tulisan berjalan

SELAMAT DATANG di akun media sosial racketbadminton.blogspot.co.id

Jumat, Maret 15, 2013

10 Peri Cantik Lapangan Badminton

1. Wang Lin [CHINA]











Born      : 31 may 1989
Height   : 1.72 meters
Weight   : 60 kilograms
merupakan pemain single china dan saat ini menempati peringkat 37.


2. Shiota Reiko [JAPAN]


 
  











Pemain Ganda Campuran Jepang berpasangan dengan Ikeda Shintaro.
Dia lahir pada 30 September 1983 di Fukuoka, Jepang.








3. Hearther Olver [ENGLAND]




Heather Olver merupakan pemain ganda putri maupun campuran dari tim Inggris. Dilahirkan pada 15 Maret 1986 dan prestasi tertingginya adalah menempati peringkat 25 dunia.











4. Hwang Hye Youn [SOUTH KOREA]



Pemain woman single korea kelahiran 4 Maret 1985 tersebut saat ini menempati peringkat 191. Peringkatnya turun drastis dari 2009 karena jarang mengikuti kompetisi.(seperti Maria Kristin Yulianti dari Indonesia)






5.  Uchida Shizuka [JAPAN]

Uchida Shizuka adalah pemain tunggal Putri asal Jepang. Selain itu pemain ini bermain double dengan Ayane KURIHARA menempati peringkat 53 dunia.





6. Wang Shixian [CHINA]

  Wang Shixian adalah Pebulutangkis Tunggal Putri asal China yang sekarang menempati Peringkat 5 Dunia. Dia di awal tahun 2012 memenangkan Korea Open Super Series Premier 2012. Lahir tanggal 3 Februari 1990.






7. Yao Jie [BELANDA]













 Yao Jie adalah pemain China yang Hijrah ke Negeri Tulip Belanda. Mengapa ia pindah ? karena persaingan bulutangkis nasional china yang ketat. Yao lahir tanggal 10 April 1977.


8. Bott Carolla [GERMANY]

   
 Bott adalah pemain bulutangkis tunggal putri Jerman. Yang lahir pada tanggal 19 Oktober 1982. Bott dianggap sebagai Anna Kournikovanya badminton karena penampilannya yang seksi.

 9. Sakuyama Tomomi [JAPAN]


Pemain muda bulutangkis putri asal jepang, memiliki panggilan saku-chan. Lahir pada 14 November 1988 di Saitama.






10. Adrianti Firdasari [INDONESIA]

 Tak kalah dengan Jepang dan China, Indonesia memiliki Pebulutangkis putri terbaik dan cantik pula. Inilah Adrianti Firdasari. Pebulutangkis putri kelahiran Jakarta tanggal 16 Desember 1986 merupakan pebulutangkis tercantik diantara pebulutangkis indonesia lainnya. Serta permainnya yang memiliki drop Shot yang mematikan, Ia pernah menumbangkan Peringkat 1 dunia Zhou Mi dari Hongkong dan Tine Rasmussen/Tine Baun dari Denmark.

Bulutangkis Djarum Sirnas 2013 Kembali Bergulir

Cekskor.com- Setelah sukses digelar selama enam tahun berturut-turut, ajang bulutangkis Djarum Sirkuit Nasional 2013 kembali bergulir.

Sama seperti pergelaran sebelumnya tahun ini pun akan digelar sebanyak 10 seri di 10 kota di Indonesia.

Dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Rabu siang (6/3), Direktur PT.Djarum, Yan Haryadi mengungkapkan dari evaluasi penyelenggaraan sebelumnya ternyata event ini memberikan dampak yang positif bagi pembinaan bulutangkis di Indonesia.

"Evaluasinya bisa dilihat dari para pebulutangkis yang sukses di event ini banyak yang masuk ke Pelatnas PBSI di Cipayung," ujar Yan Haryadi.

Lanjut Yan, untuk tahun ini saja setidaknya sebanyak 20 pemain muda yang dipanggil masuk ke Pelatnas Cipayung adalah para pemain yang telah mengukir prestasi pada sejumlah Sirnas pada tahun-tahun sebelumnya. Mereka antara lain, Ihsan Maulana Mustofa, Edi Subaktiar, Hafiz Faisal, Hanna Ramadini, Melati Daeva, dan Maretha Dea Giovani.

Menurut jadwal, seri I Djarum Sirnas 2013 akan dimulai di Balikpapan, 25-30 Maret mendatang. Kota berikutnya yang akan disambangi oleh event Djarum Sirnas 2013 ini masing-masing Lampung, Manado, Jakarta, Bandung, Medan, Semarang, Yogyakarta, Bali, serta terakhir di Surabaya.

Dengan tersebarnya event ini di 10 kota di Indonesia diharapkan pembinaan bulutangkis tidak hanya terfokus di Jawa. Karena faktanya cukup banyak pula potensi-potensi pemain bagus yang lahir dari kawasan Sumatra, Kalimantan atau Sulawesi. (CS/daryadi)

Gita Ubah Sistem Kontrak Atlet Badminton Pelatnas

TEMPO.CO, Jakarta- Kontrak individu yang selama ini “diharamkan” di pemusatan latihan nasional bulutangkis kini dibuka lebar-lebar. Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) Gita Wiryawan, kontrak macam ini justru akan memotivasi dan menambah semangat para pemain untuk lebih berprestasi dan berdisiplin.

Hal itu ditegaskan Gita di hadapan ketua umum induk-induk organisasi cabang olahraga dalam pertemuan di Jakarta, Jumat, 15 Februari 2013. Pertemuan yang diprakarsai Komite Olimpiade Indonesia (KOI) itu bersifat rutin dan kali ini PB PBSI menjadi tuan rumah.

Di antara yang hadir terdapat Bob Hasan (atletik), Adang Darajatun (angkat besi), Djoko Pramono (layar), Ketua KOI Rita Subowo, dan mantan Ketua Umum KONI Pusat Agum Gumelar. Diungkapkan oleh Gita, kontrak individu itu membuat para pemain lebih bersemangat. “Mereka kini bangun lebih pagi dan latihan lebih lama,” kata dia.

Dibukanya kontrak individu tersebut merupakan langkah terobosan mengingat selama ini ketiadaan kontrak jenis ini menjadi penyebab menyempalnya sejumlah pemain terbaik dari Pelatnas. Kini kontrak kolektif hanya dijalankan oleh PB PBSI untuk mengatrol prestasi para pemain muda.

Gita menjelaskan sekarang ada 80 pemain di pelatnas bulu tangkis Cipayung. Mereka semua telah menyelesaikan proses pelelangan sponsor baru mereka di 2013. Dalam kontrak individu, sponsor memang langsung berhubungan dengan pemain tanpa melalui PBSI.

Pemain memang diuntungkan dengan model ini. Dari kontrak individu, Liliyana Natsir, juara ganda campuran All England 2012, misalnya, digaji di atas Rp 1 miliar per tahun.

Selain kontrak individu dan kolektif, PBSI kini juga berupaya memotivasi pemain agar berprestasi tinggi dengan pemberian bonus. Bonus serupa juga akan diberikan kepada pelatih dan asisten pelatih yang dapat mengantarkan pemainnya menjuarai turnamen All England dan BWF World Champion tahun ini.

Bonus bagi pelatih dan asistennya ini berupa gaji tiga kali lipat. Bahkan Gita berjanji jika pelatih dan asistennya dapat mengantar pemain menjuarai Piala Sudirman (beregu), mereka akan diberi bonus 5 kali lipat gaji.

Soal pencarian dana, Gita menyatakan PBSI tidak akan meminta dana dari pemerintah maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Gita mengaku sudah berhasil menggaet tujuh perusahaan yang bersedia mengontrak pemain selama dua tahun. Ketujuh perusahaan itu adalah Victor, Yonex, Flypower, Li Ning, Astec, Babolat, dan Reinforce Speed. Total dana yang digelontorkan ketujuh sponsor itu selama dua tahun adalah Rp 33,2 miliar. Dana itu juga dipakai untuk membayar pelatih.

Gita juga menargetkan sekolah bagi pebulutangkis yang dia janjikan, bakal selesai dibangun di Cipayung, akhir tahun ini. ”Saya ingin para atlet juga memiliki kemampuan akademik di samping berprestasi di bulu tangkis,” ujarnya.

Pembangunan gedung sekolah diperkirakan hanya memakan waktu enam bulan. Ia berencana meminta Yohanes Surya, fisikawan, untuk membuat kurikulum yang tepat bagi para pemain.

Gita mengadopsi sistem Sekolah Atlet Ragunan, Jakarta. Ia juga berencana menyediakan fasilitas pendidikan tinggi. Ia ingin supaya atlet-atlet memiliki kemampuan lain yang bisa dikembangkan setelah pensiun sebagai atlet, seperti Alan Budikusuma dan Susi Susanti yang bisa berbisnis pasca-berkarier sebagai atlet.

Ketua Dewan Kehormatan KOI/KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Agum Gumelar memuji inovasi Gita. ”Beban saya berkurang mendengar presentasi Pak Gita,” kata Agum. “Masih ada satu beban lagi yang tersisa yaitu kekisruhan sepak bola kita.”

Agum menyatakan pengurus-pengurus cabang olahraga lain tidak semuanya dapat berinovasi seperti PB PBSI. Hal itu terkait dengan populer tidaknya cabang olahraga tersebut di masyarakat dan prestasi yang telah dicapai. “Bagi PB (pengurus besar) lain, mari kita bulatkan tekad untuk menghadap Pak Dahlan Iskan (Menteri BUMN) untuk mensponsori olahraga kita,” kata dia.

Liliyana/Tantowi Bertekad Maksimal di Swiss Open


Ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad-Liliyana Natsir,
Ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad-Liliyana Natsir, (sumber: ISTIMEWA)
London - Pasangan pebulutangkis ganda campuran Indonesia Lilyana Natsir/ Ahmad Tantowi yang baru saja mempertahankan gelar juara "All England" 2013, bertekad untuk tampil maksimal saat terjun di Swiss Open 2013 yang akan digelar di St. Jakobhalle pinggiran Kota Basel, Swiss, pada 12-17 Maret 2013.
"Swiss open juga merupakan rangkaian turnamen "Internationales Grand Prix" berhadiah uang total sebesar US$ 125.000," kata Pensosbud KBRI Bern, Muhammad Budiman Wiriakusumah, Selasa (12/3).
Selain Lilyana/Tantowi, Indonesia juga akan menurunkan pemain andalannya lainnya, Sony Dwi Kuncoro di tunggal putra. Menurut Badminton World Federation per 14 Februari 2013 Sony menduduki peringkat tiga dunia.
Sebanyak 30 pemain Indonesia akan turun di semua partai yang dipertandingan. "Mereka akan mendapatkan bantuan dari warga Indonesia yang bermukim di kota Basel dan sekitarnya," kata dia.
Swiss Open yang diikuti sekitar 300 atlet badminton kelas dunia akan diselenggarakan di St. Jakobhalle dengan kapasitas 5.000 penonton serta disiarkan secara live oleh TV Basel.
Masyarakat Swiss terutama Basel mulai melirik olahraga badminton pada akhir tahun 1990-an. Seiring perkembangan prestasi negara tersebut, kini badminton populer di negara yang berpenduduk 7,2 juta jiwa, berdampingan dengan olahraga sepakbola, ice hockey dan tenis.
"Bahkan Taufik Hidayat telah di "Adopsi" menjadi Roger Federer dari olahraga bulutangkis. Banyak penggemarmnya di Swiss, mereka akan merasa kehilangan," demikian Muhammad Budiman Wiriakusumah.
Penulis: /WBP
Sumber:Antara

kedatangan pemain asing

MJABC . bulan july mendatang matthew jaya astec badminton school akan kedatangan atlet dari belanda , pemain asing ini berjumlah 5 atlet beserta team manager nya akan magang selama seminggu di matthew jaya , "saya mendapatkan email , dan saya baca langsung saat itu juga ternyata email yang dikirim dari sahabat saya yang berada dibelanda , mereka akan datang dengan membawa 5 atletnya untuk berlatih di tempat kami"ungkap general manager matthew jaya melalui via telepon, kesempatan ini akan amat bermanfaat bagi kami karna , kami mendapatkan suatu kehormatan untuk menjadi salah satu klub yang berada dijakarta berlatih bersama team dari belanda.

maju terus pb.matthew jaya astec


Daftar Perolehan Medali Bulutangkis Sepanjang Olimpiade

Tahun 1992 :
Tunggal Putra :
- Emas : Alan Budikusuma (INA)
- Perak : Ardy Wiranata (INA)
- Perunggu : Thomas Stuer-Lauridsen (DEN) & Hermawan Susanto (INA)
Tunggal Putri :
- Emas : Susi Susanti (INA)
- Perak : Bang Soo-hyun (KOR)
- Perunggu : Huang Hua (CHN) & Tang Jiuhong (CHN)
Ganda Putra :
- Emas : Kim Moon-soo/Park Joo-bong (KOR)
- Perak : Rudy Gunawan/Eddy Hartono (INA)
- Perunggu : Li Yongbo/Tian Bingyi (CHN) & Razif Sidek/Jalani Sidek (MAS)
Ganda Putri :
- Emas : Chung So-young/Hwang Hye-young (KOR)
- Perak : Guan Weizhen/Nong Qunhua (CHN)
- Perunggu : Gil Young-ah/Shim Eun-jung (KOR) & Lin Yanfen/Yao Fen (CHN)

Tahun 1996 :
Tunggal Putra :
- Emas : Poul-Erik Høyer Larsen (DEN)
- Perak : Dong Jiong (CHN)
- Perunggu : Rashid Sidek (MAS)
Tunggal Putri :
- Emas : Bang Soo-hyun (KOR)
- Perak : Mia Audina (INA)
- Perunggu : Susi Susanti (INA)
Ganda Putra :
- Emas : Rexy Mainaky/Ricky Subagja (INA)
- Perak : Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock (MAS)
- Perunggu : Antonius Ariantho/Denny Kantono (INA)
Ganda Putri :
- Emas : Ge Fei/Gu Jun (CHN)
- Perak : Gil Young-ah/Jang Hye-ock (KOR)
- Perunggu : Qin Yiyuan/Tang Yongshu (CHN)
Ganda Campuran :
- Emas : Gil Young-ah/Kim Dong-moon (KOR)
- Perak : Park Joo-bong/Ra Kyung-min (KOR)
- Perunggu : Liu Jianjun/Sun Man (CHN)

Tahun 2000 :
Tunggal Putra :
- Emas : Ji Xinpeng (CHN)
- Perak : Hendrawan (INA)
- Perunggu : Xia Xuanze (CHN)
Tunggal Putri :
- Emas : Gong Zhichao (CHN)
- Perak : Camilla Martin (DEN)
- Perunggu : Ye Zhaoying (CHN)
Ganda Putra :
- Emas : Tony Gunawan/Candra Wijaya (INA)
- Perak : Lee Dong-soo/Yoo Yong-sung (KOR)
- Perunggu : Ha Tae-kwon/Kim Dong-moon (KOR)
Ganda Putri :
- Emas : Ge Fei/Gu Jun (CHN)
- Perak : Huang Nanyan/Yang Wei (CHN)
- Perunggu : Gao Ling/Qin Yiyuan (CHN)
Ganda Campuran :
- Emas : Gao Ling/Zhang Jun (CHN)
- Perak : Tri Kusharjanto/Minarti Timur (INA)
- Perunggu : Simon Archer/Joanne Goode (GBR)

Tahun 2004 :
Tunggal Putra :
- Emas : Taufik Hidayat (INA)
- Perak : Shon Seung-mo (KOR)
- Perunggu : Sony Dwi Kuncoro (INA)
Tunggal Putri :
- Emas : Zhang Ning (CHN)
- Perak : Mia Audina (NED)
- Perunggu : Zhou Mi (CHN)
Ganda Putra :
- Emas : Ha Tae-kwon/Kim Dong-moon (KOR)
- Perak : Lee Dong-soo/Yoo Yong-sung (KOR)
- Perunggu : Eng Hian/Flandy Limpele (INA)
Ganda Putri :
- Emas : Yang Wei/Zhang Jiewen (CHN)
- Perak : Gao Ling/Huang Sui (CHN)
- Perunggu : Lee Kyung-won/Ra Kyung-min (KOR)
Ganda Campuran :
- Emas : Gao Ling/Zhang Jun (CHN)
- Perak : Gail Emms/Nathan Robertson (GBR)
- Perunggu : Jens Eriksen/Mette Schjoldager (DEN)

Tahun 2008 :
Tunggal Putra :
- Emas : Lin Dan (CHN)
- Perak : Lee Chong Wei (MAS)
- Perunggu : Chen Jin (CHN)
Tunggal Putri :
- Emas : Zhang Ning (CHN)
- Perak : Xie Xingfang (CHN)
- Perunggu : Maria Kristin Yulianti (INA)
Ganda Putra :
- Emas : Markis Kido/Hendra Setiawan (INA)
- Perak : Cai Yun/Fu Haifeng (CHN)
- Perunggu : Hwang Ji-man/Lee Jae-jin (KOR)
Ganda Putri :
- Emas : Du Jing/Yu Yang (CHN)
- Perak : Lee Hyo-jung/Lee Kyung-won (KOR)
- Perunggu : Wei Yili/Zhang Yawen (CHN)
Ganda Campuran :
- Emas : Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung (KOR)
- Perak : Nova Widianto/Lilyana Natsir (INA)
- Perunggu : He Hanbin/Yu Yang (CHN)

Kamis, Maret 07, 2013

Atlet Indonesia Punya Bakat Alam

sumber Bola.net - Mantan pebulu tangkis nasional, Alan Budikusuma, mengatakan atlet Indonesia memiliki bakat alami, sementara pemain dari luar negeri tidak mempunyai kemampuan seperti itu.
"Dengan adanya bakat alami tersebut seharusnya lebih mudah dalam mendapatkan bibit baru di bidang perbulutangkisan. Bahkan, jumlah peserta setiap ada kejuaraan bulu tangkis di tanah air selalu membeludak," katanya di Kudus, Jumat.
Menurut dia, kondisi tersebut dapat menjaring atlet berkualitas sebanyak-banyaknya, sekaligus mendukung proses regenerasi pebulu tangkis Indonesia agar tidak terputus.
Di negara luar, kata dia, kemampuan atlet bulu tangkis memang dibentuk, bukan sebagai bakat alami. "Hanya saja, bangsa ini belum memanfaatkan keunggulan tersebut," katanya menandaskan.
Kegagalan Indonesia menjadi juara pada sejumlah kejuaraan bulu tangkis tingkat dunia pada tahun ini, menurut dia, salah satu faktornya adalah proses regenerasi yang terputus sementara.
"Hal ini bisa dilihat dari jumlah atlet yang sering tampil di kejuaraan level dunia cenderung tidak berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Artinya, kemampuan atlet junior dinilai belum menyamai atau mendekati pendahulunya," katanya.
Padahal, lanjut dia, kondisi serupa juga dialami negara lain. Bahkan, mereka hingga sekarang masih mengandalkan atlet senior di setiap kejuaraan kelas dunia.
"Hanya saja, negara luar lebih beruntung karena mampu memanfaatkan kondisi tersebut untuk bisa merengkuh juara," ujarnya.
Minimnya prestasi bulu tangkis Indonesia saat ini, kata dia, tidak hanya karena faktor proses regenerasi, tetapi kesempatan bertanding di level dunia bagi atlet junior minim sehingga pengalaman bertandingnya juga minim. "Hal ini tentu terkait dengan kondisi keuangan yang ada," ujarnya.
Ia berharap pembinaan atlet bulu tangkis di Tanah Air mendapat dukungan dana dari pemerintah sehingga atlet muda Indonesia memiliki kesempatan bertanding di setiap even dunia.
Kegagalan proses regenerasi di tingkat junior, diduga kuat karena masalah dana, mengingat pertandingan di level pertama masih sering ditanggung orang tua masing-masing atlet.
Tak pelak, jumlah atlet yang benar-benar bertekad meneruskan keahliannya di bidang bulu tangkis terbatas karena disesuaikan dengan bujet yang diperoleh dari orang tua atau sponsor.
Alan lantas mencontohkan China. Negara ini justru memberikan alokasi dana untuk pembinaan olahraga, bahkan khusus bulu tangkis anggarannya relatif cukup besar.
"Mereka berpendapat, pembinaan olahraga akan menjadi faktor penentu kualitas rakyatnya. Filosofi mereka jasmani yang sehat, rohani pun dipastikan akan ikut sehat," ujarnya.
Artinya, dukungan dana yang besar pada bidang olahraga tidak hanya untuk mencapai prestasi di tingkat dunia, tetapi untuk menjamin setiap warganya sehat secara jasmani dan rohani, paparnya.
Sementara itu, Susi Susanti yang juga mantan pebulu tangkis nasional, menegaskan bahwa bantuan pemerintah sangat diharapkan, terutama dalam bentuk dana pembinaan atlet muda berbakat.
"Biaya pembinaan atlet bulu tangkis memang tidak sedikit dan untuk mencetak atlet berkualitas yang bisa mengharumkan nama bangsa juga butuh waktu yang lama," ujarnya.
Dengan adanya Kementerian Pemuda dan Olahraga, kata dia, seharusnya turut memberikan dukungan terhadap pebulu tangkis Indonesia untuk bisa meraih kejayaannya kembali.
Terkait dengan sejumlah fasilitas modern yang diberikan kepada atlet di masing-masing klub, Susi menilai cukup memberikan kenyamanan para atlet, dan dia berharap bisa menjadi penunjang prestasi mereka.
"Kenyataannya, fasilitas yang nyaman bagi atlet justru membuat mereka manja," ujarnya.
Kondisi tersebut menjadi tantangan bagi para pelatih untuk mencetak atlet yang berprestasi dengan fasilitas lengkap tersebut. "Selain menjadi tantangan, pelatih juga harus termotivasi untuk berinovasi menghasilkan atlet berkualitas," ujarnya.
Jika dibandingkan dengan fasilitas para atlet terdahulu, kata dia, memang jauh lebih komplit sekarang. "Hanya saja, kita tidak perlu lagi membandingkannya dengan kondisi terdahulu. Saat ini, yang perlu dipupuk adalah semangat pantang menyerah untuk meraih prestasi yang lebih baik lagi," ujarnya.
"Saya sedih dengan kondisi perbulutangkisan di Tanah Air saat ini karena minim prestasi. Mudah-mudahan kondisi ini menjadi cambuk semangat para atlet muda kita untuk berjuang meraih prestasi," ujarnya.
Hal senada juga pernah dikemukakan mantan pebulu tangkis nasional lainnya, Hastomo Arbi. Dia menganggap prestasi bulu tangkis Indonesia saat ini memang menurun jika dibandingkan dengan prestasi para pemain sebelumnya.
Ia mengatakan pebulu tangkis yang bertanding pada era sebelumnya memang cukup berkualitas dan memiliki semangat juang tinggi. "Hanya saja, aroma kompetisi tahun sebelumnya masih terbatas sehingga prestasi atlet bulu tangkis Indonesia cukup membanggakan," ujarnya.
Saat ini, kata dia, jumlah negara yang mengikuti pertandingan di bidang olahraga ini cukup banyak dan kualitas atlet masing-masing negara juga mulai meningkat.
"Hanya saja proses pembinaan atlet bulu tangkis di Tanah Air masih kurang maksimal, terbukti pada saat atlet senior mulai memasuki masa pensiun, kemampuan penerusnya justru belum sepadan atau minimal mendekati," ujarnya.
Hal tersebut, menurut dia, menandakan proses regenerasi belum maksimal sehingga perbedaan kemampuan antara atlet senior dengan junior cukup mencolok.
Tak pelak, pada saat atlet senior gantung raket, atlet junior tidak siap menghadapi persaingan dunia yang semakin ketat. "Dan, buruknya proses regenerasi atlet muda ini diperparah dengan minimnya kesempatan atlet junior mengikuti kompetisi di level dunia," katanya. (ant/row)

Mereka Mengharumkan Merah Putih

Tradisi emas bulu tangkis terhenti di Olimpiade London 2012. Indonesia yang selalu mendapat emas dari bulu tangkis sejak olimpiade Barcelona 1992 gagal di London. Bahkan tak satu pun medali yang dihasilkan dari bulu tangkis.

Tentu sebagian dari kita masih ingat momen ketika legenda Bulu Tangkis Indonesia Susi Susanti mengukir sejarah. Susi Susanti meraih emas Olimpiade pertama untuk Indonesia di Barcelona 1992.
Momen itu sungguh tak terlupakan karena Alan Budikusuma, kekasih Susi Susanti juga meraih emas untuk tunggal putra di Olimpiade Barcelona. Bendera merah putih berkibar. Lagu kebangsaan Indonesia berkumandang.

Susi dan Alan kemudian disebut pasangan emas. Keduanya diarak di jalan protokol Jakarta. Mereka pahlawan yang mengharumkan merah putih.
 

Astec, Raket Bulu Tangkis Produksi Indonesia





Alan Susi Technology (Astec) merupakan raket bulu tangkis yang diproduksi oleh Susi Susanti dan Alan Budikusuma, pasangan suami istri sekaligus peraih medali emas bulu tangkis di Olimpiade Barcelona 1992. Di bawah bendera PT Astindo Jaya Sport, mereka meluncurkan raket Astec yang pembuatannya telah melalui riset untuk mengetahui selera publik. 

Hasilnya adalah produk yang didesain sekomprehensif mungkin. Ada kategori offensif (penyerang) dan defensif (bertahan) yang masih punya kategori turunan: tunggal dan ganda, all around, beginner dan profesional. Ketika pertama kali keluar di pasaran, reaksi pasar tidak sebaik yang diharapkan. Dengan harga 200 ribu - 2 juta rupiah, harga yang cukup mahal untuk sebuah raket, membuat para pemilik toko enggan menjual raket-raket tersebut. 

Di sinilah masalah terbesarnya. Pada umumnya, masyarakat awam menganggap semua raket adalah sama, yang penting bisa untuk menepuk kok atau bulu angsa. Padahal, meskipun penampilannya mirip, jika bahan yang dipakai berbeda, dapat menghasilkan output yang berbeda pula. Menyadari bahwa hal itu dapat menjadi rintangan bagi mereka, pasangan Susi dan Alan berbenah. Mereka terus meyakinkan bahwa Astec memiliki nilai keunggulan tersendiri seperti raket Wave Series atau seri bergelombang yang membuat pukulan lebih cepat, dan kepada para pemilik toko olahraga, mereka menjamin Astec sebagai produk lokal tidak cepat rusak dan kuat. 

Astec sebagai raket produksi Indonesia mulai merambah ke berbagai level. Dari mensponsori pertandingan bulu tangkis tingkat RT/RW, hingga tingkat nasional. Susi dan Alan juga mendekati klub-klub bulu tangkis untuk bermitra, meskipun kebanyakan dari klub tersebut telah disponsori oleh raket dengan merk lain. Meskipun begitu, pasangan tersebut pantang mundur, mereka mendekati klub-klub tersebut lewat jalur pertemanan. 

Semua opini dan pendapat klub yang telah memakai produk mereka dicatat untuk kemudian diberikan ke pabrik demi hasil yang lebih baik lagi. Aktif menggelar promosi dan memperkenalkan Astec ke berbagai level membuat Astec makin bersinar. Jalur distribusi pun meluas karena makin banyak toko yang menerima Astec seiring dengan meningkatnya kepercayaan publik atas kualitas Astec sebagi raket buatan anak bangsa.

astec support team serta pembinaan di matthew jaya

pkl 10.00 di gading kirana PT.ASTINDO JAYA SPORT / ASTEC (Alan dan susy technology) resmi mensupport team appreal dari MATTHEW JAYA BADMINTON SCHOOL INDONESIA.

Kerjasama dalam memberikan appreal team serta pembinaan di MATTHEW JAYA , kerjasama ini akan berlangsung selama 1 tahun kedepan yakni 1 oktober 2012 hingga 30 november 2013.

Ketua Matthew jaya mengungkapkan "semoga dengan adanya dukungan ini , matthew jaya terus mengukir prestasi baik di kejuaraan antar sekolah , club , jakarta barat , dki , nasional maupun internasional dan saya sangat emngucapkan banyak terima kasih untuk bp.alan budikisuma , ibu . susy susanti atas dukungan yang diberikan kepada kami dan semoga kerjasama ini akan terus hingga tahun tahun mendatang"

Pada kejuaraan oktober mendatang MATTHEW JAYA menjadi MATTHEW JAYA ASTEC dan oktober nanti matthew akan mengunakan perlatan dari ASTEC baik dari t-shirt , short , sepatu ,raket , tas dan segalanya serba ASTEC.

Kejuaraan yang akan di ikuti oleh team MATTHEW JAYA ASTEC di oktober adlah kejuaraan piala walikota jakarta barat , lalu disusul dengan BNI ASTEC open dan terakhir di bulan oktober cometa student cup.


 

Susi susanti



Turnamen paling tua dan paling bersejarah di ranah bulutangkis, All England sepertinya menjadi ajang paling sulit ditembus oleh tunggal-tunggal putri merah putih. Dalam sejarahnya sejak digelar di tahun 1900, baru Susi Susanti yang mengukirkan namanya sebagai juara.

Susi memang menjadi salah satu tunggal putri paling kuat pada masanya. Ia pun menjadi legenda tersendiri. Ia berhasil meraih hampir semua gelar bergengsi termasuk All England. Dua kali ia menangkan kejuaraan ini yakni di tahun 1990 dan 1991. Susi sebetulnya sudah menembus babak final di tahun 1989, sayang dipartai puncak ia harus menyerah ditangan pebulutangkis China, Li Lingwei dengan 8-11, 4-11.

Di tahun 1990, Susi berhasil menaklukkan Huan Hua asal China untuk bisa menjadi kampiun, sementara di tahun 1991 Susi berhasil menjadi juara setelah mengalahkan rekan senegaranya, Sarwendah yang berhasil ia kalahkan dengan 0-11, 11-2, dan 11-6.

Tahun 1992, Susi gagal di All England, bahkan untuk pertama kalinya setelah empat tahun, Susi gagal menembus babak final. Di tahun yang juga diselenggarakan Olimpiade Barcelona itu, yang menjadi juara adalah Tang Jiuhong dari China yang mengalahkan Bang Soo Hyun 9-11, 12-10 dan 11-1.

Susi kembali berhasil menjadi juara di tahun 1993 dan 1994. Di 1993, ia kembali berhasil mengalahkan musuh bebuyutannya asal Korea, Bang dan di tahun 1994, ia menundukkan Ye Zhaoying dari China. Usai kerap menjadi runner up, Bang akhirnya berhasil menjadi juara di tahun 1996. Saat itu, ia berhasil mengalahkan Ye Zhaoying dengan 11-1 di kedua game.

Memasuki tahun 1997 hingga 2012, China menjadi sangat dominan. Tercatat hanya di tahun 2002, Camilla Martin dari Denmark menjadi juara, dan di tahun 2008 dan 2010 Tine Baun yang menjadi atlet non China yang berhasil menjadi juara. Selebihnya didominasi oleh atlet China seperti Xie Xinfang yang berhasil menjadi juara tiga kali di tahun 2005-2007, Gong Zhichao (2000,2001), Ye Zhaoying (1997-1999), Zhou Mi (2003), Gong Ruina (2004), Wang Yihan (2009), Wang Shixian (2010) dan Li Xuerui (2012).

Minggu, Februari 17, 2013

terima kasih pak candra

matthew jaya astec jakarta . Hari ini matthew jaya astec badminton club melakukan latihan bersama dengan pb.anugerah bali yang dilangsungkan di gor anugerah tadi pagi.

Latihan bersama ini bertujuan untuk menjalin hubungan baik antar klub (bersilahturahmi) , "saya sangat senang dengan penampilan anak anak dari matthew jaya , menang kalah itu tidak jadi soal , yang penting semangat , ini lah kata kata saya katakan sebelum anak anak mulai latihan bersama"

Pemilik Pb . anugerah bali bapak candra , sangat welcome dengan kedatangan kami hingga menjamu kami makan sesudah acara latihan bersama ini di sebuah restoran tadi siang.

Hal ini membuat anak anak kami sangat senang dengan diadakan program semacam ini , untuk bersilahturahmi antar pecinta bulutangkis di tanah air ini.

berikut foto foto yang diambil oleh team dokumentasi kami di gor.anugerah
(anugerah setiap tahun nya digunakan untuk sirnas bali khususnya kelompok anak anak - remaja)






Sabtu, Februari 16, 2013

PBSI Selenggarakan Workshop Referee Daerah dan Nasional

(Jakarta, 15/2/2013) Perwakilan referee dari berbagai provinsi di Indonesia siang ini berkumpul bersama pada acara Workshop Referee Daerah dan Nasional 2013 yang diselenggarakan oleh PBSI. Penataran referee ini berlangsung di markas besar PBSI Cipayung pada 15-16 Februari 2013.
“Semoga dengan diadakannya workshop ini, referee daerah maupun nasional dapat menyamakan persepsi dan tidak ada lagi masalah perbedaan dalam menterjemahkan setiap permasalahan yang terjadi di pertandingan daerah maupun nasional” kata Fuad Basya, Wakil Ketua Umum PBSI yang membuka acara workshop.
 
Pelatihan dipimpin oleh empat orang tutor yang merupakan pengurus besar PBSI yaitu Juniarto Suhandinata (Kasubid BWF dan BAC), Basri Yusuf (Kabid Pengembangan), Eddyanto Sabarudin (Kasubid Turnamen dan Perwasitan) serta Unang Sukardja (Koordinator Perwasitan).
 
“Workshop ini juga diharapkan mampu menambah informasi bagi peserta atas peraturan-peraturan terbaru hingga bisa meningkatkan kemampuan referee sebelum melaksanakan tugas” ujar Eddyanto.
 
Pada hari pertama, para peserta pelatihan akan berdiskusi soal Program Pengembangan Daerah, Sistem Kejuaraan PBSI, Score Sheet, serta Etika dan Kode Etik. Sementara sejumlah studi kasus akan dibahas di hari kedua pelatihan.
 
sumber :
pbsi

Rangking pemain matthew jaya 2013

Matthew jaya astec badminton club . bulutangkis merupakan salah satu peta kekuatan indonesia yang masih dan patut diperhitungkan , apa lagi di seagames mendatang bulutangkis tetap di mainkan/dipertandingkan.

berikut peringkat pemain di klub matthew jaya (prestasi) dari usia dini - remaja (digabung)
Tunggal putra
1.adam putra yosandi
2.timotius elbert
3.Jason chris alexander
4.Luis nikolas peridi
5.Jonathan mikhael putra omggan
6.tosca tamin
7.heaven
8.Christian
9. Andre
10.willy
11.Jose
12.Vicky
13.Richard
14.Hansen
15.Stendy
16.Jonathan
17.Raymond
18.john c
19.Sultan
20.Bernard karuna
21.Mario
22.Yapriyanto
23.Ryan k
24.Temmy
25.Junius
26.Ryan

Tunggal putri
1.Nisa anugerah syam
2.Risda amelia
3.Febbyola mellin
4.Luis leora ivanna
5.Michelle geovani
6.Fadillah nur hidayah
7.Sherina margaretha
8.Dhea rafika
9.Irena p
10.Floren
11.Lidya
12.Lifya
13.Jessica angel
14.Yapprillia
15.Jo angelica
16.Felicia
17.lyliyanti
18.putri
19.Shera

PBSI Sambut Gembira Bulu Tangkis Dimainkan di SEAG 2013

(Jakarta, 30/1/2013) Organisasi bulu tangkis nasional, PB PBSI menyambut gembira kepastian dipertandingkannya cabang bulutangkis pada SEA Games XXVII/2013 di Naypydaw, Myanmar, akhir tahun ini. Kepastian itu didapat setelah Komite Olimpiade Indonesia dan PB PBSI proaktif melakukan lobi kepada sejumlah negara kuat bulu tangkis di Asia Tenggara untuk mendesak tuan rumah Myanmar mempertandingkan cabang olahraga tepok bulu ini. 
Ketua Umum PB PBSI Gita Wirjawan pun mengapresiasi kepastian dipertandingkannya cabang bulu tangkis di ajang pesta olahraga antar bangsa se Asia Tenggara tersebut. Menteri Perdagangan ini menyambut sangat gembira dengan hasil keputusan bulu tangkis bakal dimainkan di SEAG dalam pertemuan Council Member SEAG yang berlangsung di Myanmar, 28-29 Januari.
 
“Kami menyambut positif keputusan dipertandingkannya cabang bulu tangkis di SEA Games mendatang. Ini adalah keputusan yang sangat tepat, mengingat bulu tangkis adalah cabang olahraga tradisionil yang selalu dipertandingkan di kancah SEA Games sejak dulu,” tutur Gita, seperti disampaikan oleh Kasubid Humas dan Social Media PB PBSI, Ricky Soebagdja, Rabu (30/1).
 
Sebenarnya mengacu pada sejarah, bahkan ketika SEAG masih bernama Southeast Asian Peninsular (SEAP) Games yang pertama kali digelar tahun 1959 di Bangkok, Thailand, hingga kini, cabang bulu tangkis tidak pernah absen dipertandingkan di kancah pesta olahraga antar bangsa-bangsa se Asia Tenggara. Khusus bagi kontingen Indonesia, sejak pertama kali berkiprah di SEA Games 1977 di Kuala Lumpur, cabang bulu tangkis selalu menjadi tambang emas.
 
Pada SEA Games XXVI/2011 di Jakarta-Palembang, tim bulu tangkis Indonesia meraup lima medali emas. Medali-medali emas tersebut dipersembahkan dari nomor beregu putra, tunggal putra lewat Simon Santoso, ganda putra (Bona Septano/Moh. Ahsan, ganda putri (Nitya Krishinda Maheswari/Anneke Feinya Agustine), dan ganda campuran (Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir). Dua keping emas lainnya direbut Fu Mingtian asal Singapura (tunggal putri) dan Thailand (beregu putri), setelah mengandaskan Indonesia di final.
 
Disampaikan Gita, dengan digelarnya bulu tangkis menjadi salah satu cabang yang dipertandingkan di SEA Games, kesempatan Indonesia untuk unjuk kekuatan di cabang tepok bulu itu sangat terbuka. Apalagi, sukses di pesta olahraga se Asia Tenggara ini juga sudah menjadi salah satu fokus yang ingin dicapai dalam kepengurusan PB PBSI tahun ini.
 
“Dengan keputusan dipertandingkannya cabang bulu tangkis di SEA Games nanti tersebut, hal ini tentu akan membuat PB PBSI harus segera mempersiapkan atlet-atlet terbaiknya sedini mungkin. PB PBSI tentu ingin mengulang sukses kembali dalam SEA Games mendatang,” tegas Gita, yang akan segera berangkat mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungan kenegaraan ke sejumlah negara di Afrika.
 
Dalam kepemimpinan Gita Wirjawan, selain berambisi sukses di SEA Games, PB PBSI juga tengah fokus untuk bisa meraih keberhasilan besar lain pada tiga kejuaraan penting yang berlangsung tahun ini. Kejuaraan yang menjadi sasaran utama tersebut adalah, All England di Birmingham pada 5-10 Maret, perebutan Piala Sudirman di Kuala Lumpur (19-26 Mei), dan Kejuaraan Dunia di Guangzhou (4-11 Agustus).
 
Ditambahkan oleh Sekjen PB PBSI Koesdarto Pramono, memang sudah sepantasnya dan seharusnya bulu tangkis tetap dimainkan di SEA Games Myanmar. Apalagi, olahraga tepok bulu adalah cabang olahraga tradisionil bagi bangsa-bangsa di Asia. Dengan dipertandingkannya bulu tangkis di SEA Games tentu akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan dan kemajuan bulu tangkis agar tetap bisa dipertandingkan di Olimpiade 2020.
 
“Keputusan ini layak disambut hangat. Semoga bulu tangkis bisa terus dimainkan di SEA Games dan tetap dipertandingkan di Olimpiade mendatang,” harap Koesdarto.

"PBSI Akan Bangun Sekolah Khusus Atlet Bulu Tangkis"...

(Jakarta, 15/2/2013) Pendidikan bagi atlet dipandang sebagai aspek penting dalam menunjang prestasi. Dalam olahraga, atlet tidak hanya mengandalkan otot dan kekuatan, namun otak dan tingkat kecerdasan juga memegang peranan penting.
Untuk itu, Ketua Umum PB PBSI Gita Wirjawan akan membangun sekolah khusus atlet bulu tangkis yang akan menampung 81 atlet di Pelatnas Cipayung.

“Kecerdasan itu penting bagi atlet, ini bisa mempengaruhi pola pikir dan kecerdikan mereka di lapangan. Sekolah ini mengadopsi sistem pendidikan seperti di Sekolah Olahraga di Ragunan, dengan kurikulum tailor made. Waktu belajar juga akan disesuaikan dengan jadwal latihan” ungkap Gita.

Selain itu menurut Menteri Perdagangan RI ini, tujuan lain didirikannya sekolah khusus atlet bulu tangkis ini adalah untuk membekali atlet pada saat mereka berhenti bermain bulu tangkis.

“Kalau memiliki bekal pendidikan, atlet yang sudah pensiun bisa bekerja di Kementrian Olahraga, KONI, KOI dan sebagainya” jelas Gita.

Tak main-main, Gita mengatakan program sekolah atlet bulu tangkis ini akan dijalankan tahun ini juga. Gita bahkan sudah melakukan diskusi dengan sejumlah pihak-pihak terkait dengan program sekolah ini, salah satunya adalah pakar ilmu Fisika, Johannes Surya. Bersama Johannes, Gita membahas soal pengaturan sistem pembelajaran yang tentunya akan berbeda dengan sekolah biasa.

Tak hanya atlet, pelatih pun ternyata bisa memanfaatkan wadah pendidikan yang disediakan PBSI ini. Tingkat pendidikan juga akan disesuaikan melalui tes yang akan dilakukan sesuai minat, bakat, dan kemampuan atlet tersebut.

Selain membangun sekolah, Gita telah menambah fasilitas asrama putri yang dibangun di kompleks Pelatnas Cipayung. Pemain putri akan segera menempati asrama baru mereka dalam waktu dekat.

“Pelatnas Cipayung kini dilengkapi berbagai fasilitas seperti air panas, wifi, tv cable. Khusus wifi dan tv cable ini tidak dipasang di kamar, karena kamar hanya difungsikan untuk istirahat” tambah Gita.

badmintonindonesia.org
A5 (^_^)"

BALI kami datang

matthew jaya astec jakarta . hari ini kami akan berangkat dengan 2 rombongan , rombongan pertama akan berangkat pada pukul 06.30 waktu jakarta dan rombongan kedua akan berangkat pada 11.00 waktu jakarta juga.

Anak anak kami khususnya yang belum pernah berkunjung ke bali , sangat senang dan gembira apa lagi nanti mereka akan melihat berbagai kebudayaan dan jenis tarian tarian serta tempat wisata yang menakjubkan di bali.

General manager yohanes upi mengatakan "saya dan team pengurus sangat mendukung kegiatan ini , apa lagi semangat anak anak terus bertambah , bali adalah pusat atlet atlet yang sangat istimewa , latihan bersama ini saya harapkan akan berlanjut untuk kedepannya , nanti disana kami akan berlatih bersama dengan PB.ANUGERAH BALI , yang diketuai oleh bp chandra , saya sangat berterima kasih atas kesediaan PB.ANUGERAH menerima kunjungan kami , hal ini akan lebih menjalin hubungan jangka panjang antar sesama klub dan sesama pecinta bulutangkis di tanah air"

braavoooo
matthew jaya astec jakarta

Jumat, Februari 15, 2013

Alan Budikusuma Tak Pernah Lepas dari Bulutangkis

Alan Budikusuma Tak Pernah Lepas dari Bulutangkis


Di Surabaya 29 Maret 1968 lalu, lahirlah seorang putra yang diberi nama Alan Budikusuma. Ia menjadi salah satu warga Indonesia yang mendapatkan tanda kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama, yakni penghargaan tertinggi yang bisa diberikan negara kepada warga negara yang dianggap berjasa kepada nusa dan bangsa. Tanda kehormatan ini, ia dapatkan usai meraih medali emas Olimpiade bersama calon istrinya kala itu, Susi Susanti di Barcelona tahun 1992.

Selain meraih medali emas di cabang olah raga yang baru pertama kali dipertandingkan di Olimpiade tersebut, Alan pernah mencatatkan beberapa prestasi lainnya, seperti menjuarai Belanda Terbuka (1989), dua kali juara Thailand Terbuka, yaitu pada 1989 dan 1991, Cina Terbuka (1991), Jerman Terbuka (1992), Invitasi Piala Dunia (1993), dan Malaysia Terbuka (1995).

Usai Olimpiade 1996, Alan gantung raket. Namun hal ini tak lantas membuatnya berhenti dari dunia bulutangkis, kini ia memiliki produk bulutangkis yang ia beri nama Alan Susi Technology (Astec) yang saat ini mulai dikenal masyarakat luas, terlebih lagi usai Astec berhasil menggaet beberapa nama Pelatnas untuk mereka sponsori, diantaranya adalah atlet PB Djarum yang kini berada di Pelatnas, Dionysius Hayom Rumbaka.

Hayom mengakui salah satu pertimbangannya untuk memilih Astec dibanding produk lain yang menawarkan nilai kontrak lebih besar, adalah sosok Alan. Ia bertutur bahwa Alan bisa ia jadikan sebagai panutan dan role model yang akan ia ikuti jejaknya.

"Selain produk Indonesia, saya pun mempertimbangkan bahwa produk ini adalah milik Alan dan Susi. Dua orang yang bisa saya jadikan panutan," tuturnya. (IR)
 
sumber website : pbdjarum

pelatnas dan astec

ASTEC bangga dapat ikut serta memberi dukungan kepada 8 atlit pelatnas kebanggaan Indonesia : Dionysius Hayom Rumbaka, Selvanus G, Alexander Ronald, Gloria Emanuelle Widjaya, Anneke Feinya Agustin, Bellaetrix Manuputty, Melati Daeva Oktavianti dan Rosyita Eka Putri Sari.

Teruslah tingkatkan prestasi untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia internasional.

Jayalah bulutangkis Indonesia.

Astec - Challenge, Ignite, Invigorate
-winning is a state of mind-

Remembering Legendary All England Winner Eddy Choong

Text by Gayle Alleyne
“My aim was always to set a benchmark for others to meet. If we were to gauge our progress it is through surpassing our forefathers.”
This visionary insight from Malaysian and world badminton legend, Datuk Eddy Choong, highlights what motivated and drove him throughout a stellar career – the pinnacle of which was his four-year vice grip on the All England Men’s Singles title (1953, 1954, 1956 and 1957).
The 82-year-old, who passed away yesterday afternoon in his homeland, was revered in the badminton world for his amazing string of success both as a singles and doubles player; teaming up with his brother David in the latter pursuit. In total, Choong counted 450 titles; 75 international championships in 14 countries. He was also a member of Malaysia’s triumphant Thomas Cup squad in 1955.
This famed son of Penang was part of the Asian wave in the 1950s that transformed badminton which was previously a European-dominated sport. Standing just five feet, four inches, he literally looked up to many rivals – on court however it was a totally different story.
In fact, his diminutive stature proved an advantage; his lightning speed and famous jump-smashes combining to be the undoing of countless opponents. Never resting on his laurels, the ambitious Choong was known to train tirelessly as well as research equipment and techniques that could improve his game. His dedication to this regime was likely among the reasons he enjoyed such longevity as a shuttler, winning the All England Veterans Men’s Doubles title at age 53.
In recognition of his exemplary achievements and outstanding contribution to badminton, the International Badminton Federation (IBF) – the forerunner to the Badminton World Fedration (BWF) – introduced the “Eddy Choong Player of the Year” award. In 2008, BWF changed the award to the “Eddy Choong Most Promising Player of the Year”.
Choong leaves behind his widow Datin Maggie Choong, four sons and five grandchildren. His remains will be cremated on Friday.
The BWF extends condolences to his family and wide circle of friends throughout the badminton community.
*****
PHOTOS:
BADMINTON'S BEST: Datuk Eddy Choong (left) is pictured in his heyday. At right, Choong is honoured by the International Badminton Federation (IBF) with the Herbert Scheele Award for Outstandingly Exceptional Services. Presenting the award was then IBF President, Madame Lu Shengrong of China.
* Photo at left compliments the Olympic Council of Malaysia (OCM) Sports Museum & Hall of Fame