,”ungkap Lilyana, ketika memutuskan berhenti sekolah pada usia 12 tahun, demi terjun total pada dunia bulutangkis) telah dilalui sosok Lilyana Natsir.

 Berawal dari halaman rumahnya di Menado, Sulawesi Utara, Butet mulai berkenalan bulutangkis. Dia memang tumbuh dalam keluarga yang mencintai bulutangkis. Bersama kakak serta sang ibu, sejak umur 9 tahun, Lilyana kemudian belajar mengayunkan raket.
Melihat keseriusan putrinya, sang ibu, Olly Maramis, kemudian mendaftarkan Butet 'kecil' ke klub bulutangkis setempat, PB Pisok Menado.
Dalam perjalanannya, kalimat “anak ibu berbakat” akhirnya dilontarkan sang pelatih kepada ibunya, melihat penampilan Lilyana kala itu.
Sejak saat itulah, hidupnya berubah total. Latihan dan latihan, adalah kegiatan yang paling banyak menghiasai aktivitas kesehariannya.
“Tidak jarang setiap hari latihan,” kata Lilyana, suatu saat, mengenang perjalanan hidupnya.
Bisa ditebak, gabungan bakat dan latihan keras itu pada akhirnya membuahkan prestasi.
Pada sebuah kejuaraan di Menado, Lilyana menyumbangkan paling banyak medali emas untuk klubnya.
Dan, seperti menapaki tangga prestasi yang lebih tinggi, ketika usianya memasuki 12 tahun, Lilyana – atas keinginan pribadi dan dorongan keluarganya – akhirnya bergabung dengan klub bulutangkis Tangkas Alfamart, di Jakarta.
Jauh dari orang tua, pengalaman mandiri pada usia muda yang dilaluinya, kelak diakui oleh Lilyana ikut membentuk karakternya dalam bertanding.
“Di situlah yang bikin mental saya jadi kuat,” katanya, mengenang masa-masa yang digambarkannya begitu berat.

Pergulatan meyakinkan diri untuk tetap menekuni bulutangkis (di Jakarta) serta tekanan untuk kembali ke pangkuan ibunya di Menado, adalah masa-masa berat yang mesti dilalui Lilyana.
Semenjak 1997, dia memang tinggal di asrama klub Tangkas, Jakarta. Hanya sekali sepekan, sang paman mengajaknya menginap di rumahnya.Sisanya, dia harus seorang diri untuk meladeni kebutuhannya sehari-hari, tanpa bantuan seorang ibu.
“Itu beban berat buat saya,” akunya terus-terang, mengingat kembali pengalamannya saat itu.
Padahal, saat masih tinggal bersama keluarganya di Menado, Lilyana mengaku “tidak pernah pisah dengan orang tua.. di mana ada orang tua, di situ ada saya”.
Karena itulah, ketika rasa kangen terhadap orang tuanya begitu memuncak, dan di sisi lain dihadapkan persoalan hidup, Lilyana mengaku pernah menangis.
Bahkan, seperti diutarakannya pada sebuah wawancara, ketika suatu saat ada kesempatan pulang ke Menado, Lilyana menolak kembali ke Jakarta.
Sang ibulah yang kemudian membujuknya (dengan sabar) agar anaknya kembali menekuni dunia bulutangkis di ibukota.
Seiring dengan perjalanan waktu, Butet – panggilan akrab ini mulai disematkan teman-temannya (yang sebagian besar dari suku Batak) di PB Tangkas -- pelan-pelan akhirnya mampu mengubah problem 'rindu orang tua' itu menjadi semacam “tantangan” yang harus dihadapi sekaligus “motivasi” untuk meraih prestasi. (Selama menggeluti latihan di klub itu, Lilyana juga menemukan alasan kuat untuk bermain di sektor ganda, ketimbang tunggal, yang akhirnya berlanjut sampai kini).
Bertumpu pada pijakan seperti itu, diselingi raihan prestasi, Lilyana akhirnya terpilih masuk pelatnas bulutangkis di Cipayung, Jakarta Timur, pada 2002.

 Tetapi bagaimana dengan sekolah Lilyana, ketika dia pindah ke Jakarta, dan sepenuhnya menyerahkan hidupnya pada bulutangkis?
Lilyana membenarkan dia berhenti sekolah – dan menganggap keputusan itu sebagai “pilihan berat” buat orang tuanya dan dirinya sendiri.
“Tapi, ya itulah, kayak banyak orang ngomong, nggak bisa kita jalan dua-duanya,” katanya, menjelaskan latar belakang keputusannya itu.
Di usia 12 tahun, Lilyana meninggalkan bangku sekolah, dan memilih total terjun ke dunia bulutangkis. “Kita harus fokus salah-satu,” katanya, dengan nada tegas.
Tentu saja, menurutnya, pilihan itu dibuat didasarkan pertimbangan matang.
Pertama, dia merujuk nilai olahraga pada buku rapor sekolahnya. “Tidak hanya bulutangkis, basket, lari, dan olahraga lainnya, semua nilainya 9,” ungkapnya.
Lainnya, tentu saja bakat dan prestasi di luar sekolah yang diraihnya pada cabang olahraga bulutangkis. “Menurut saya, inilah dunia saya,” aku putri pasangan Beno Natsir dan Olly Maramis ini.
Dan ketika dia (dan kemudian didukung sepenuhnya oleh keluarganya) memutuskan berhenti sekolah, ada sebagian keluarga besarnya menyesalkan keputusan itu. “Sayang sekolah ditinggal, bagaimana masa depan(mu),” katanya, menirukan suara-suara itu.
Tetapi Lilyana bertekad untuk seratus persen menekuni dunia bulutangkis. Dan itu artinya dia harus berhenti sekolah. “Hidup itu pilihan,” katanya, berfilosofi. “Jadi, kita harus menerima resiko.”
“Kita memilih di olahraga, (maka) kita harus fokus, kita harus benar-benar serius, apapun hasilnya,” papar pemain bertinggi badan 168cm ini, lebih lanjut.

Sejarah kemudian mencatat, Lilyana tumbuh menjadi pemain spesialis ganda – yang disegani.Sempat bermain di ganda putri dengan berpasangan dengan Vita Marissa, namun sang pelatih Richard Mainaky menawarinya bermain di ganda campuran.
Dia lantas dipasangkan dengan Nova Widianto, semenjak 2004.
Rupanya, pilihan sang pelatih itu tidak salah. Buktinya, setahun kemudian, mereka meraih juara ganda campuran pada kejuaraan dunia di Amerika Serikat (2005). Di tahun 2007, Lilyana/Natsir kembali juara dunia ganda campuran, ketika kejuaraan itu digelar di Malaysia. Secara khusus, pada ajang ini, Lilyana mengaku puas.
“Karena kami bisa mengalahkan pasangan Cina, Zheng Bo/Gao Ling,” ungkapnya, mengomentari lawannya yang dianggapnya sebagai 'paling tangguh', pada awal karirnya di berbagai turnamen internasional.
Di ajang SEA Games, pasangan ini tidak terkalahkan, semenjak SEA Games di Thailand (2007) hingga Laos (2009).
Dan setelah Nova menggantung raket, Lilyana mempersembahkan emas pada SEA Games 2011 di Indonesia. Kali ini dia berpasangan dengan Tontowi Ahmad. Di berbagai ajang super series atau grand prix, kehadiran Lilyana dan pasangannya juga terus diperhitungkan.
Terakhir pada Grand Prix Macau Gold 2011 lalu, Lilyana/Tontowi Ahmad menjadi juara ganda campuran. 

Senin, Desember 10, 2012

apakah bermasalah melakukan jump smash ?

Setiap gerakan yang membebani sendi seperti berjalan, lari, naik/turun tangga, melompat, meloncat, dll akan memberi stimulasi pada tulang. Akibatnya jika sering dilakukan tulang akan beradaptasi dengan meningkatkan densitasnya supaya tulang tersebut akan kuat menahan beban yg besar. Masalah timbul bukan pada tulang, karena tulang adalah struktur yg kuat, tetapi pada tulang rawan. Tulang rawan terdapat di ujung tulang pada sendi, yg merupakan bantalan supaya tulang tidak berbenturan langsung dengan tulang. Karena densitasnya yg lebih rendah dari tulang, jika beban yg ditanggung terlalu berat maka tulang rawan akan menipis. Penipisan tulang rawan disebut dengan Osteoartritis. Biasanya osteoartritis didapati pada orang tua dimana sendinya (tulang rawan) sudah aus, tetapi orang masih muda dengan beban yg berlebihan (beban latihan, kerja, berat badan) bisa juga mengalami osteoartritis. Jadi jump smash tidak menimbulkan tulang rapuh tetapi osteoartritis jika dilakukan berlebihan atau pada orang yg berat badannya berleb


sumber tepok bulu


Selasa, Desember 04, 2012

kejayaan mulai bersinar

Matthewjayaastec.Bulutangkis adalah olahraga kedua yang digemari oleh berbagai kalangan,kejayaan bulutangkis saat ini mulai tampak , yakni dengan mencetak sang juara .

Mencetak sang juara itu diperlukan dedikasi yang tinggi , kedisiplinan dan komitmen dari sang pelatih dan atlet , "bersusah susah dahulu , memetik kesuksesan dikemudian hari kelak" .

buktinya ganda campuran kita sudah menampakkan taringnya , komitmen harus didasari kenginan dan kerja keras sang pelatih.

selamat untuk team pelatnas indonesia di kumpaoo macau 2012

admin
pbmatthewjaya

Minggu, Desember 02, 2012

Dua Ganda Putri ke Semifinal, Lindaweni Terhenti

Bulutangkis.com - Dua pasangan ganda putri, Pia Zebadiah Bernadeth/ Rizki Amelia Pradipta dan Jenna Gozali/ Komala Dewi melaju ke babak semi final Macau Open Grand Prix Gold 2012 hari ini (Sabtu, 01/12). Sementara pasangan Anneke Feinya Agustine/ Nitya Krishinda Maheswari harus terhenti langkahnya.

Langkah Pia/Rizki menapak babak semi final setelah menghempaskan ganda putri Swedia, Emelie Lennartsson/ Emma Wengberg dua game langsung 21-17, 21-12. Sedangkan Jenna/Komala menyingkirkan ganda putri India, Pradnya Gadre/Ashwini Ponnappa lewat pertarungan rubber game 21-16, 12-21, 21-15.

Dua ganda putri ini di semi final akan menghadapi pasangan Korea Selatan. Pia/Rizki yang menempati unggulan empat akan menghadapi pasangan unggulan satu, Eom Hye Won/ Jang Ye Na, dan Jenna/Komala akan menghadapi pasangan Choi Hye In/ Kim So Young yang menghentikan langkah ganda putri Indonesia lainnya, Anneke/Nitya lewat pertarungan dua game 21-16, 21-16.

Sayang sekali langkah Linda Wenifanetri harus terhenti di babak perempat final kemarin. Lindaweni harus mengakui ketangguhan lawannya, Hsiao Ma Pai dari Taiwan setelah bertarung tiga game 7-21, 21-13, 19-21. Kekalahan Lindaweni ini memupuskan harapan meraih gelar juara di nomor tunggal putri, sedangkan di tunggal putra wakil Indonesia telah kandas di babak ketiga pada hari Rabu lalu (29/11).

Pada nomor ganda putra pasangan Markis Kido/Alvent Yulianto Chandra menjadi satu-satunya harapan meraih gelar juara setelah pasangan Gideon Markus Fernaldi/ Agripinna Prima Rahmanto Putra gagal melangkah ke semi final.

Di laga perempat final kemarin Kido/Alvent yang menempati unggulan lima menekuk ganda Malaysia, Vountus Indra Mawan/ Mohd Fairuzizuan dua game langsung 21-15, 29-27. Selanjutnya di semi final hari ini Kido/Alvent akan menghadapi unggulan satu dari Rusia, Vladimir Ivanov/ Ivan Sozonov yang menghentikan langkah Fernaldi/Agripinna 21-14, 21-16. (*)

sumber : bulutangkis.com

Kamis, November 29, 2012

Dwi Jaya badminton turnamen resmi dibentuk

Matthew Jaya Astec badminton school indonesia.29 november adalah tanggal dimana nama klub matthew jaya diresmikan oleh Yohanes upi dan pada tanggal inilah dwi jaya badminton turnamen baik kepengurusan dan jadwal eventnya di resmikan.

Apa sih Dwi jaya badminton turnamen ??

Dwi jaya badminton turnamen adalah salah satu bentuk program dimana program tersebut dibuat untuk memacu siswa dan siswi untuk terus mempopulerkan bulutangkis melalui kegiatan pertandingan yang dibuat oleh team dari DJBT .

Turnamen internal ini rencana akan dibuat beberapa seri , termasuk kelompok perorangan , beregu dan sistem rangking , dari hasil juara juara ini akan dilanjutkan ke turnamen turnamen resmi PBSI yang di ikuti oleh Matthew jaya astec badminton school indonesia.


Maju terus MATTHEW JAYA BADMINTON SCHOOL INDONESIA


admin
pbmatthewjayaastec

Sampai Jumpa di Sirnas Tahun Depan

Rangkaian Djarum Sirkuit Nasional (Sirnas) 2012 berakhir sudah. Turnamen bulutangkis nasional ini dimulai di Banjarmasin Februari silam, berlanjut ke Palembang, Jambi, Makassar, Jakarta, Bandung, Semarang, Banten, Bali, dan berakhir di Surabaya, Sabtu (24/11).

Pelaksanaan Sirnas di kota terakhir ini berlangsung semarak. Lebih dari seribu peserta ikut berpartisipasi. Kehadiran sejumlah pemain Pelatnas dan pemain nasional membuat persaingan kian ketat.
Banyak kejutan terjadi di seri penutup ini. Juara baru bermunculan. Sebut saja Febrian Irvanaldi di nomor tunggal putra, Rosaria Yusfin Pungkasari di nomor tunggal putri, dan Didit Juang Indrianto/Praveen Jordan di nomor ganda putra yang sukses menyabet gelar perdana mereka di kota pahlawan ini.
Menurut Ketua Bidang Turnamen dan Perwasitan PB PBSI Mimi Irawan, ini menunjukkan jalannya pertandingan memperebutkan gelar juara berlangsung kompetitif.
"Juara tidak bisa abadi. Sulit untuk menjadi juara tiga sampai empat kali berturut-turut," ujarnya.
Ia pun mengaku puas atas pelaksanaan Sirnas di tahun 2012 ini.
"Pelaksanaannya sukses dan berjalan dengan baik. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkerja keras demi terselenggaranya acara ini, pungkasnya.
Acara penutupan Sirnas dimeriahkan dengan tebaran confetti dan penurunan banner bertuliskan "See you at Djarum Sirkuit Nasional 2013". Rasanya tidak sabar menanti perhelatan Sirnas tahun depan. Tunggu kedatangannya di kota Anda.

Jumat, November 23, 2012

info jobs untuk sahabat yang mau berkarya di bulutangkis

- Lowongan Pekerjaan –

ASTEC saat ini sedang membutuhkan karyawan untuk posisi "GRAPHIC DESIGN"

Adapun kriteria yang kami butuhkan adalah :
1. Mengusai program-program : Photoshop, Freehand, Illustrator
2. Disiplin dan mampu bekerja dengan tenggat waktu

lampiran dokumen :
1. cv

2. portfolio
kirim ke :
trifena@astec.co.id dan trifena21k@gmail.com
dengan kode "Graphic design"

untuk info lebih lanjut bisa menghubungi
Trifena Juwita : 081585007583 (sms only)

bersama membangun kejayaan bulutangkis kembali

Matthewjayaastec.Bulutangkis adalah salah satu olahraga yang populer dimasa kini , kami selaku pecinta bulutangkis mendedikasikan diri kami sepenuhnya terhadap bulutangkis.

Hari ini matthew jaya astec badminton school indonesia melakukan latihan bersama dengan optima badminton club bertempat di queen hall jelambar , "latihan ini sudah kami adakan kira kira 3-4 kali , ketika itu di zion hall , pola bugar , gor.kembangan dan skarang di queen ungkap yohanes upi selaku general manager matthew jaya astec" , visi dan misi kami sama yaitu mendedikasikan penuh terhadap bulutangkis dan kami mecetak atlet dari nol.

berikut foto foto kegiatan kami di queen hall jelambar


 tawa dan kegembiraan pun terlihat diwajah anak anak ini , menurut jeffry selaku pengurus dan pelatih di optima "mereka ini,jika bertemu bukannya serius akan tetapi saling bercanda dan tertawa".

Kami seperti saudara , bulutangkis perlu hal hal semacam ini , saling mendukung dan mensupport.

 Semoga anak anak ini bisa menjadi juara terus menerus di masa masa mendatang



admin
pbmatthewjayaastecjakarta

Tati Sumirah: “Nggak kepikiran duit, yang penting kita menang”

Bulutangkis.com - Tak banyak pecinta bulutangkis jaman sekarang yang tahu mengenai sosok seorang Tati Sumirah. Ya dia adalah salah seorang pahlawan tim Uber Cup Indonesia pada tahun 1975, yang ketika itu menjadi tunggal kedua setelah Minarni (Alm). Pada saat itu pulalah Indonesia pertama kali memboyong piala Uber yang digelar di Indonesia (Istora Senayan, Jakarta).

Pada tanggal 10 November 2012 lalu, tepat pada hari pahlawan, kami berkesempatan mengunjungi kediaman Tati Sumirah (yang akrab kami sapa dengan Bu Tati) di kawasan Waru Doyong, Buaran, Jakarta Timur. Sempat mengalami sedikit kesulitan karena ternyata alamat yang kami miliki terdapat sedikit kekeliruan, namun hal tersebut tidak menghalangi niat kami untuk terus mencari rumah Bu Tati. Setiap orang yang kami temui terus kami tanyai mengenai alamat tersebut. Bahkan kami langsung menyebut nama Bu Tati, namun tak banyak juga warga yang tahu mengenai Tati Sumirah. Akhirnya kami bertanya ke rumah Pak RT setempat dan ditunjukkan jalan oleh Bu RT. Hati lega rasanya ketika kami berhasil menemukan rumah Bu Tati, rasa capek dan teriknya sinar matahari yang membakar tubuh kami rasanya terbayarkan.

Sesampai di rumah Tati Sumirah yang cukup sederhana, kami disapa dengan hangat oleh Bu Tati. Tak ada rasa canggung sedikit pun dari beliau untuk berbagi cerita dengan kami yang baru ia kenal. Beliaupun menyuguhkan kami minuman.

Menurut Tati Sumirah, ia bukanlah sosok yang pandai berbicara di depan publik, oleh sebab itu sebelum kami membuat janji untuk bekunjung ke rumahnya ia sempat bertanya apakah kami adalah wartawan. Pernah juga dia diundang oleh suatu acara Kampus sebuah perguruan tinggi di Jakarta untuk berbagi pengalaman tentang masa kejayaannya namun ia menolak karena dia tidak pandai berbicara kecuali jika ada yang “mancing”.

“Kalo ibu bisa ngomong mungkin gak perlu seperti sekarang, mungkin ibu bisa duduk di PBSI seperti teman-teman lainnya,” ungkapnya. Tampak ada sedikit penyesalan di raut wajahnya.

Tati Sumirah masih hidup lajang sampai sekarang, “Ibu gak pandai ngomong, mungkin itu kali makanya ibu belum berkeluarga,” ungkapnya dengan muka tersenyum. Tati Sumirah tinggal di rumah milik orang tuanya bersama dengan ibunya yang kondisi kesehatannya sudah mulai lemah, serta adik dan keponakan-keponkannya. Rumah yang Ia tempati sekarang sudah berumur 20-an tahun.
Ketika kami menanyakan kepadanya bagaimana awalnya ia bisa menyukai bulutangkis, ia pun bercerita bahwa ketika dia masih SD, dia kenal dengan orang Amerika yang membangun jalan by pass. Ketika ia bermain ke rumah orang Amerika tersebut, ia mendapatkan sebuah majalah yang tergeletak di atas meja yang isinya mengenai liputan bulutangkis, dan orang Amerika tersebut pun bercerita sedikit mengenai bulutangkis yang pada saat itu sangat populer di Amerika. Dari situlah Tati kecil mulai tertarik dengan bulutangkis dan sedikit didorong oleh Ayahnya yang ternyata adalah seorang atlit tinju. Oleh ayahnya, halaman rumah yang dulu berada di daerah Rawamangun dibuatkan sebuah lapangan kecil yang dasarnya masih tanah, dan digaris dengan menggunakan kapur tulis. Jika bermain pada malam hari, Tati kecil dan warga setempat harus menggunakan 4 buah lampu petromaks sebagai penerang.

Tati Sumirah pun mulai mengikuti kejuaraan-kejuaraan antar daerah, pernah suatu hari juara mewakili Jakarta, dari situ lah nama Tati mulai diperhitungkan. Tati Sumirah pun masuk ke PB Tangkas pada umur sekitar 14-15 tahun.

Pengorbanan Tati Sumirah pada pendidikannya patut kita beri “standing applause” karena pada SMP kelas 3, ia bercerita kalau ia tidak lulus SMP karena harus mengikuti PON mewakili DKI Jakarta.

Sekitarumur 20-21 tahun, Ia pun dipanggil masuk ke Pelatnas. Bu Tati pun bercerita sedikit mengenai latihan di Pelatnas jaman dulu. Pelatnas dulu berada di Senayan, yang sekarang menjadi Hotel AtletCentury. Pukul 04.30 pagi ia dan teman-temannya sudah harus bangun, dan pukul 06.00 pagi harus menjalani latihan fisik dengan berlari mengitari lapangan sepak bola Gelora Bung Karno (GBK) dengan pola 8 kali putaran pemanasan, dan dilanjutkan 30 kali putaran untuk atlit putri, serta 40 putaran bagi atlit putra.

Untuk pengiriman pemain ke sebuah turnamen, tidak sembarangan. Para pemain dari Pelatnas maupun Pelatda diseleksi terlebih dahulu, yang terpilih adalah juara seleksi 1 sampai dengan 3. Baru kemudian di berangkatkan untuk turnamen. Salah satu contoh pada masa itu adalah ketiga pemain tersebut didaftarkan sekaligus untuk 3 turnamen yaitu Belanda Terbuka, All England,dan Denmark Terbuka. Berbeda dengan sekarang, dimana atlit yang dikirim adalah atlit-atlit penghuni Pelatnas yang sudah “dijatah” atau atlit-atlit profesional yang dibiayai oleh klub masing-masing.

Ditanya mengenai “musuh” nya, Bu Tati menjawab Margaret Beck asal Inggris. Tati Sumirah gagal menjuarai Kejuaraan Invitasi Dunia pada tahun 1974 setelah di final dikalahkan Margaret Beck asal Inggris. Selain Margaret, pemain Jepang dan Denmark juga merupakan lawan yang cukup berat pada masa itu.
pertandingan paling berkesan menurut Bu Tati adalah pada Asian Games VII di Teheran, Iran. Pada saat itu tim beregu putri Indonesia hanya ditargetkan untuk juara 3, namun tim Indonesia berhasil mengalahkan tim Jepang di Semifinal, dan Tati Sumirah sendiri merupakan salah satu pemain yang berhasil menyumbangkan poin bagi tim Indonesia.

“Wah senangnya minta ampun pas menang, saya langsung lari ke ruang atlit loncatin pembatas untuk kasih tau temen-temen kalo saya menang,” ungkap Bu Tati. Namun, Indonesia gagal di Final dan dikalahkan oleh China. Kala itu, Tati Sumirah diturunkan di tunggal dan dikalahkan oleh Liang Qiuxia.

Kemudian kami pun lanjut bertanya mengenai motivasi menjuarai sebuah turnamen apakah karena hadiah Prize Money? Dia langsung tersenyum lebar karena pada masa itu juara tidak mendapatkan prize money, hanya uang saku dari PBSI dan sebuah piala. “Gak kepikiran duit, yang penting kita menang, rebut medali, lihat bendera Indonesia dan denger Indonesia Raya berkumandang, kita pulang dengan bangga,” ungkapnya.

Tati Sumirah sudah banyak mengikuti turnamen-turnamen di hampir seluruh belahan dunia, mulai dari Asia, Eropa, hingga Australia sudah diikutinya. “Jaman Ibu dulu nggak ada yang namanya Sirnas, makanya Ibu udah pernah keliling dunia tapi belum pernah ke Bali, hehe..” tuturnya dengan gaya khas sederhananya.

“Ibu asyik donk keliling dunia bisa jalan-jalan?” canda kami.

Bagi dia pertandingan ke luar negeri bukanlah untuk jalan-jalan, melainkan untuk bertanding membawa nama bangsa. “Jalan-jalan jarang sih, kalau mau jalan-jalan harus kalah dulu baru bisa jalan, kalau nggak kalah nggak bisa jalan. Tapi ibu jarang sih, paling tersisa satu hari, besokannya udah harus pulang lagi”. Mengenai jalan-jalan dan kalah, Bu Tati mengungkapkan bahwa ia paling cepat ‘angkat koper’ adalah pada babak 4 (quarterfinal). Sungguh pengalaman yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan era sekarang, dimana pemain tunggal putri banyak yang sudah ‘rontok’ pada babak-babak awal. Sampai Ia berhenti dari bulutangkis, rupanya pada masa itu belum ada sistem Ranking BWF. Jadi, penentuan unggulan suatu turnamen berdasarkan hasil pencapaian di beberapa turnamen sebelumnya.


Pada tahun 1981, Tati Sumirah yang pada saat itu baru berusia 28 tahun menyatakan “gantung raket”. Hal ini terjadi karena begitu ketatnya persaingan di Pelatnas. Tati Sumirah sudah mampu dikejar oleh junior di bawahnya seperti Verawaty dan Ivana Lie. Tati Sumirah sudah kurang berprestasi pada masa itu, oleh sebab itu ia sendiri yang menyatakan pensiun dari bulutangkis yang pernah membesarkan namanya. Setelah keluar dari Pelatnas, Tati Sumirah bekerja paruh waktu selama 2 tahun di sebuah apotik sebagai kasir. “Yang punya apotik seneng sama bulutangkis, makanya mau nerima Ibu, padahal ibu nggak bisa apa-apa”, kenangnya. Baru 2 tahun setelah itu, Tati Sumirah bekerja secara full time di apotik tersebut selama 20 tahun hingga tahun 2005 dengan gaji yang kadang tidak mencukupi kebutuhannya.

Tahun 2006, Tati Sumirah mencoba melatih di sebuah klub bulutangkis kecil di wilayah Pekayon, Bekasi selama satu tahun. Kemudian pada Tahun 2007, Tati Sumirah diundang oleh sebuah acara talk show di Metro TV, Kick Andy yang bertemakan Simpati kepada mantan atlit. Setelah melihat tayangan dari talk show tersebut, Rudy Hartono yang juga mantan atlit dan pengusaha mengajak Tati Sumirah untuk bekerja di perusahaan oli Top 1 miliknya di bagian administrasi hingga saat ini. Setiap harinya, Bu Tati berangkat ke tempat kerjanya dengan mengendarai sepeda motor hasil jerih payahnya sendiri. Meski sudah berusia 60 tahun, Bu Tati masih kuat mengendarai sepeda motor setiap hari dari kediamannya di daerah Klender menuju Kemayoran. Ia berangkat pukul 7 pagi, dan baru tiba di rumah sekitar pukul 19.30 malam setiap harinya.

Cerita mengenai sepeda motornya, dulu Bu Tati menggunakan motor Vespa yang didapat dari bonus uang dari PBSI atas keberhasilannya dan teman-temannya merebut piala Uber pertama kali pada tahun 1975. Dari hasil uang bonus tersebut, dibelikan sebuah sepeda motor Vespa. Kemudian setelah ia bekerja di perusahaan milik Rudy Hartono dengan penghasilan yang mendingan, Vespa tersebut ditukar tambah dengan sepeda motor yang lebih baik.

Sambil mendengar kisahnya, kami pun sambil melihat beberapa piala, medali, serta beberapa penghargaan dari Pemerintah yang terpampang di lemarinya yang sudah mulai usang. Belum lama ini, Bu Tati mendapat jaminan asuransi dari MNC Sport. Pernah juga ia menerima sejumlah uang dari Menpora atas jasanya berupa uang untuk dibelikan sebuah rumah dan untuk usaha, namun oleh Bu Tati hanya cukup digunakan untuk mengurus sertifikat rumah yang ia diami sekarang. Melihat ada sedikit keganjalan karena tidak terlihat selembar pun foto ketika Ia masih menjadi atlit, kami pun bertanya apakah ada foto kenang-kenangan ketika ia bermain bulutangkis, ia pun menjawab bahwa tidak ada foto, namun hanya ada satu foto ketika Ia menerima penghargaan Bintang Satu dari mantan presiden Soeharto, namun sayang sekali foto tersebut pun sudah tidak ada karena dipinjam oleh salah seorang wartawan dan tidak dikembalikan hingga kini.

Saat ini, Tati Sumirah sudah tidak terlalu mengikuti perkembangan bulutangkis. Ia tidak begitu tahu mengenai penerus-penerusnya seperti Adrianti Firdasari, Maria Febe, dan lain-lain. Ia hanya tahu nama-nama seperti Taufik Hidayat, Tommy Sugiarto, dan beberapa nama lainnya. Namun, pada perhelatan Thomas-Uber Cup yang lalu, Ia mengaku sempat nonton dan merasa “gregetan” karena baik Tim Thomas maupun Tim Uber, keduanya kalah dari Jepang pada babak quarter final.

“Harusnya pemain dan pelatih itu punya satu hati, baru mainnya bisa enak,” katanya. Kala itu ia mengajak warga di sekitaran rumahnya untuk menonton siaran Thomas-Uber dan memberikan dukungan kepada tim Merah Putih di depan rumahnya dengan mengangkat sebuah TV ke teras rumahnya.

Sebagai seorang mantan pemain bulutangkis, pasti ada rasa rindu untuk berlaga di karpet hijau. Untuk mengusir rasa ridunya tersebut, Bu Tati biasanya bermain dengan bapak-bapak di kantor. “Ibu biasanya main sama bapak-bapak dua lawan satu, bapak-bapak seneng main sama ibu, soalnya ibu suka buat bapak-bapak lari pontang-panting,” akunya.

Di akhir silaturahmi kami, kami pun mengajak jika suatu hari nanti Bu Tati dapat Mabar (Main Bareng) bersama kami. Beliau pun mengiyakan ajakan kami, katanya ia mau melihat permainan kami. Sungguh pengalaman yang luar biasa bagi kami bisa mendengar langsung kisah pahlawan Uber Cup 1975.

Terima kasih Bu Tati untuk waktunya, semoga kita dapat berjumpa lagi dilain kesempatan. (Septiani Lay – Buldoc)

Kamis, November 22, 2012

bulutangkis "Never Die"

Matthew jaya astec badminton school indonesia . Kebanggaan bagi kita sebagai warga NKRI karena memiliki segudang atlet bulutangkis yang luar biasa , kita tidak kalah dengan CHINA , karna apa ??
karena mempunyai fasilitas yang mendukung banyak klub klub yang sangat sangat bekerja keras menemukan dan memantau bakat bakat yang berada di pelosok pelosok daerah , dan terus mengasah atlet atletnya dan nantinya akan disumbangkan untuk PB.PBSI.

Semangat dari klub klub yang begitu luar biasa membangun pondasi supaya kokoh dan terus menghasilkan juara juara baik di nasional maupun internasional.

MATTHEW JAYA ASTEC berkomitmen untuk turut serta memberikan warna baru di bulutangkis tanah air , klub yang didirikan tahun lalu ini prestasi nya cukup banyak menorehkan hasil.

maju terus
matthew jaya astec badminton school iondonesia