sumber Bola.net - Mantan pebulu tangkis nasional, Alan Budikusuma,
mengatakan atlet Indonesia memiliki bakat alami, sementara pemain dari
luar negeri tidak mempunyai kemampuan seperti itu.
"Dengan
adanya bakat alami tersebut seharusnya lebih mudah dalam mendapatkan
bibit baru di bidang perbulutangkisan. Bahkan, jumlah peserta setiap ada
kejuaraan bulu tangkis di tanah air selalu membeludak," katanya di
Kudus, Jumat.
Menurut dia, kondisi tersebut dapat menjaring
atlet berkualitas sebanyak-banyaknya, sekaligus mendukung proses
regenerasi pebulu tangkis Indonesia agar tidak terputus.
Di
negara luar, kata dia, kemampuan atlet bulu tangkis memang dibentuk,
bukan sebagai bakat alami. "Hanya saja, bangsa ini belum memanfaatkan
keunggulan tersebut," katanya menandaskan.
Kegagalan
Indonesia menjadi juara pada sejumlah kejuaraan bulu tangkis tingkat
dunia pada tahun ini, menurut dia, salah satu faktornya adalah proses
regenerasi yang terputus sementara.
"Hal ini bisa dilihat
dari jumlah atlet yang sering tampil di kejuaraan level dunia cenderung
tidak berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Artinya, kemampuan atlet
junior dinilai belum menyamai atau mendekati pendahulunya," katanya.
Padahal,
lanjut dia, kondisi serupa juga dialami negara lain. Bahkan, mereka
hingga sekarang masih mengandalkan atlet senior di setiap kejuaraan
kelas dunia.
"Hanya saja, negara luar lebih beruntung karena mampu memanfaatkan kondisi tersebut untuk bisa merengkuh juara," ujarnya.
Minimnya
prestasi bulu tangkis Indonesia saat ini, kata dia, tidak hanya karena
faktor proses regenerasi, tetapi kesempatan bertanding di level dunia
bagi atlet junior minim sehingga pengalaman bertandingnya juga minim.
"Hal ini tentu terkait dengan kondisi keuangan yang ada," ujarnya.
Ia
berharap pembinaan atlet bulu tangkis di Tanah Air mendapat dukungan
dana dari pemerintah sehingga atlet muda Indonesia memiliki kesempatan
bertanding di setiap even dunia.
Kegagalan proses
regenerasi di tingkat junior, diduga kuat karena masalah dana, mengingat
pertandingan di level pertama masih sering ditanggung orang tua
masing-masing atlet.
Tak pelak, jumlah atlet yang
benar-benar bertekad meneruskan keahliannya di bidang bulu tangkis
terbatas karena disesuaikan dengan bujet yang diperoleh dari orang tua
atau sponsor.
Alan lantas mencontohkan China. Negara ini
justru memberikan alokasi dana untuk pembinaan olahraga, bahkan khusus
bulu tangkis anggarannya relatif cukup besar.
"Mereka
berpendapat, pembinaan olahraga akan menjadi faktor penentu kualitas
rakyatnya. Filosofi mereka jasmani yang sehat, rohani pun dipastikan
akan ikut sehat," ujarnya.
Artinya, dukungan dana yang
besar pada bidang olahraga tidak hanya untuk mencapai prestasi di
tingkat dunia, tetapi untuk menjamin setiap warganya sehat secara
jasmani dan rohani, paparnya.
Sementara itu, Susi Susanti
yang juga mantan pebulu tangkis nasional, menegaskan bahwa bantuan
pemerintah sangat diharapkan, terutama dalam bentuk dana pembinaan atlet
muda berbakat.
"Biaya pembinaan atlet bulu tangkis memang
tidak sedikit dan untuk mencetak atlet berkualitas yang bisa
mengharumkan nama bangsa juga butuh waktu yang lama," ujarnya.
Dengan
adanya Kementerian Pemuda dan Olahraga, kata dia, seharusnya turut
memberikan dukungan terhadap pebulu tangkis Indonesia untuk bisa meraih
kejayaannya kembali.
Terkait dengan sejumlah fasilitas
modern yang diberikan kepada atlet di masing-masing klub, Susi menilai
cukup memberikan kenyamanan para atlet, dan dia berharap bisa menjadi
penunjang prestasi mereka.
"Kenyataannya, fasilitas yang nyaman bagi atlet justru membuat mereka manja," ujarnya.
Kondisi
tersebut menjadi tantangan bagi para pelatih untuk mencetak atlet yang
berprestasi dengan fasilitas lengkap tersebut. "Selain menjadi
tantangan, pelatih juga harus termotivasi untuk berinovasi menghasilkan
atlet berkualitas," ujarnya.
Jika dibandingkan dengan
fasilitas para atlet terdahulu, kata dia, memang jauh lebih komplit
sekarang. "Hanya saja, kita tidak perlu lagi membandingkannya dengan
kondisi terdahulu. Saat ini, yang perlu dipupuk adalah semangat pantang
menyerah untuk meraih prestasi yang lebih baik lagi," ujarnya.
"Saya
sedih dengan kondisi perbulutangkisan di Tanah Air saat ini karena
minim prestasi. Mudah-mudahan kondisi ini menjadi cambuk semangat para
atlet muda kita untuk berjuang meraih prestasi," ujarnya.
Hal
senada juga pernah dikemukakan mantan pebulu tangkis nasional lainnya,
Hastomo Arbi. Dia menganggap prestasi bulu tangkis Indonesia saat ini
memang menurun jika dibandingkan dengan prestasi para pemain sebelumnya.
Ia
mengatakan pebulu tangkis yang bertanding pada era sebelumnya memang
cukup berkualitas dan memiliki semangat juang tinggi. "Hanya saja, aroma
kompetisi tahun sebelumnya masih terbatas sehingga prestasi atlet bulu
tangkis Indonesia cukup membanggakan," ujarnya.
Saat ini,
kata dia, jumlah negara yang mengikuti pertandingan di bidang olahraga
ini cukup banyak dan kualitas atlet masing-masing negara juga mulai
meningkat.
"Hanya saja proses pembinaan atlet bulu tangkis
di Tanah Air masih kurang maksimal, terbukti pada saat atlet senior
mulai memasuki masa pensiun, kemampuan penerusnya justru belum sepadan
atau minimal mendekati," ujarnya.
Hal tersebut, menurut
dia, menandakan proses regenerasi belum maksimal sehingga perbedaan
kemampuan antara atlet senior dengan junior cukup mencolok.
Tak
pelak, pada saat atlet senior gantung raket, atlet junior tidak siap
menghadapi persaingan dunia yang semakin ketat. "Dan, buruknya proses
regenerasi atlet muda ini diperparah dengan minimnya kesempatan atlet
junior mengikuti kompetisi di level dunia," katanya. (ant/row)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bagaimana pendapat kalian ?