Peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992, Alan Budi Kusuma berharap Menpora dalam kabinet baru adalah orang yang mengerti pentingnya pembinaan dan perhatian pada perkembangan olah raga Indonesia.
Menurut Alan yang kini menjalani bisnis peralatan olah raga bersama isterinya, Susy Susanti, pembinaan pemerintah diperlukan agar arah olah raga nasional menjadi lebih jelas dengan target-targetnya. Ia menunjuk, yang paling mudah dan di depan mata adalah target menjadi penyelenggara Asian Games 2018 yang sukses. “Kita maunya kan sukes di sektor penyelenggaraan dengan adanya fasilitas-fasilitas olah raga yang lengkap dan modern serta tentunya prestasi atlet dalam peringkat perolehan medali,”kata Alan.
Menurut Alan, proyek seperti Hambalang sebenarnya secara gagasan sudah baik, karena ada usaha pembinaan secara terpadu. “Sayangnya memang terhambat hal-hal di luar teknis,” kata Alan. “Pembinaan itu berkaitan dengan program dan pendanaan. Program yang bagus akan berjalan bila tersedianya dana. Tanpa itu, program akan tersendat bahkan berhenti,”lanjut Alan.
“Kita ini sudah sangat tertinggal dibandingkan negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Thailand. Nggak usah dibadingkan dengan China (Tiongkok) lah, terlalu jauh,” lanjutnya.
Membina atlet menurut Alan tidak bisa dilakukan dalam 1-2 tahun, kemudian kita berharap hasilnya. “Tunggal puteri Ratchanok Intanon disiapkan oleh Thailand dalam program delapan tahun. Ia disiapkan target berdasar tahapan usianya. Puncaknya, di tahun kedelapan pada 2016 mendatang, ia harus meraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro. Itu sudah harga mati,” katanya.
Namun menurut Alan, hal ini dapat berjalan apabila komitmen dari pemerintah dipegang dengan kuat. “Pemerintah memikirkan bagaimana atlet tersebut merayapi karirnya hingga mencapai target puncak dan kemudian menyiapkan jaminan buat diri mereka saat memasuki tahapan menurun dan pensiun,” lanjut Alan.
Perhatian tersebut dapat juga berupa lapangan pekerjaan buat atlet. Tentunya sesuai dengan kemampuannya. “Saat kita menjadi atlet nasional, kita tidak berpikir soal apa imbalan dari pemerintah. Kita hanya berpikir bagaimana berprestasi setinggi mungkin, dengan tujuan akhir adalah menaikkan merah putih di ajang internasional,” katanya.
“Biasanya atlet telah mengorbvankan masa-masa emasnya, termasuk kesempatan mereka untuk bersekolah. Kekahawatiran masa depan pun baru mulai dipikirkan saat telah mendekati pensiun,” lanjutnya.
Karena itulah Alan menyambut baik gagasan untuk memberi pensiun atau uang hari tua kepada para mantan atlet yang pernah memberi jasa kepada negara di ajang SEA Games, Asian Games dan Olimpiade. “Saya setuju sekali. Ini kan seperti pengakuan bahwa olah raga merupakan satu bidang atau lapangan kerja dan ajang pengabdian kepada negara. Sama seperti menjadi pegawai pemerintahan atau pun di militer,” lanjut Alan.
Alan berharap figur menteri pemuda dan oalh raga (Menpora) yang baru di era Persiden Jokowi adalah orang yang memang ingin olah raga Indonesia maju. “Kalau dia bekas olah ragawan atau datang dari kalangan yang punya pengalaman dengan olah raga tentu lebih baik,”ungkapnya.
Alan yang mengundurkan diri pada awal 2000-an mengaku kalangan bulu tangkis Indonesia merasa iri dnegan perlakukan istimewa yang diterima atlet bulu tangkis Malaysia, Lee Chong Wei. “Lee Chong Wei belum pernah menjadi juara dunia atau memberi medali emas Olimpiade buat negaranya. Namun pemerintah Malaysia telah memberi jaminan pensiun seumur hidup buatnya. Di Indonesia, ada 9 orang yang telah memberi medali emas Olimpiade buat negeri ini, namun penghargaan yang diterima masih berbeda.”
Kesembilan peraih medali emas Olimpiade smeua berasal dari cabang bulu tangkis, yaitu Alan Budi Kusuma, Susy Sunati (1992), Rexy Mainaky-Ricky Subagdja (1996), Candra Wijaya/Tony Gunawan (2000), Taufik Hidayat (2004) dan Markis KIdo/Hendra Setiawan (2008).
Menurut Alan, jaminan masa depan atlet merupakan kunci untuk mendapatkan resources atlet yang baik untuk masa depan. “Ketika orang tua sadar bahwa anaknya memiliki jaminan masa depan atau hari tua setelah berprestasi baik, maka akan banyak orang tua yang akan membawa anaknya untuk menjadi atlet.”
Sumber : Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bagaimana pendapat kalian ?