Setelah duet Rexy Mainaky dan Ricky Subagja
masuk di dalam jajaran kabinet Gita Wirjawan, ada satu kegembiraan
lainnya yang dirasakan penggemar bulutangkis Indonesia. Satu lagi
legenda bulutangkis Indonesia mendapat
kepercayaan Gita untuk membantunya mengembalikan kejayaan bulutangkis
Indonesia. Susy Susanti peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992
berada di dalam kabinet terpilih menjadi Staff Ahli Pembinaan &
Prestasi.
Berhasilnya Gita menggaet Susy, istri Alan Budikusuma
yang sama-sama meraih medali emas pada ajang yang sama, merupakan
apresiasi tersendiri bagi seorang Gita yang begitu menaruh perhatian
untuk mengembalikan kejayaan bulutangkis Indonesia. Pasalnya pada
beberapa kesempatan Susy selalu mengungkapkan bahwa dirinya memiliki
kesibukan yang cukup membuatnya dirinya sulit membagi waktu.
‘’Tanggung jawab saya sebagai ibu rumah tangga, mengurus anak-anak, saya
punya tiga anak, disamping menjalankan usaha,’’ ungkap Susy Susanti
dalam obrol-obrol beberapa waktu lalu mejelang kejuaraan BNI Astec Open
2012, turnamen bulutangkis yang didukung Astec perusahaan peralatan
bulutangkis milik Susy Susanti dan Alan Budikusuma.
Tentunya
Susy tak bisa mengelak jika cuma masalah kesulitan membagi waktu. Susy
sepertinya belajar juga dari Gita Wirjawan, Ketua Umum PB PBSI yang
memiliki banyak aktivitas. Gita yang merupakan Menteri Perdagangan masih
bisa menerima tanggung jawab sebagai ketua umum salah satu organisasi
olahraga paling bergengsi di Indonesia setelah PSSI. Selain itu Gita
juga harus menyisihkan waktunya mengurus bisnisnya yang berada di bawah
bendera Ancora Foundation. Tentunya Susy tak bisa berkelit hanya karena
masalah waktu demi bulutangkis Indonesia yang telah membesarkan namanya.
Pilihan Gita Wirjawan mengajak Susy pebulutangkis kelahiran
Tasikmalaya, 11 Februari 1971 ternyata tak berbeda dengan harapan
masyarakat bulutangkis Indonesia. Selama ini masyarakat bulutangkis
Indonesia selalu berharap agar Susy mau mencurahkan perhatiannya kepada
bulutangkis Indonesia untuk bergabung di Pelatnas Cipayung. Terakhir
Susy membantu pebulutangkis putri Indonesia berlaga di ajang Piala
Thomas dan Uber tahun 2008. Susy berhasil mengantar tim putri Indonesia
menapak babak final.
‘’Susy memiliki kemampuan dan
pemikiran-pemikiran yang baik yang disampaikan kepada pak Gita,’’ ungkap
F. Koesdarto Pramono, tim formatur PBSI yang akhirnya terpilih menjadi
Sekjen PB PBSI 2012-2016 saat mengungkapkan penilaian Gita terhadap Susy
Susanti, hari Senin (22/10) lalu di Hotel Santika, Jakarta.
‘’Susy mampu mengeksplor ide-idenya dengan baik,’’ tambah Koesdarto.
Tak disangkal Susy Susanti, juara All England empat kali (1990, 1991,
1993, dan 1994) memang memiliki ide-ide segar yang bisa dikontribusikan
untuk memajukan bulutangkis Indonesia.
‘’Sama seperti
perusahaan, PBSI itu membutuhkan manajemen yang baik, dan komunikasi
yang baik,’’ Susy mengungkapkan perlunya PBSI membenahi organisasinya.
Susy melihat selama ini masih ada tumpang tindih tanggung jawab,
misalnya, bagaimana PBSI bisa lalai dalam mengirimkan nama-nama atlit
yang bertanding keluar negeri.
Susy berpendapat bahwa
atlet-atlet perlu mendapat dukungan penuh dari pelatih dan pengurus.
Antara atlet, pelatih dan pengurus harus ada komunikasi yang baik.
‘’Untuk meraih prestasi seorang atlet membutuhkan dukungan tidak hanya
dari atlet sendiri tapi juga dari pelatih dan pengurus,’’ jelas Susy.
Atlet harus dibina dengan baik, bagaimana atlet-atlet dipersiapkan
untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Dan bagaimana
strategi yang dipersiapkan bagi sang atlet untuk meraih prestasi. Contoh
yang membingungkan saat PBSI menetapkan kebijakan dalam penentuan
tunggal putri ke ajang Olimpiade London antara Adriyanti Firdasari dan
Maria Febe Kusumastuti. Pengiriman Firdasari ke London tidak berdasarkan
peringkat yang dimiliki atlet. Tentunya tidak baik bagi atletnya
sendiri. Masyarakat juga akan bertanya-tanya dengan kebijakan yang
diterapkan PBSI.
Rencana PBSI yang ingin melaksankan pembinaan
atlet dari usia yang lebih dini disambut Susy dengan baik. ‘’Kalau
pembinaan dari usia di atas 14 tahun, saya sangat setuju,’’ ungkap Susy.
Lebih jauh Susy menjelaskan idealnya seorang atlet masuk pelatnas pada
usia 15 tahun, karena dibutuhkan pembinaan 3 – 4 tahun. Pada usia
seperti ini akan lebih mudah membentuk karakter atlet dengan program
yang benar-benar direncanakan dengan baik.
‘’Saya juga dulu masuk Pelatnas di usia 15. Mia dan Ardy juga sama,’’ ungkap Susy.
Kini Susy akhirnya bergabung ke Pelatnas Cipayung setelah selama ini
sering menolak karena alasan kesibukan membagi waktu antara aktivitas
ibu rumah tangga dan menjalankan usaha yang digelutinya setelah tidak
mlagi enjadi atlet. Dan Susy memang membuktikan ucapannya beberapa waktu
lalu.
‘’Dengan senang hati saya akan membantu (PBSI) karena
saya memang dibesarkan dari bulutangkis, jadi tidak etis kalau saya
lepas begitu saja,’’ ungkap Susy. ‘’Jangan sampai juga kalau saya
(selama ini) ngasi masukan, kog, saya ngritik saja,’’ jelas Susy.
Bergabungnya Susy di Pelatnas Cipayung tentunya akan memudahkan Susy
menerapkan ide-ide segar yang selama ini selalu disampaikan lewat media.
Inilah saatnya Susy menyalurkan segala kemampuan dan pengalamannya
untuk meraih prestasi bulutangkis Indonesia.
Susy mengharapkan
figur-figur yang mengisi kepengurusan PBSI adalah sosok yang mau bekerja
keras bagi bulutangkis Indonesia. ‘’Siapapun sosok yang ada disana,
betul-betul harus untuk bulutangkis. Jangan ada kepentingan politik,
klub atau pun pribadi,’’ ungkap Susy saat obrol-obrol dengan media
sebelum terpilih menjadi salah satu anggota kabinet Gita Wirjawan.
Tak diragukan lagi kemampuan dan bakti yang akan diberikan Susy Susanti
untuk mengembalikan kejayaan bulutangkis Indonesia. Ayo Susy! (ferry
kinalsal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bagaimana pendapat kalian ?