Sepakbola dan bulu tangkis adalah 2 cabang olah raga yang mempunyai
tempat khusus di hati masyarakat Indonesia. Lihat saja animo masyarakat
yang begitu dahsyat apabila Timnas Indonesia berlaga di event-event
resmi, pun demikian dengan kompetisi antar klub yang selalu menghadirkan
hingar-bingar supporter yang kadang justru kebablasan dan berbuat
negative dan anarkhis. Sedang bulutangkis adalah cabang olah raga yang
sudah mempunyai segudang prestasi yang sangat sulit ditandingi oleh
Negara lain kecuali raksasa bulutangkis saat ini China. Sayang kedua
prestasi olah raga kebanggan dan kecintaan masyarakat Indonesia ini
meredup dan terus meredup saat ini.
Soal pemberitaan di media masa? Jangan ditanya….!! kedua cabang olah
raga favorit ini tidak berimbang, di koran-koran dan di
televisi-televisi pemberitaan olah raga selalu sepak bola yang menjadi
prioritas dan itupun lebih terbatas lagi sepak bola Eropa, Spanyol ,
Inggris, Italia, Belanda dll. Yang menurutku tidak ada kaitannya sama
sekali dengan prestasi Timnas kita. Sementara prestasi lumayan besar
terhadap atlet-atlet muda bulutangkis kita yaitu Arya Maulana/Edi
Subaktiar (ganda putra) yang baru saja menjuarai Kejuaraan Junior Asia
yang cukup bergensi di Korea Selatan pekan lalu dengan mengalahkan
lawan lawan tangguh dari korea, Jepang, Taiwan hampir tidak ada satupun
media masa cetak maupun elektronik di Indonesia yang memberitakan.
Padahal mereka adalah harapan masa depan Indonesia di ajang ajang
bergensi 5 tahun yang akan datang seperti Thomas cup, Kejuaran Dunia All
Englang, Piala Sudirman , Olimpiade dll.
Saya bukannya iri dengan sepakbola, sayapun sebetulnya sangat antusias
mengikuti pemberitaan sepak bola nasional dan sangat mencintai Timnas
Sepakbola kita, sayang pengelolaan asset rakyat yang begitu dahsyat ini
dikhianati para pengurus yang hanya mendahulukan konflik daripada
kepentingan nasional. Dua kubu yang berseteru antara kelompok La Nyala
Mataliti dan dan kelompok Djohar Arifin yang semuanya tidak mau
mengalah, seperti halnya film kartun Tom and Jery yang selalu
berduel tanpa aturan main yang pasti, masing masinmg mengeluarkan
argumen-argumen kekanak-kanakkan yang membuat olah raga ini muak untuk
diikuti,….ampun deh….masih enakan Tom and Jery yang sering mengundang gelak tawa, ini justru sebaliknya membuat dongkol dan gregetan..
Menurutku untuk menyelesaikan problem yang tidak cerdas ini cukup
sederhana saja. Apasih hebatnya La Nyala Maitili tanpa keluarga Bakrie?
Dan apa juga hebatnya Djohar Arifin tanpa Arifin Panigoro? Energi Kedua
orang tersebut sangat tergantung pada para pendonornya. Oleh karenanya
untuk menyelesaikan soal Sepakbola di Indonesia rumusnya singkat saja.
Ketemukan Aburizal Bakrie dan Arifin Panigoro dan damaikan diantara
keduanya…jika hal ini bisa dilakukan tuntaslah berbagai masalahnya.
Oleh karenanya kita sangat menunggu jiwa kenegarawanan Bapak Aburizal
Bakrie sang Calon Presiden ini untuk memikirkan masalah nasional dan
mengesampingkan ego, pun demikian kita juga mengharapkan ke-Arifan sang
maestro minyak Arifin Panigoro untuk bersedia duduk bersama
mengesampingkan ego, sekali lagi mengesampingkan ego dan mendahulukan
kepentingan nasional. Bukankah beliau berdua selain kaya raya adalah
politisi hebat di negeri ini…??. Nah kalau mengurus sepakbola saja saja
tidak bisa mengesampingkan ego, apa ya masih mau minta amanah rakyat
lagi yang lebih besar…??? Hhmmmm…
Daripada perut terus mual mikir sepakbola lebih baik kembali bicara
bulutangkis yang sekalipun prestasinya juga cenderung meredup, namun
minimal masih ada harapan untuk bangkit kembali. Tidak hanya Arya
maulana/Edi Subaktiar yang berprestasi pada tahun ini. Di tahun 2011
Indonesia sebetulnya juga berhasil menggondol 2 juara di Kejuaraan
Junior Asia ini yaitu di nomor ganda campuran atas nama Lukhi Apri
Nugroho/Ririn Amelia, dan ganda putri masa depan kita atas nama Suci
rizki andini/Tiara Rosalia Nuraidhah. Puncaknya adalah ketika ganda
campuran masa depan kita berhasil menjuarai kejuaraan Dunia Junior 2011
atas nama Alfian Eko Prasetya/Gloria Emmanuele Widjaja, pun demikian
lagi-lagi sepi pemberitaan.
Prestasi pemain-pemain muda kita sebetulnya sangat menjajnjikan di level
junior, tapi entah mengapa ketika masuk ke level senior mereka seolah
hilang begitu saja dan cenderung tidak mampu bersaing. Sementara para
juara dunia junior dari Negara lain sudah menampakkan hasil yang sangat
lumayan dan sudah mampu mengalahkan para pemain senior, sebut saja
Viktor Axekson dari Denmark yang selalu membuat andalan kita Simon
Santoso bertekuk lutut, juga Cen long dari China malah sudah nangkring
di peringkat 3 dunia, Rachanok Inthanon dari Thiailand juga sudah masuk
10 besar. Lha juara-juara kita yang lalu mana kok malah tenggelam?.
Atau jangan-jangan sengaja disimpan, diperam di markas dan jarang
diturunkan di ajang-ajang kompetesi mulai dari level Chalangger, Grand
Prix, Grand Prix Gold , Super Series, dll? Ayo dong beri mereka
kesempatan untuk bisa bersaing dengan kompetitor dari negara
lain…….(SPD)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bagaimana pendapat kalian ?