tulisan berjalan

SELAMAT DATANG di akun media sosial racketbadminton.blogspot.co.id

Jumat, Desember 28, 2012

Susy Susanti Tak Cuma Ingin Mengkritik

Setelah duet Rexy Mainaky dan Ricky Subagja masuk di dalam jajaran kabinet Gita Wirjawan, ada satu kegembiraan lainnya yang dirasakan penggemar bulutangkis Indonesia. Satu lagi legenda bulutangkis Indonesia mendapat kepercayaan Gita untuk membantunya mengembalikan kejayaan bulutangkis Indonesia. Susy Susanti peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 berada di dalam kabinet terpilih menjadi Staff Ahli Pembinaan & Prestasi.

Berhasilnya Gita menggaet Susy, istri Alan Budikusuma yang sama-sama meraih medali emas pada ajang yang sama, merupakan apresiasi tersendiri bagi seorang Gita yang begitu menaruh perhatian untuk mengembalikan kejayaan bulutangkis Indonesia. Pasalnya pada beberapa kesempatan Susy selalu mengungkapkan bahwa dirinya memiliki kesibukan yang cukup membuatnya dirinya sulit membagi waktu.

‘’Tanggung jawab saya sebagai ibu rumah tangga, mengurus anak-anak, saya punya tiga anak, disamping menjalankan usaha,’’ ungkap Susy Susanti dalam obrol-obrol beberapa waktu lalu mejelang kejuaraan BNI Astec Open 2012, turnamen bulutangkis yang didukung Astec perusahaan peralatan bulutangkis milik Susy Susanti dan Alan Budikusuma.

Tentunya Susy tak bisa mengelak jika cuma masalah kesulitan membagi waktu. Susy sepertinya belajar juga dari Gita Wirjawan, Ketua Umum PB PBSI yang memiliki banyak aktivitas. Gita yang merupakan Menteri Perdagangan masih bisa menerima tanggung jawab sebagai ketua umum salah satu organisasi olahraga paling bergengsi di Indonesia setelah PSSI. Selain itu Gita juga harus menyisihkan waktunya mengurus bisnisnya yang berada di bawah bendera Ancora Foundation. Tentunya Susy tak bisa berkelit hanya karena masalah waktu demi bulutangkis Indonesia yang telah membesarkan namanya.

Pilihan Gita Wirjawan mengajak Susy pebulutangkis kelahiran Tasikmalaya, 11 Februari 1971 ternyata tak berbeda dengan harapan masyarakat bulutangkis Indonesia. Selama ini masyarakat bulutangkis Indonesia selalu berharap agar Susy mau mencurahkan perhatiannya kepada bulutangkis Indonesia untuk bergabung di Pelatnas Cipayung. Terakhir Susy membantu pebulutangkis putri Indonesia berlaga di ajang Piala Thomas dan Uber tahun 2008. Susy berhasil mengantar tim putri Indonesia menapak babak final.

‘’Susy memiliki kemampuan dan pemikiran-pemikiran yang baik yang disampaikan kepada pak Gita,’’ ungkap F. Koesdarto Pramono, tim formatur PBSI yang akhirnya terpilih menjadi Sekjen PB PBSI 2012-2016 saat mengungkapkan penilaian Gita terhadap Susy Susanti, hari Senin (22/10) lalu di Hotel Santika, Jakarta.

‘’Susy mampu mengeksplor ide-idenya dengan baik,’’ tambah Koesdarto.

Tak disangkal Susy Susanti, juara All England empat kali (1990, 1991, 1993, dan 1994) memang memiliki ide-ide segar yang bisa dikontribusikan untuk memajukan bulutangkis Indonesia.

‘’Sama seperti perusahaan, PBSI itu membutuhkan manajemen yang baik, dan komunikasi yang baik,’’ Susy mengungkapkan perlunya PBSI membenahi organisasinya. Susy melihat selama ini masih ada tumpang tindih tanggung jawab, misalnya, bagaimana PBSI bisa lalai dalam mengirimkan nama-nama atlit yang bertanding keluar negeri.

Susy berpendapat bahwa atlet-atlet perlu mendapat dukungan penuh dari pelatih dan pengurus. Antara atlet, pelatih dan pengurus harus ada komunikasi yang baik. ‘’Untuk meraih prestasi seorang atlet membutuhkan dukungan tidak hanya dari atlet sendiri tapi juga dari pelatih dan pengurus,’’ jelas Susy.

Atlet harus dibina dengan baik, bagaimana atlet-atlet dipersiapkan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Dan bagaimana strategi yang dipersiapkan bagi sang atlet untuk meraih prestasi. Contoh yang membingungkan saat PBSI menetapkan kebijakan dalam penentuan tunggal putri ke ajang Olimpiade London antara Adriyanti Firdasari dan Maria Febe Kusumastuti. Pengiriman Firdasari ke London tidak berdasarkan peringkat yang dimiliki atlet. Tentunya tidak baik bagi atletnya sendiri. Masyarakat juga akan bertanya-tanya dengan kebijakan yang diterapkan PBSI.

Rencana PBSI yang ingin melaksankan pembinaan atlet dari usia yang lebih dini disambut Susy dengan baik. ‘’Kalau pembinaan dari usia di atas 14 tahun, saya sangat setuju,’’ ungkap Susy. Lebih jauh Susy menjelaskan idealnya seorang atlet masuk pelatnas pada usia 15 tahun, karena dibutuhkan pembinaan 3 – 4 tahun. Pada usia seperti ini akan lebih mudah membentuk karakter atlet dengan program yang benar-benar direncanakan dengan baik.

‘’Saya juga dulu masuk Pelatnas di usia 15. Mia dan Ardy juga sama,’’ ungkap Susy.

Kini Susy akhirnya bergabung ke Pelatnas Cipayung setelah selama ini sering menolak karena alasan kesibukan membagi waktu antara aktivitas ibu rumah tangga dan menjalankan usaha yang digelutinya setelah tidak mlagi enjadi atlet. Dan Susy memang membuktikan ucapannya beberapa waktu lalu.

‘’Dengan senang hati saya akan membantu (PBSI) karena saya memang dibesarkan dari bulutangkis, jadi tidak etis kalau saya lepas begitu saja,’’ ungkap Susy. ‘’Jangan sampai juga kalau saya (selama ini) ngasi masukan, kog, saya ngritik saja,’’ jelas Susy.

Bergabungnya Susy di Pelatnas Cipayung tentunya akan memudahkan Susy menerapkan ide-ide segar yang selama ini selalu disampaikan lewat media. Inilah saatnya Susy menyalurkan segala kemampuan dan pengalamannya untuk meraih prestasi bulutangkis Indonesia.

Susy mengharapkan figur-figur yang mengisi kepengurusan PBSI adalah sosok yang mau bekerja keras bagi bulutangkis Indonesia. ‘’Siapapun sosok yang ada disana, betul-betul harus untuk bulutangkis. Jangan ada kepentingan politik, klub atau pun pribadi,’’ ungkap Susy saat obrol-obrol dengan media sebelum terpilih menjadi salah satu anggota kabinet Gita Wirjawan.

Tak diragukan lagi kemampuan dan bakti yang akan diberikan Susy Susanti untuk mengembalikan kejayaan bulutangkis Indonesia. Ayo Susy! (ferry kinalsal)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagaimana pendapat kalian ?