Manusia terdiri dari ciptaan mental dan ciptaan fisik. Dalam hal ini, mental merupakan poin penting yang menentukan seperti apa karakter manusia tersebut di mata oranglain. Contoh simple dalam kehidupan sehari-hari, seorang mahasiswa yang diberikan tugas oleh dosennya. Lalu mahasiswa tersebut belum apa-apa sudah mengeluh “ah, susah...gue nggak bisa. Males ah...” Kemudian temannya melontarkan kalimat secara spontan “dasar mental tempe.” Simple, kan? Orang lain saja dengan cepat bisa menilai seseorang hanya karena sedikit keluhan saja. Tingkat determinasi seseorang dapat diukur dengan mental yang dimiliki.
Seorang atlet lari mengikuti turnamen olahraga marathon di daerahnya. Kebetulan daerahnya terkenal dengan olahraga maraton yang diadakan tiap tahunnya. Ia sangat ingin menjadi juara hingga 3 tahun sudah ia mengikuti turnamen tersebut secara rutin. Tapi...semuanya tidak dapat ia menangkan. Di tahun ke 4, ia mengikuti lagi turnamen itu. Kali ini, dia begitu yakin dan sangat antusias dengan semangat yang menggebu-gebu. Ia sudah melakukan latihan fisik untuk menjaga kebugaran dan staminanya. Saat pertandingan berlangsung, baru 25 meter melangkahkan kakinya tiba-tiba ia merasakan ada yang tidak beres pada otot pahanya. Ini menyebabkan dirinya tersungkur di tengah kerumunan atlet lainnya. Ia sangat kesal pada dirinya sendiri hingga menimbulkan amarah yang tidak bisa ia keluarkan. Saat jatuh, ia berusaha bangun dan mencoba berdiri. Ia mulai melangkahkan kakinya, tapi rasa sakit di pahanya tidak bisa ia tahan. Atlet-atlet yang lain pun sudah meninggalkan jauh. Berkali-kali ia mengalami jatuh seperti itu akibat cedera di pahanya hingga muncul di dalam benaknya untuk menghentikan turnamen ini. Tapi ia tidak lagi memikirkan untuk menjadi juara dalam turnamen ini, ia fokus pada garis finish di depan sana. Dan ia tetap tergabung dalam turnamen ini. Langkah demi langkah ia lalui untuk menyelesaikan turnamen ini. Akhirnya, atlet ini berhasil mencapai garis finish juga walaupun dengan kondisi yang mengkhawatirkan hingga mendapatkan tepuk tangan dari panitia dan penonton yang menunggu di garis finish. Kemudian atlet ini pun mendapatkan perawatan medis.
Menjadi juara memang impian semua orang. Siapa yang tidak ingin menjadi pemenang dalam hidup ini? Memang, jika kita keluar menjadi pemenang akan timbul kepuasan tersendiri. Tapi hal ini tidak menutup kemungkinan apabila orang tersebut tidak bisa bangkit jika mengalami kegagalan dalam perjalanannya. Dari sini akan terlihat siapa saja yang bisa melewati proses jatuh bangun. Semakin sering timbul jatuh bangun berarti mental kita semakin diuji.
Disini...bukan tentang bagaimana cara menjadi juara atau pemenang tapi tentang bagaimana seseorang membangun mental juara. Dari kisah atlet maraton tersebut bisa kita lihat determinasi dan kegigihannya untuk menyelesaikan turnamen. Dia tidak berhenti melangkah dan meneruskan turnamen tersebut hingga garis akhir. Inilah yang dinamakan MENTAL JUARA!
Tanamkan pada diri anda mental yang seperti itu, bukan masalah anda keluar sebagai pemenang atau tidak. Keputusan yang anda pilih adalah “pertandingan” yang anda mulai. Berjanjilah pada diri anda untuk terus melangkah dan menyelesaikan “pertandingan” tersebut! . Saat anda jatuh kemudian bangkit...jatuh...bangkit lagi...jatuh lagi...bangkit lagi...dan anda tidak pernah berhenti menyerah untuk terus bangkit! Tidak perlu menjadi juara tapi milikilah mental juara!!! FINISH WHAT YOU STARTED!
sumber : axl29.com