Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) terus melakukan berbagai upaya untuk mengembangan olahraga bulutangkis hingga menembus ke berbagai lapisan masyarakat di Tanah Air. Komunitas pelajar dipandang sebagai salah satu elemen penting dalam upaya pemassalan dan pemasyarakatan olahraga bulutangkis, sekaligus sebagai wadah untuk mengetahui potensi pelajar sebagai generasi penerus di masa yang akan datang.
Hal itu didasari fakta selama ini bahwa pemain bulutangkis itu lahir dan didapatkan dari berbagai kota di pelosok di Tanah Air. Sebagai contoh, Rudy Hartono datang dari Surabaya, Liem Swie King (Kudus), Icuk Sugiarto, Joko Supriyanto (Solo), Ivana Lie (Bandung), Susy Susanti (Tasikmalaya), Hendrawan (Malang), Taufik Hidayat (Pangalengan), Simon Santoso (Tegal), Hendra Setiawan (Pemalang), Liliyana Natsir (Manado), Tontowi Ahmad (Banyumas), Mohammad Ahsan (Palembang), dll.
Mereka ini menyukai olahraga bulutangkis sejak usia muda. Para pemain ini mulai berkarier ketika duduk di bangku sekolah dasar. Lewat sentuhan pelatih dan ditempa lewat kompetisi yang berjenjang dan kontinyu, para bibit pemain dari berbagai kota ini kemudian bisa menjadi pemain kelas dunia yang ikut mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia di ajang internasional.
Maksud kesepakatan bersama (MoU) antara PP PBSI dan Kemendikbud ini adalah untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan olahraga bulutangkis secara berkelanjutan yang berbasis pendidikan. Sementara tujuan dari kesepatakan kerja sama ini adalah untuk melaksanakan pembinaan dan pengembangan olahraga bulutangkis yang berbasis pendidikan secara terpadu dan berdaya guna.
Kesepakatan bersama antara PP PBSI dan Kemendikbud tersebut diwujudkan dengan dilakukannya penandatangan MoU tersebut oleh Ketua Umum PP PBSI Gita Wirjawan dan Mendukbud, M. Nuh di National Golf, Senayan, Jakarta, Jumat (13/12). Dalam acara tersebut hadir pula jajaran pengurus PP PBSI dan pejabat teras Kemendikbud.
“Saya berharap dengan kerja sama ini, olahraga bulutangkis bisa semakin melembaga di sekolah-sekolah dasar dan menengah, sehingga nantinya akan banyak melahirkan bibit-bibit unggul yang bisa menjadi generasi penerus bangsa di masa yang akan datang,” kata Gita Wirjawan, Ketua Umum PP PBSI.
Sementara menurut Mendikbud, M. Nuh, kini saatnya bangsa Indonesia mulai berpikir lebih sistematik dalam mengola berbagai potensi yang dimiliki bangsa dan negara Indonesia, termasuk dalam hal urusan bulutangkis. Saat ini ada 52 juta pelajar dari tingkat dasar hingga lanjutan atas, serta ada 185 ribu sekolah dasar hingga SMP. Selain itu, dukungan anggaran dari pemerintah pun sudah ada. Karenanya, Kemendikbud menyambut baik inisiatif PP PBSI untuk memasukkan cabang bulutangkis ke dalam sistem pendidikan nasional.
“Hari yang sangat membahagiakan. Kita hari ini lewat MoU yang telah ditandatangani, kita bisa memasukkan cabang bulutangkis masuk dalam sistem pendidikan kita dan secara sistematik pula akan kita lakukan terhadap pelajar. Terima kasih kepada PBSI yang memiliki inisiatif untuk memasukkan bulutangkis ke dalam sistem pendidikan kita. Semoga dalam lima atau 10 tahun ke depan bisa ditemukan bibit –bibit pemain yang bisa mengharumkan nama Indonesia,” pesan M. Nuh.
Dengan tujuan meningkatkan pembinaan dan pengembangan olahraga bulutangkis secara berkelanjutan yang berbasis pendidikan, PBSI menggandeng Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk bekerja sama. Ruang lingkup kesepakatan bersama ini, meliputi hal seperti,
1. Pembudayaan olahraga bulutangkis di satuan pendidikan
2. Pengembangan sistem pemanduan dan pengembangan bakat
3. Penyelenggaraan kompetisi secara sistematis, berjenjang, dan berkelanjutan
4. Peningkatan mutu atlet dan pelatih
5. Pengembangan sistem penghargaan, monitoring, dan evaluasi
6. Peningkatan pembinaan dan pengembangan bulutangkis yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.
Ditambahkan oleh Gita, dalam tempo enam ke depan, bentuk konkrit MoU antara PBSI dan Kemendikbud ini bisa terwujud. Diharapkan pula akan semakin banyak pelajar yang bermain bulutangkis dan akan jauh lebih banyak lagi warga Indonesia berminat bermain bulutangkis.
“Ini adalah juga impian kita di PBSI agar para pebulutangkis di Pelatnas Cipayung kelak juga bisa memiliki karier yang berkesinambungan untuk memiliki kehidupan yang cerah setelah mereka berhenti dari bulutangkis,” ujar Gita. (*)