tulisan berjalan

SELAMAT DATANG di akun media sosial racketbadminton.blogspot.co.id

Senin, Agustus 12, 2013

Tommy Sugiarto, Pernah Terbebani Nama Besar Icuk

Jakarta - Tak banyak pebulutangkis Indonesia yang melanjutkan kiprah orangtuanya di olahraga paling berprestasi di republik ini. Tommy Sugiarto barangkali adalah satu-satunya.
Publik tentu sangat mengenal ayahnya, Icuk Sugiarto, sang juara dunia bulutangkis 1983 saat masih berusia 21 tahun. Sebuah rekor karena belum ada pemain yang menjuarai Kejuaraan Dunia Bulutangkis di usia yang lebih muda dari Icuk saat itu. Banyak yang menyebut Icuk adalah salah satu pemain tunggal putra terbaik di masa 1980-an.
Dengan reputasi sang ayah, suka tak suka, mau tak mau, publik pun kerap membandingkan Tommy dengan sang ayah.
Di tengah kesibukan mempersiapkan diri jelang Kejuaraan Dunia Bulutangkis 5 Agustus nanti, Tommy menyempatkan diri melakukan wawancara khusus dengan BeritaSatu.com. Ia bicara seputar Kejuaraan Dunia Bulutangkis, arti menyandang nama Sugiarto, hingga cita-cita masa kecilnya.
BeritaSatu (B): Kurang dari sebulan lagi Tommy akan menghadapi Kejuaraan Dunia Bulutangkis, ada persiapan khusus?
Tommy (T): Dari segi program, banyak fokus di teknik. Misalnya latihan 3 lawan 1 agar pertahanan lebih kuat, kan serangannya lebih cepet. Jadi nanti biar terbiasa menghadapi smes yang kenceng. Semua segi dilatih, terutama untuk penguasaan bola.
B: Itu pengaruh dari kepengurusan baru kah?
T: Ngga juga. Itu lebih dari program pelatih. Kalau kepengurusan baru lebih menekankan ke disiplin dan lebih jelas program ke depannya.
B: Maksudnya?
T: Sekarang lebih jelas ke depan kita akan ikut kejuaraan yang mana. Misalnya setelah Kejuaraan Dunia nanti saya sudah tahu September, Oktober, November, sampai Desember nanti ikut kejuaraan apa.
Beda dengan dulu yang kadang baru tahu pas pendaftaran udah mau tutup. Jadi, kadang mepet kadang udah tahu jauh-jauh hari. Dan juga kejuaraan yang diikuti cuma sedikit. Kalau sekarang kan lebih tertata.
B: Target di Kejuaraan Dunia?
T: Ini keikutsertaan saya yang pertama kali. Sebelum-sebelumnya peringkat saya kan belum bisa masuk rankingnya (sekarang ini Tommy ada di peringkat 8 dunia). Saya ingin nanti ketemu (Lee) Chong Wei.
B: Chong Wei? Bukan malah menghindari?
T: Kenapa harus dihindari? Justru saya penasaran karena belum pernah menang lawan dia. Kalau kalah ya kan udah biasa, kalau menang nanti heboh, dia sendiri yang pusing.
B: Pernah terbebani ngga dengan nama Sugiarto?
T: Dulu iya. Apalagi waktu di kelompok umur. Sering dicibir, ah kan anaknya Icuk, jad ya wajar menang. Saya jadi mikir kenapa ya orang-orang seperti itu.
Kan yang main saya, bukan papa saya. Papa saya ga bisa bantu apa-apa, cuma bisa kasih motivasi bahwa saya harus bisa lebih baik dari dia.
Jadinya kalau saya mikir negatif terus ya saya ga maju-maju. Kata orang begini, kata orang begitu ya saya ambil positifnya aja dan terus bekerja keras.
Orang tua terus mengatakan agar saya terus berusaha yang terbaik. Untungnya mereka ngga pernah membanding-bandingkan. Kalau iya bisa bikin mental anak jatuh, ngga ada yang mau main bulutangkis.
B: Papanya Tommy kan jadi juara dunia di usia 21 tahun, pernah menjadikan itu sebagai target?
T: Ehmmm sekarang kan sudah lewat ya, umur saya udah 25 tahun. Saya rasa usia keemasan tiap orang beda-beda. Selama masih dipercaya untuk membela Indonesia saya akan berusaha sebaik mungkin.
Memang susah regenerasi dari bapak ke anak. Coba cari di Indonesia, sepertinya saya satu-satunya. Apalagi saya main di tunggal putra, persis sama dengan papa dulu.
B: Tommy kan baru meraih gelar super series di usia 25, merasa telat kah?
T: Daripada engga sama sekali? Udah jarang juga kan Indonesia dapat gelar super series di tunggal putera. Yang terakhir sebelum saya kan Simon di Indonesia Open 2012.
Saya rasa umur 25-30 itu nanti saya masih bisa mendorong diri untuk terus berkembang.
Penulis: Shesar Andriawan/YUD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagaimana pendapat kalian ?