TEMPO.CO, Jakarta-
Kontrak individu yang selama ini “diharamkan” di pemusatan latihan
nasional bulutangkis kini dibuka lebar-lebar. Menurut Ketua Umum
Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) Gita
Wiryawan, kontrak macam ini justru akan memotivasi dan menambah semangat
para pemain untuk lebih berprestasi dan berdisiplin.
Hal itu
ditegaskan Gita di hadapan ketua umum induk-induk organisasi cabang
olahraga dalam pertemuan di Jakarta, Jumat, 15 Februari 2013. Pertemuan
yang diprakarsai Komite Olimpiade Indonesia (KOI) itu bersifat rutin dan
kali ini PB PBSI menjadi tuan rumah.
Di antara yang hadir
terdapat Bob Hasan (atletik), Adang Darajatun (angkat besi), Djoko
Pramono (layar), Ketua KOI Rita Subowo, dan mantan Ketua Umum KONI Pusat
Agum Gumelar. Diungkapkan oleh Gita, kontrak individu itu membuat para
pemain lebih bersemangat. “Mereka kini bangun lebih pagi dan latihan
lebih lama,” kata dia.
Dibukanya kontrak individu tersebut
merupakan langkah terobosan mengingat selama ini ketiadaan kontrak jenis
ini menjadi penyebab menyempalnya sejumlah pemain terbaik dari
Pelatnas. Kini kontrak kolektif hanya dijalankan oleh PB PBSI untuk
mengatrol prestasi para pemain muda.
Gita menjelaskan sekarang
ada 80 pemain di pelatnas bulu tangkis Cipayung. Mereka semua telah
menyelesaikan proses pelelangan sponsor baru mereka di 2013. Dalam
kontrak individu, sponsor memang langsung berhubungan dengan pemain
tanpa melalui PBSI.
Pemain memang diuntungkan dengan model ini.
Dari kontrak individu, Liliyana Natsir, juara ganda campuran All England
2012, misalnya, digaji di atas Rp 1 miliar per tahun.
Selain
kontrak individu dan kolektif, PBSI kini juga berupaya memotivasi pemain
agar berprestasi tinggi dengan pemberian bonus. Bonus serupa juga akan
diberikan kepada pelatih dan asisten pelatih yang dapat mengantarkan
pemainnya menjuarai turnamen All England dan BWF World Champion tahun
ini.
Bonus bagi pelatih dan asistennya ini berupa gaji tiga kali
lipat. Bahkan Gita berjanji jika pelatih dan asistennya dapat mengantar
pemain menjuarai Piala Sudirman (beregu), mereka akan diberi bonus 5
kali lipat gaji.
Soal pencarian dana, Gita menyatakan PBSI tidak
akan meminta dana dari pemerintah maupun Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Gita mengaku sudah berhasil menggaet tujuh perusahaan yang
bersedia mengontrak pemain selama dua tahun. Ketujuh perusahaan itu
adalah Victor, Yonex, Flypower, Li Ning, Astec, Babolat, dan Reinforce
Speed. Total dana yang digelontorkan ketujuh sponsor itu selama dua
tahun adalah Rp 33,2 miliar. Dana itu juga dipakai untuk membayar
pelatih.
Gita juga menargetkan sekolah bagi pebulutangkis yang
dia janjikan, bakal selesai dibangun di Cipayung, akhir tahun ini. ”Saya
ingin para atlet juga memiliki kemampuan akademik di samping
berprestasi di bulu tangkis,” ujarnya.
Pembangunan gedung sekolah
diperkirakan hanya memakan waktu enam bulan. Ia berencana meminta
Yohanes Surya, fisikawan, untuk membuat kurikulum yang tepat bagi para
pemain.
Gita mengadopsi sistem Sekolah Atlet Ragunan, Jakarta. Ia
juga berencana menyediakan fasilitas pendidikan tinggi. Ia ingin supaya
atlet-atlet memiliki kemampuan lain yang bisa dikembangkan setelah
pensiun sebagai atlet, seperti Alan Budikusuma dan Susi Susanti yang
bisa berbisnis pasca-berkarier sebagai atlet.
Ketua Dewan
Kehormatan KOI/KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Agum Gumelar
memuji inovasi Gita. ”Beban saya berkurang mendengar presentasi Pak
Gita,” kata Agum. “Masih ada satu beban lagi yang tersisa yaitu
kekisruhan sepak bola kita.”
Agum menyatakan pengurus-pengurus
cabang olahraga lain tidak semuanya dapat berinovasi seperti PB PBSI.
Hal itu terkait dengan populer tidaknya cabang olahraga tersebut di
masyarakat dan prestasi yang telah dicapai. “Bagi PB (pengurus besar)
lain, mari kita bulatkan tekad untuk menghadap Pak Dahlan Iskan (Menteri
BUMN) untuk mensponsori olahraga kita,” kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bagaimana pendapat kalian ?