TEMPO.CO, Birmingham - Selama meliput turnamen bulu tangkis All England sejak 6 Maret 2013 lalu, terlihat pemandangan yang menarik, yakni banyaknya kursi-kursi penonton yang kosong selama pertandingan. Gedung National Indoor Arena (NIA) di Kota Birmingham, yang mempunyai kapasitas hingga 7.500 penonton, paling banter terisi 20 persen orang. Mereka mengeluarkan uang sebanyak 7-13 pound sterling atau sekitar Rp 100-187 ribu.
Hal itu tentu saja sangat berbeda, misalnya, dengan penonton di Liga Primer Inggris. Stadion untuk klub sepak bola terdepan, seperti Arsenal, Chelsea, atau Manchester United, dengan kapasitas 40 ribu sampai 60 ribu orang, sering terisi penuh. Walaupun untuk itu mereka harus mengeluarkan dana buat tiket paling murah sebesar 50 sampai 70 pound sterling atau lebih dari Rp 700 ribu sampai Rp 1 juta. Realita menunjukkan, bulu tangkis bukan merupakan olahraga populer di Inggris.
Saat ditemui Tempo pada acara resepsi dengan para media yang meliputi turnamen All England pada 7 Maret 2013 di Waterside CafĂ©, chairman dari British Badminton Association mencoba menerangkan fenomena ini. “Sebenarnya di Inggris sebanyak 544 ribu orang bermain badminton, jadi jumlahnya sudah cukup banyak. Bahkan jumlah pemainnya di Inggris lebih banyak dari pemain tenis,” Derek Batchelor, chairman dari Badminton England, menjelaskan.
Namun, menurut Derek, di Inggris, dana sponsor lebih banyak mengalir kepada kompetisi cabang olahraga lain, terutama sepak bola, tenis, golf, dan rugbi. Jadi, dana promosinya sangat besar untuk menarik minat para penonton. Di sisi lain, orang Inggris yang ingin hidup sebagai olahragawan memilih terjun di bidang cabang olahraga tersebut untuk mencari nafkah hidup karena hadiah untuk pemenangnya sangat besar.
“Namun kita sudah mempunyai rencana strategis untuk meningkatkan pemain bulu tangkis sebesar 70 ribu pemain dalam jangka waktu empat tahun,” kata Derek.
Sedangkan dalam acara yang sama, Tempo sempat juga berbincang-bincang dengan Shuichi Yoneyama, managing director dari perusahaan perlengkapan bulu tangkis Yonex, yang menjadi sponsor turnamen All England selama tiga dekade terakhir. “Kalau dilihat secara global, pertumbuhan Yonex meningkat meski di tengah krisis ekonomi global,” tutur Shuichi.
Hal ini menunjukkan minat orang terhadap bulu tangkis secara total di seluruh dunia meningkat, terutama di negara besar dan berkembang seperti Cina dan India. “Bahkan di Benua Eropa yang jelas-jelas sedang dilanda krisis ekonomi, dipacu oleh negara-negara Eropa timur, pertumbuhan Yonex meningkat sebesar 10 persen,” kata Shuichi.
VISHNU JUWONO (Birmingham)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bagaimana pendapat kalian ?