tulisan berjalan

SELAMAT DATANG di akun media sosial racketbadminton.blogspot.co.id

Senin, April 22, 2013

SUSI SUSANTI : LEGENDA HIDUP BULUTANGKIS DUNIA



Nggak asyik banget deh kalau tidak kenal Susi Susanti. Yah, meskipun belum pernah salaman tapi paling tidak kenal nama dan prestasi. Dialah pebulutangkis tunggal putri pertama yang meraih medali emas di Olimpiade Barcelona (1992). Hingga kini tidak ada pebulutangkis wanita lain di dunia yang menyamai prestasi Susi meraih gelar juara Olimpiade, World Championship, dan All Englandsecara berturut-turut. Nama Susi Susanti juga tercatat di Guinness Book of World Records sebagai pebulutangkis yang menjuarai All England 4 kali berturut-turut! 

Lahir dengan nama Lucia Fransisca Susi Susanti alias Wang Lian-xiang di Tasikmalaya (Jawa Barat), 11 Februari 1971. Orangtuanya yang pedagang sembako di pasar Tasikmalaya sangat mendukung bakat sang putri hingga Susi yang sudah belajar bermain bulutangkis sejak usia 5 tahun, telah serius berlatih di usia ke-7 tahun! Bakat dan dukungan keluarga membuat Susi mampu berprestasi di tingkat internasional sejak usia belasan tahun. Di masa jayanya, Susi nyaris tak terkalahkan. Dalam setiap turnamen internasional yang diikutinya, bisa dipastikan Susi tak terkalahkan! Berkat prestasinya yang luar biasa selama aktif menjadi atlet bulutangkis, Susi bahkan telah dianugerahi Hall of Fame dari federasi bulutangkis dunia,Badminton World Federation (BWF). Selain pada Susi, penghargaan yang sama juga diberikan pada Rudy Hartono, Christian Hadinata, Dick Sudirman, dan Liem Swie King.  Tak berlebihan bila Susi disebut salah satu legenda hidup bulutangkis dunia.

Kini, istri peraih emas bulutangkis tunggal putra Olimpiade Barcelona, Alan Budikusuma ini menikmati kehidupan sebagai ibu dari 2 putra dan 1 putri. Bersama sang suami, Susi mendirikan perusahaan alat-alat bulutangkis 'Astec' yang merupakan singkatan Alan-SusiTechnology. Pasangan tokoh bulutangkis dunia inipun mendirikan stadion bulutangkis di Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang diberi namaOlympic Badminton Hall. Susi sendiri berpatungan dengan mantan srikandi bulutangkis lain, Rosiana Tendean, membangun usaha pijat refleksi, juga di kelapa Gading, tak jauh dari rumahnya. Idenya muncul karena semasa menjadi atlet, mereka kesulitan mencari tempat pijat refleksi kalau menderita salah urat. Untuk menepis citra miring, Susi dan Rosi memajang nama mereka di depan ruko tempat usaha pijat refleksi mereka. 

Setelah bertahun-tahun 'pensiun', Susi sempat bertanding lagi, namun dalam kegiatan pengumpulan dana untuk korban letusan Gunung Merapi Yogyakarta, tahun lalu. Susi juga tetap memberi sumbangan pada bulutangkis Indonesia dengan menjadi manajer tim, melatih para pemain yunior, hingga mengadakan turnamen bulutangkis untuk anak-anak usia dini. Namun cita-citanya mendirikan sekolah bulutangkis untuk anak-anak usia dini masih terganjal kurangnya dana. Susi berharap, bulutangkis bisa masuk dalam kurikulum sekolah sejak tingkat SD agar penjaringan bibit-bibit berbakat lebih efektif.

Prestasi:
- Juara Indonesia Open (1989)
- Juara All England (1990)
- Juara World Badminton Grand Prix (1990)
- Juara All England (1991)
- Juara Thailand Open (1991)
- Juara Swedish Open (1991)
- Juara Indonesia Open (1991)
- Juara Denmark Open (1991)
- Juara China Taipei Open (1991)
- Juara World Badminton Grand Prix (1991)
- Medali emas Olimpiade Barcelona (Spanyol, 1992)
- Juara World Badminton Grand Prix (1992)
- Juara Thailand Open (1992)
- Juara Japan Open (1992)
- Juara Denmark Open (1992)
- Juara All England (1993)
- Juara World Championships (1993)
- Juara World Badminton Grand Prix (1993)
- Juara Dutch Open (1993)
- Juara Malaysia Open (1993)
- Juara Thailand Open (1993)
- Juara All England (1994)
- Juara China Taipei Open (1994)
- Juara World Badminton Grand Prix (1994)
- Juara Indonesia Open (1994)
- Juara Japan Open (1994)
- Juara Thailand Open (1994) 
- Juara Piala Uber (1994, bersama Tim Uber Indonesia)
- Juara Malaysia Open (1994)
- Juara Malaysia Open (1995)
- Juara Indonesia Open (1995)
- Juara Korea Open (1995)
- Juara Japan Open (1995)
- Juara Piala Uber (1996, bersama Tim Uber Indonesia)
- Medali perungggu Olimpiade Atlanta (Amerika Serikat, 1996)
- Juara World Badminton Grand Prix (1996)
- Juara Indonesia Open (1996)
- Juara Indonesia Open (1997)
- Juara Malaysia Open (1997)
(MGH/Foto: Richard Sam Bera)

Tan Joe Hok, Perintis di Pentas Bulu Tangkis.Terasing di Negeri Sendiri

TAN Joe Hok menorehkan sejarah setengah abad lalu. Ia pemain bulu tangkis Indonesia pertama yang menjuarai All England dan meraih medali emas Asian Games. Bersama enam pebulu tangkis lain—Ferry Sonneville, Eddy Yusuf, Olich Solihin, Lie Po Djian, Tan King Gwan, dan Njoo Kim Bie—Tan juga memboyong Piala Thomas untuk pertama kali ke Tanah Air. Kini 72 tahun usianya. Berpuluh tahun menggantungkan raket, Tan berjuang di lapangan yang lain: merobohkan tembok diskriminasi yang membuatnya merasa dipinggirkan sekaligus dilupakan.Di tengah prestasi yang kerontang kini, bulu tangkis Indonesia perlu menengok kembali cerita Tan. Kepada Tempo, ia menuturkan kisah hidupnya yang berwarna. SAYA dilahirkan di zaman yang salah. Tak seperti di zaman kini yang serba tersedia, saya mulai menekuni bulu tangkis pada kondisi yang serba terbatas. Saya tak punya raket, lapangan bulu tangkis bersemen tak ada, untuk berlatih di klub pun harus menempuh jarak yang jauh menggunakan sepeda.. Dan ketika pertama kali ditunjuk sebagai salah satu anggota tim Piala Thomas, saya berangkat ke lapangan udara Kemayoran menggunakan becak.Ini cerita seorang Tan Joe Hok. Mungkin orang hanya tahu saya orang pertama yang menjuarai All England, pada 1959, dan meraih medali emas Asian Games tiga tahun kemudian. Saya dan enam pemain lain juga merebut Piala Thomas untuk pertama kali, pada 1958. Nama saya pun diulas panjang-lebar di majalah Sport Illustrated—majalah olahraga bergengsi di Amerika—ketika saya berusia 22 tahun. Saya disebut sebagai pemain tak terkalahkan. Namun, di balik sukses itu, saya sebenarnya hanya rumput liar yang mesti hidup di segala keadaan.Saya lahir di zaman malaise yang waktu itu baru berakhir. Tepatnya pada 11 Agustus 1937. Saya anak kedua dari enam bersaudara. Ayah saya, Tan Tay Ping (almarhum), bekerja sebagai pedagang tekstil yang harus sering meninggalkan keluarga untuk mencari nafkah. Kondisi ekonomi keluarga kami kekurangan. Untuk membeli beras, kami harus antre. Sejak berumur lima tahun, saya sudah terbiasa antre beras sendirian.Ketika umur saya menginjak enam tahun, pasukan Jepang belum lama masuk Indonesia. Saya masih ingat bagaimana pesawat-pesawat Jepang yang berseliweran di atas kampung kami di Jatiroke, Jatinangor, Sumedang, ditembaki tentara Belanda. Kedatangan Jepang itu membuat hidup kami makin susah. Berkali-kali kami harus mengungsi.Kami pernah tinggal di Tasikmalaya sebelum menetap di Kota Bandung. Di kota itu awalnya kami tinggal di Gang Kote. Di sanalah awalnya saya mengenal bulu tangkis. Saya sering melihat ibu saya, Khoe Hong Nio, bermain bulu tangkis dengan para tetangga di sebuah lapangan di Gang Sutur, tak jauh dari gang rumah saya.Ketika peristiwa Bandung Lautan Api meletus pada 24 Maret 1946, kami harus mengungsi lagi karena perkampungan dibakar. Sampai akhirnya, kami mendiami sebuah rumah di Jalan Ksatrian 15, Cicendo, Bandung. Sebuah rumah amat sederhana berpekarangan luas. Di pekarangan itulah ayah saya membuat lapangan bulu tangkis sederhana, lapangan berdasar tanah dengan garis terbuat dari bambu.Setiap hari lapangan itu tak pernah sepi. Sejak pagi sampai malam, keluarga dan para tetangga bergantian bermain badminton di sana.. Saya, yang waktu itu berusia 13 tahun, cuma jadi anak bawang yang ditugasi membawa kok dan raket. Keseringan menonton membuat minat saya bermain bulu tangkis makin besar. Sayangnya, saya tak punya raket.. Sebagai pengganti raket, saya gunakan kelom (sandal dari kayu) milik ibu saya. Dengan kelom dan kok bekas yang bulunya tinggal tiga lembar, saya sering mengajak pembantu kami, Mang Syarif, bermain badminton bersama.Ternyata banyak yang memuji kemampuan saya bermain bulu tangkis.. Mereka mengatakan gerakan kaki dan tangan saya cepat sekali. Orang yang sudah bermain puluhan tahun pun gampang saya kalahkan. Saya tak mengerti teknik. Tapi, soal gerakan kaki, saya belajar dari pertandingan tinju yang sering saya saksikan di Bandung. Saya sangat terkesan dengan gerak kaki petinju itu. Lalu saya meniru dengan latihan skipping. Sebagai rumput liar, saya yakin, saya pasti bisa bermain bulu tangkis.Suatu hari Lie Tjoe Kong, pemain bulu tangkis Bandung, memuji bakat saya. Dia mengajak saya masuk Blue White, klub bulu tangkis terkuat di Bandung. Blue White inilah cikal-bakal Klub Mutiara yang di masa depan menghasilkan pemain hebat, seperti Christian Hadinata, Imelda Wigoena, dan Ivanna Lie. Saya pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan berlatih saban hari. Saya berlatih sejak pukul lima pagi.Dari Jalan Ksatrian, kami pindah ke Jalan Gedung Sembilan, Pasir Kaliki. Di sana tidak ada lapangan bulu tangkis. Saya harus berlatih di lapangan bulu tangkis PB Pusaka di Jalan Kiara Condong, sekitar lima kilometer dari rumah saya. Meskipun bangunannya terbuat dari bilik, lapangannya cukup bagus karena sudah dipoles semen.Salah satu teman latihan saya di PB Pusaka adalah Tutang Djamaluddin. Setiap akan berlatih bulu tangkis, saya dan Tutang naik sepeda ontel dari rumah masing-masing sambil memegangi raket tak bersarung dan tiga kok yang dibungkus kertas koran. Dari sinilah karier saya sebagai pemain bulu tangkis terus melesat. Berkali-kali saya ikut kejuaraan dan selalu menang. Saat 15 tahun, saya menang di Kejuaraan Bandung.Selanjutnya, saya mulai mengikuti kejuaraan nasional. Dua tahun kemudian, pada 1954, saya jadi juara Indonesia, mengalahkan Njoo Kim Bie, pebulu tangkis dari Surabaya yang saat itu sedang tenar dan terkenal dengan smash-nya yang mematikan. Dua tahun berikutnya, giliran pemain terkenal Eddy Jusuf yang saya kalahkan. Saya juga diundang mengikuti pertandingan di India Timur, Bombay, New Delhi, Calcutta, Ghorapur, dan Jabalpur pada 1957. Saya selalu menang.Dan yang paling tak terlupakan adalah ketika saya, Olich Solihin, Lie Po Djian, Tan King Gwan, dan Njoo Kim Bie terpilih sebagai tim pertama Indonesia untuk merebut Piala Thomas 1958. Kebahagiaan saya makin berlipat ketika akhirnya kami berhasil memboyong piala bergengsi itu. Kemenangan pertama tim Indonesia di Thomas Cup pun disambut meriah dengan tabuhan beduk di masjid, dentingan lonceng di gereja, serta disiarkan di radio. Kami juga diarak dari Jakarta ke Bandung, lewat Puncak. Jalan saya sebagai pemain bulu tangkis kian mulus.*l l l*Ketika menjalani tur ke beberapa kota di India, saya bertemu dengan Ismail bin Mardjan, salah seorang juara ganda All England asal Malaya yang tinggal di Singapura. Ismail tidak hanya menjadi kawan seperjalanan saya, tapi sudah saya anggap sebagai kakak. Kami berkeliling India lebih dari setengah bulan. Ismail memberi saya nasihat: ”Joe Hok, kamu bisa jadi pemain nomor satu di dunia. Berlatihlah lebih giat. Tapi, begitu sudah juara, sebaiknya berhenti. Jangan hidup seperti saya.” Saya tak pernah lupa kata-kata itu.Ketika saya singgah di kediaman Ismail di Singapura, saya menemukan jawaban mengapa Ismail tak mau nasib saya seperti dia. Ismail ternyata hidup dalam kemiskinan. Rumahnya terletak di perkampungan kumuh di dekat kali yang hitam dan berbau. Maklum, Singapura kala itu belum seperti sekarang. Untuk menyambung hidup, dia bekerja sebagai anggota satpam. Melihat kondisi Ismail, saya langsung bertekad tak mau jadi pemain bulu tangkis selamanya. Saya ingin hidup lebih layak.Setelah berturut-turut meraih kemenangan di kejuaraan All England, Kanada, dan Amerika Serikat, saya memutuskan menggantung raket. Saya tak kembali ke Tanah Air, tapi langsung menuju Texas, Amerika. Saya mendapat beasiswa untuk kuliah di Baylor University, jurusan Premedical Major in Chemistry and Biology. Untuk biaya hidup sehari-hari, saya bekerja serabutan. Apa saja saya kerjakan, termasuk menjadi petugas pembersih kampus yang dibayar satu jam 50 sen dolar. Saya bekerja delapan jam agar bisa menyambung hidup. Saat itu untuk makan sekitar satu dolar. Saya mau menjalani pekerjaan itu demi selesainya studi saya. Saya tak ingin nasib saya seperti Ismail.Tapi rupanya panggilan untuk terus bermain bulu tangkis tak bisa diredam. Saat menjalankan studi di Baylor (1959-1963), saya masih sempat pulang untuk mempertahankan Piala Thomas di Jakarta pada 1961 dan di Tokyo pada 1964.. Bahkan, pada 1962, saya juga pulang untuk Asian Games dan menjadi atlet bulu tangkis pertama yang meraih medali emas di arena Asian Games.Saya akhirnya memilih tinggal di Tanah Air dan mengurungkan niat kembali ke Amerika meneruskan studi S-2 saat Presiden Soekarno mencanangkan ”Ganyang Malaysia” dan ”Ganyang Antek Imperialis”. Saya malah sempat main di perbatasan Kalimantan sampai Mempawah, menghibur sukarelawan kita di medan perang. Saya lebih cinta Tanah Air. Saya memilih mengabdi untuk negara saya, Indonesia.Peristiwa Gerakan 30 September mengubah segalanya. Sebagai warga keturunan, saya dan teman-teman mulai mendapat perlakuan berbeda. Kami seperti dianggap bukan bagian dari bangsa ini. Saya bahkan harus mengubah nama saya menjadi Hendra Kartanegara. Saya yang dulu dijunjung tinggi setinggi langit di bawah bendera Merah-Putih harus antre berjam-jam membaur dengan warga Glodok dan daerah lain demi mendapat surat bukti bahwa saya orang Indonesia.Namun saya tak mau larut dalam dendam. Pada 1969, bersama istri dan dua anak, saya meninggalkan Indonesia untuk menjadi pelatih bulu tangkis di Meksiko dan Hong Kong. Saya kembali ke Jakarta pada 1972 dan mendirikan usaha di bidang pest control, jasa pengendalian hama.Toh, panggilan untuk bergelut di bulu tangkis tak pernah hilang. Bersama Tahir Djide, saya menjadi pelatih pelatnas tim Piala Thomas 1984Di final perebutan Piala Thomas di Kuala Lumpur, Malaysia, tim Indonesia, yang terdiri atas Liem Swie King, Hastomo Arbi, Icuk Sugiarto, Christian Hadinata, Hadibowo, dan Kartono, akhirnya sukses mengalahkan Han Jian dan kawan-kawan dari Cina.Sekarang prestasi Indonesia benar-benar memprihatinkan. Saya tidak menyalahkan atlet. Banyak hal yang harus dibenahi. Dulu kami bermain hanya demi kepentingan nasional, tak memikirkan masalah materi. Yang penting bisa membawa nama harum negara. Tapi zaman sudah berubah. Kesejahteraan atlet harus diperhatikan.Kini kita kalah oleh Cina. Mereka memiliki sistem pembinaan yang baku. Kesejahteraan atlet benar-benar diperhatikan sehingga orang tua berbondong-bondong ingin anaknya jadi atlet. Atlet yang sudah tak aktif juga disekolahkan oleh pemerintah. Tidak seperti di Indonesia: setelah tak lagi berprestasi, tak diperhatikan. Banyak yang menjalani hari tua susah dan sakit-sakitan.Saya ingin atlet bulu tangkis memiliki sponsor pribadi. Misalnya dia jadi bintang iklan, maka kontrak iklan itu seluruhnzya buat dia, bukan dibagi-bagi dengan alasan untuk pembinaan. Dulu hal ini dilaksanakan betul. Liem Swie King mengalaminya. Ini memicu para atlet menjadi yang terbaik. Atlet mendapat penghargaan sesuai dengan prestasi yang diraihnya.

Lima Gelar “Badminton Coaching Clinic”



Jakarta - Menjelang kompetisi Liga Mahasiswa (Lima) cabang bulutangkis, LIMA mengadakan “Badminton Coaching Clinic” di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Kamis (4/4).
Pelatihan ini terbuka untuk umum dan dihadiri puluhan peserta yang mewakili universitas-universitas, Blibli.com, dan West Java Conference. Universitas tersebut antara lain, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Jenderal Ahmad Yani, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Telkom, dan STKIP Pasundan. Kegiatan coaching clinic ini juga dipandu pelatih PB Djarum, Yudha Wiratama.
Ryan Gozali, CEO Lima menyatakan,”Workshop ini diadakan guna mendukung keterampilan dan menambah pengetahuan soal cabang olahraga bulutangkis, terutama bagi para peserta Lima cabang bulutangkis yang akan berlaga pekan depan.”
Perwakilan Flypower (official equipment sponsor Lima) dan juga mantan pebulutangkis nasional Djuang Djayadi, mengatakan kegiatan seperti ini sangat baik.
“Selama ini orangtua takut anaknya terjun di industri olahraga, terutama badminton. Dengan adanya Liga Mahasiswa ini para mahasiswa diarahkan tidak hanya peduli pada aspek keterampilan olahraga, tetapi juga edukasinya,” ujar Djuang di sela-sela sesi pelatihan.
Salah satu peserta, Hilman Widya Utama, terlihat antusias. Menurutnya, coaching clinic banyak memberikan manfaat. “Banyak yang bisa dipelajari untuk memperbaiki teknik kami masing-masing,” ujar mahasiswa Universitas Parahyangan ini. .
Acara tersebut didukung Radio Ardan, Blibli.com, McDonald, Prima, dan Kaskus. Selanjutnya, Lima berencana mengadakan dua kali coaching clinic, yakni pada Selasa (9/4) dan Sabtu (13/4) di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Penulis: A-16/AB
Sumber:PR/Suara Pembaruan

Selasa, April 16, 2013

4 atlet dan 1 atlet


 Matthew jaya astec , adalah salah satu klub yang didukung penuh oleh juara olimpiade barcelona yakni ALAN BUDIKUSUMA DAN SUSY SUSANTI yang didirikan sejak 2011 , klub ini bukan lah klub yang baru lahir melainkan adalah klub yang sudah ada sejak 1990 , banyak atlet yang sudah lahir dari sini diantaranya ROBIN GONANZA yang saat ini sudah menjadi warga negara dan sekaligus pemain utama di singapore serta JENNA GOZALI yang saat ini berada di djarum , dan JENNA diantar kan oleh djarum hingga sampai ke pelatnas , desas desus yang beredar bahwa pada tahun lalu JENNA Gozali menjuarai GOLD GRAND PRIX di macau dan india tidak lepas dari para team pelatih matthew jaya astec badminton club.
Kejuaraan beregu usia dini yang akan dilaksanakan pada bulan ini , matthew jaya mendapatkan kesempatan atau dipercaya untuk mengisi pemain putra dan putrinya di kejuaraan beregu yang berlangsung di jakarta selatan mendatang .

4 atlet pusdiklat yakni Luis nikolas peridi , Timotius elbert , jason chris alexander dan Adam putra yosandi akan turut serta di kejuaraan tersebut membela team PBSI jakarta barat dan 1 atlet dari matthew jaya badminton club Fadillah nur hidayah akan mengisi team putri PBSI jakarta barat bersama teman teman yang lainnya berasal dari klub resmi dibawah naungan PBSI jakarta barat.


sukses selalu yah team PBSI jakarta barat
go go go matthew jaya astec badminton club dan Pusdiklat matthew jaya astec

kejurprov PBSI jakarta selatan 2013

Kejuaraan beregu tingkat provinsi untuk usia dini akan dilaksanakan pada tanggal 24 april - 26 april 2013 , di jakarta selatan.
team PBSI jakarta barat yang diketuai oleh Ibu hjh Nina yaroh mengumumkan keikutsertaan nya untuk event anatar wilayah tiap tahunnya ini , team manager mas hatta pada hari ini telah mengumumkan sejumlah nama pemain usia dini baik putra maupun putri , penyeleksian pemain dilakukan oleh team official mas toto s (pelatih pelatprov dki) , berikut daftar nama pemain beregu usia dini yang akan bertugas melaksanakan tugas membela team PBSI jakarta barat tahun 2013 adalah sebagai berikut :

TEAM PBSI JAKARTA BARAT PUTRA
1 Timotius Elbert ^
2 Immanuel
3 Adam putra yosandi ^
4 Ari budiarto
5 Syahrul
6 Jason chris alexander ^
7 Luis Nikolas peridi ^


TEAM PBSI JAKARTA BARAT PUTRI
1 Risya syahputri
2 Dhiara
3 Ranu kumbolo
4 Fadillah nur hidayah ^
5 Silvia D
6 Gloria K
7 Zovi D P
8 Nayla

nb : yang bertanda ^ adalah atlet dari MATTHEW JAYA ASTEC badminton club jakarta

Senin, April 15, 2013

PBSI ubah sistem untuk dorong prestasi



Sejumlah hal yang sudah dia lakukan adalah perampingan struktur organisasi yang hanya menitikberatkan perhatian pada empat hal utama yaitu pembinaan prestasi, keuangan, pembinaan di daerah dan dana usaha.

Untuk sisi tim pembinaan atlet dia mempercayakan penanganan atlet di pelatnas kepada sejumlah mantan pemain yang pernah menyumbangkan prestasi besar bagi dunia bulutangkis Indonesia seperti Rexy Mainaky, Susi Susanti, Joko Supriyanto, Reony Mainaky dan Sarwendah Kusumawardhani.Saat ini setidaknya pencinta bulutangkis mengamati ada dua hal yang sudah diterapkan oleh Gita yaitu pembentukan tim pelatih yang telah mencatatkan sejumlah prestasi dan pengubahan pemberian insentif pemain lewat sistem kontak individual.
Nama pelatih kawakan tunggal putri yang pernah melahirkan pemain sekelas Susi Susanti dan Mia Audina, Liang Chiusia kembali diajak bergabung di Pusat Pelatihan Nasional Cipayung.

Pelatih berprestasi

Sebagian diantara mereka adalah pelatih yang menangani sejumlah tim negara lain namun sengaja didatangkan kembali ke Indonesia.
"Kedatangan mereka sangat signifikan sekali karena mereka terbukti mampu melahirkan prestasi luar biasa bagi tim negara tetangga maupun negara yang lebih jauh," kata Gita kepada Wartawan BBC Indonesia Andreas Nugroho.
"Contohnya adalah Reony Mainaky yang menahkodai tim di Jepang dan tentunya Rexy Mainaky yang mampu mengawal timnas Inggris, Malaysia dan sekarang Filipina."
Dia menjanjikan akan mendatangkan pelatih Indonesia berprestasi lainnya yang saat ini berada di luar negeri.
"Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berdiskusi dengan orang seperti Hendrawan untuk kemungkinan pulang ke tanah air membawa kebanggaan bagi kita semua "
Gita Wirjawan

"Saya juga sudah bertemu Hendrawan yang saat ini menangani tim Malaysia dan tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berdiskusi dengan orang seperti Hendrawan untuk kemungkinan pulang ke tanah air membawa kebanggaan bagi kita semua "
"Kita akan prioritaskan kawan-kawan yang sudah berhasil di luar negeri agar mereka bisa pulang," jelas Gita.
Ketua Bidang Pelatihan Nasional Cipayung, Christian Hadinata mengatakan ada banyak keuntungan jika pemain Indonesia ditangani oleh pelatih asal negeri sendiri ketimbang pelatih asing.
"Pelatih dalam negeri sudah sangat mengerti dan memahami karakter ataupun juga kultur dari atlet-atlet nasional sendiri dan saat ini sudah ada empat pelatih Indonesia di luar negeri yang telah dipanggil pulang termasuk Rexy Mainaky," jelas Christian.

Insentif menjanjikan

Selain sisi pembinaan hal lain yang juga diubah Gita adalah sistem kerjasama sponsor dengan pemain, pelatih dan asisten pelatih pelatnas yang semula bersifat kolektif kini bersikap individual.
"Sistem ini memungkinkan para sponsor untuk langsung berhubungan dengan para atlet dengan difasilitasi oleh PBSI," kata Gita.
Gita Wiryawan mengatakan sudah ada tujuh perusahaan olah raga yang telah mengikat kontrak kerjasama denga 81 atlet, pelatih dan asisten pelatih pelatnas yang nilai kontraknya mencapai 33 miliar rupiah lebih.

Tontowi Ahmad dan Lilyana Natsir mendapat kontrak dari sponsor baru dengan nilai yang menjanjikan.

Kebijakan ini menurut Gita selain menguntungkan pemain secara finansial juga bisa mendorong pemain bersangkutan untuk berprestasi lebih baik lagi.
"Insya Allah ini akan sangat bisa meningkatkan semangat pelatih dan pemain kita untuk berprestasi."
PBSI menurut Gita juga menjanjikan bonus kepada pemain yang mampu menjuarai turnamen kunci cabang ini.

Picu kompetesi atlet

Langkah ini menurut pemerhati bulutangkis yang juga wartawan olahraga Ian Situmorang cukup bisa diharapkan dalam mendongkrak prestasi pemain di pelatnas.
"Perlakuan sponsor terhadap pemain yang sudah punya nama akan menjadi stimulus bagi pemain muda untuk bisa mendapat perlakuan yang sama," kata Ian.
Sejumlah pemain mengatakan sistem insentif yang diterapkan PBSI akan mendorong kompetesi lebih ketat terlebih kali ini ada imbalan yang tidak sedikit dari sponsor jika mereka meraih gelar juara di sebuah turnamen bergengsi.
"Kontrak ini sangat menguntungkan kita, jadi memacu kita untuk berprestasi agar nilai kontrak bisa lebih tinggi lagi," kata atlet bulutangkis nomor ganda campuran, Tontowi Ahmad.
Ketua Bidang Dana dan Usaha PB PBSI Anton Subowo mengatakan saat ini nilai kontrak terendah atlet di pelatnas Cipayung pertahun berkisar antara 250 juta untuk pemain di level pemula hingga 1,5 miliar rupiah per-orang untuk atlet papan atas.

Coca-Cola Dukung PBSI Majukan Bulutangkis Indonesia


Coca-Cola Dukung PBSI Majukan Bulutangkis Indonesia
Sebagai upaya mengembalikan kecintaan masyarakat pada olahraga bulutangkis, sekaligus mendukung kembalinya kejayaan perbulutangkisan Indonesia baik nasional maupun internasional, Coca-Cola Indonesia mengumumkan kerjasamanya dengan PBSI pada Rabu (3/4) lalu.
Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan kesepakatan bersama yang dilakukan oleh Ketua Umum PB PBSI Gita Wirjawan bersama Presiden Direktur Coca-Cola Indonesia Martin Gil, serta turut disaksikan langsung oleh Presiden Coca-Cola Internasional Ahmet Bozer. Sebelumnya, Coca-Cola sudah punya sejarah panjang dalam keterlibatannya pada kegiatan olahraga di dunia, lho. Karena itu merupakan bagian penting dari komitmen perusahaan dalam mengajak masyarakat untuk hidup dalam gaya hidup yang sehat dan aktif. Mitra Olimpiade tahun 1928 misalnya, lalu menjadi pendukung olahraga baseball di Amerika Serikat selama lebih dari 100 tahun hingga menjadi mitra dalam pelaksanaan Paralympian di Afrika Selatan! Coca-Cola terus membagikan berbagai inspirasi positif kepada dunia melalui olahraga.

Untuk upaya mengembalikan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap bulutangkis sendiri, Coca-Cola Indonesia mulai menjajaki beberapa area kerjasama. "Khususnya berhubungan dengan marketing dan personal branding bagi para atlit bulutangkis Indonesia yang berprestasi, agar mereka mendapat dukungan dan apresiasi yang layak dari segenap warga negara Indonesia atas perjuangan mereka mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional," jelas Martin Gil.

Mereka pun sepakat untuk mengusung misi yang sama dengan PBSI : RECRUIT (mendukung pencarian bakat-bakat masa depan) RENEW (menyatukan gairah dan kecintaan masyarakat akan bulutangkis) INSPIRE (menjadikan semangat juara bulutangkis sebagai inspirasi bagi generasi muda) dan ACTIVATE (mendorong partisipasi generasi muda Indonesia dalam mendukung bulutangkis nasional)

Maju terus bulutangkis Indonesia!
(Debora Thea)

7 Pemain Legenda Bulutangkis Dunia


1. Sir George Alan Thomas
Atlet serba bisa : juara catur Inggris (1923,1934), semifinalis ganda putra tenis Wimbledon 1911 dan paling banyak mengumpulkan gelar ALL England, yaitu empat kali juara tunggal putra (1920-1923), sembilan kali ganda putra (1913-1924) dan delapan kali ganda campuran. Pada 1939, dia menyumbangkan trofi kejuaraan beregu putra dunia.
2.Judy Hashman
Putri pebulutangkis Frank Devlin ini membuat AS menjadi kekuatan bulutangkis putri nomor satu dunia hingga paruh awal 1960an. Judy adalah motor tim AS saat memenangi Piala Uber tiga kali berturut-turut (1957-1963). Sepanjang karirnya, Judy 83 kali menjadi juara tingkat nasional dan internasional, termasuk 17 kali di All England dari 1954 - 1967 (10 tunggal putri, 7 ganda putri)
3.Rudy Hartono
Rudy adalah atlet yang paling sering menjuarai tunggal putra ALL England, turnamen yang hingga 1976 dianggap sebagai kejuaraan dunia tidak resmi. Dalam kurun 1968-1976, Rudy delapan kali menjadi juara (sekali kalah dari bintang Denmark Sven Pri di final 1975). Rudy juga enam kali memperkuat tim Piala Thomas Indonesia kurun 1967-1982 dengan hasil tiga kali juara.
4.Christian Hadinata
Salah satu pemain ganda terbaik sepanjang sejarah. Dia merupakan pemain yang paling banyak memiliki pasangan dalam mengoleksi gelar. Ada 10 putra dan putri yang menjadi partnernya saat menjuarai berbagai turnamen, termasuk tiga kali juara dunia kurun 1971-1985. Christian juga memperkuat tim Thomas enam kali (1973-1986) dengan tiga kali menjadi juara
5 dan 6. Kim Dong-Moon/Ra Kyung-Min
Satu-satunya pasangan penerima Eddy Choong Player of The Year. Kiprah monumental tercatat kurun 12 bulan hingga April 2004, yaitu memenangi 70 partai pertandingan dan hanya kehilangan 8 dari 148 set pertandingan. Namun, kiprah ganda campuran Korea Selatan itu berakhir di perempat final Olimpiade 2004 Athena (setelah memenangi partai ke-71). Kekalahan itu membuat Kim gagal menutup karier dengan dua emas Olimpiade Athena (bersama Ha Tae-Kwon, dia memenangi ganda putra)
7.Li Yong Bo
Atlet ganda putra cina ini ditakuti di eranya saat bersama Tian Bingyi tiga kalo menjuarai ALL England, dua kali juara dunia dan masing-masing sekali memenangi Piala Dunia dan Final Grandprix pada kurun 1987-1991. Kini sebagai pelatih kepala tim nasional China, dia juga ditakuti karena membuat para pemain China merajai panggung dunia bulutangkis dalam 10 tahun terakhir.

sejarah pernah terukir di INDONESIA



First badminton Olympic Gold medallist in Barcelona 1992 (Got Hugs and kisses from Justian and his wife on ’16:00).

GITA WIRJAWAN dan Kinerja Bulu Tangkis Indonesia


JAKARTA–Sejak terpilih sebagai Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), nama Gita Wirjawan yang sebelumnya telah menjabat sebagai Menteri Perdagangan Kabinet Indonesia Bersatu II itu kini tidak bisa lepas dari bulu tangkis.
Pria lulusan Harvard University yang dikenal juga sebagai pengusaha tersebut harus langsung berhadapan dengan tantangan besar, membawa bulu tangkis Indonesia yang sedang terpuruk kembali bangkit dan berjaya.
Pada 2012, tahun Gita terpilih sebagai Ketua Umum PBSI secara aklamasi pada Musyawarah Nasional (Munas) PBSI ke-21 di Yogyakarta, kondisi bulu tangkis Indonesia sedang dalam masa terpuruk. Luka-luka kekecewaan karena gagal membawa pulang medali emas pada Olimpiade London 2012 pun masih belum kering.
Kegagalan itu mengakhiri tradisi emas pada cabang bulu tangkis yang telah terjaga selama 20 tahun, atau sejak pertama kali bulu tangkis dipertandingkan di Olimpiade pada 1992. Pertanyaan pun muncul, mungkinkah bulu tangkis Indonesia mampu berkibar kembali sementara negara-negara pesaing utama seperti China, Korea, Malaysia, dan Jepang justru semakin mengancam.
Namun, Gita Wirjawan yang dikenal dengan pembawaan santai tampaknya tak lantas ambil pusing. Sempat disangsikan karena tak ada latar belakang “ilmu bulu tangkis” serta menuai protes dari kandidat ketua umum yang lain, Icuk Sugiarto, yang memprotes proses pemilihan ketua umum, Gita tetap melangkah dengan pasti.
“Mungkin saya tidak punya latar belakang bulu tangkis, tetapi saya punya ilmu manajemen yang bisa saya aplikasikan untuk memimpin organisasi ini,” lontar Gita tak lama setelah terpilih sebagai Ketua Umum PBSI.
Kehadiran Gita pun seperti meniupkan angin segar pada semangat bulu tangkis Indonesia. Usai dikukuhkan secara resmi oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) sebagai Ketua Umum PBSI periode 2012-2016, Gita langsung membuat gebrakan-gebrakan yang menjanjikan.
Ia membawa harapan baru dengan menggiring serta mantan jawara-jawara bulu tangkis Indonesia yang selama ini hanya bisa menyaksikan dengan pilu bagaimana kejayaan bulu tangkis yang dulu mereka tanam dengan susah payah pelan-pelan meluruh. Sebut saja Rexy Mainaky, Susi Susanti, Ricky Soebagdja yang akhirnya kembali ke kandang untuk bersama-sama berjuang membawa Indonesia kembali menjadi Macan Asia.
Penunjukkan Gita terhadap Rexy sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi dirasa tepat mengingat Rexy yang telah berpetualang melatih di Inggris, Malaysia, dan Filipina dikenal bertangan dingin mencetak atlet terbaik. Duet bersama legenda bulu tangkis, Christian Hadinata yang ditunjuk sebagai Kasubid Pelatnas, Rexy pun melakukan pembenahan program-program yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi atlet.
Strategi Gita
Bulu tangkis masih merupakan salah satu cabang olahraga yang menjadi harapan besar penyumbang medali di ajang Olimpiade. Menyandang sebagai Ketua Umum PBSI, Gita mengaku itu bukan tugas yang ringan pada saat-saat prestasi bulu tangkis sedang terpuruk.
“Tidak gampang, jujur saja, untuk membangkitkan tidak hanya prestasi tetapi juga semangat. Itu dua-duanya berkolerasi,” kata Gita dalam sebuah wawancara khusus bersama ANTARA News sebelum melepas atlet ke turnamen Eropa di Senayan Golf City, Jakarta, Jumat (22/2).
“Tetapi saya cukup percaya dengan apa yang saya dan pengurus lakukan dua-tiga bulan ini sejak dilantik,” tambahnya.
Ia menuturkan strategi apa yang ia rancang untuk meniupkan lagi roh semangat dalam jiwa-jiwa atlet bulu tangkis agar mencetak prestasi.
Gita memulai dari penyederhanaan struktur organisasi yang lebih fokus pada urusan pembinaan prestasi, kaderisasi daerah, dan pengurusan dana. Gita sadar betul urusan prestasi dan dana pun berkolerasi erat. Dalam kepengurusan sebelumnya PB PBSI hanya menganggarkan dana sekitar Rp40 miliar pertahun. Kini, di era kepemimpinan Gita dianggarkan dana pembinaan dua kali lipat, sekitar Rp90 milar per tahun.
“Putra putri kita harus benar-benar dibina dan diberikan juga intensifnya. Jangan kita pecut mereka tetapi tidak kita kasih vitaminnya,” ujar Gita.
Terkait pada dana itu pula, Gita menerapkan sistem sponsor individu yang diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan dan prestasi atlet bulu tangkis. Sistem tersebut mengakhiri kontrak kolektif yang selama ini berjalan di tubuh pelatnas bulu tangkis.
“Dengan pengubahan sistem sponsor dari kolektif ke individu diharapkan dapat memotivasi atlet serta pelatih,” katanya.
Karena dengan adanya sponsor individu yang langsung diarahkan kepada pemain, menuntut pula sikap profesional mereka baik di dalam maupun luar lapangan. “Agar nilai kontrak sponsor bisa bertambah naik, seiring dengan naiknya prestasi,” tambah Gita.
Maka, pada awal 2013 PB PBSI telah melakukan penawaran sponsorship terhadap para pemain secara individu. Kontrak kolektif dengan sponsor Yonex yang telah berjalan sejak 40 tahun silam pun diakhiri. Tanpa disangka, banyak perusahaan yang tertarik untuk mendukung atlet-atlet bulu tangkis Indonesia. Bahkan ada yang berani memasang harga di atas Rp1 milyar untuk satu atlet.
Sebanyak tujuh perusahaan baik lokal maupun asng siap mendukung 80 atlet dan sepuluh pelatih pelatnas Cipayung antara lain Victor, Yonex, Li Ning, Flypower, Astec, Babolat, dan Reinforced Speed (RS) dengan total dana Rp33,2 milyar.
“Kita sudah mendapat indikasi ada banyak lagi perusahaan yang mau memberi dukungan,” tutur Gita.
“Saya rasa kalau kita terus seperti ini dan kita konsisten dengan semangat profesionalisme serta kita pertanggungjawabkan dan mendisiplinkan pemain, tidak ada alasan kita tidak berprestasi,” kata Gita dengan mantap.
Gebrakan itu belum berhenti. Gita yang tidak mau mengesampingkan pendidikan anak asuhnya itu pun segera membangun sekolah untuk atlet bulu tangkis. Ia ingin mencontoh sekolah atlet Ragunan yang telah berdiri sejak tahun 1976. Dalam bayangan Gita, nantinya ketika atlet sudah tidak berprestasi di lapangan, mereka dapat berprestasi di profesi lainnya dengan diberikan modal pendidikan.
“Selanjutnya bagaimana kita memberi perhatian kepada mereka agar setelah tidak berprestasi lagi bisa tetap memiliki profesi di luar lapangan. Saya sedang berpikir untuk mengembangkan kurikulum pendidikan,” katanya.
Ia mengaku telah melakukan pembicaraan dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh, serta beberapa ahli pendidikan. Rencananya, pembangunan sekolah diharapkan dapat rampung akhir tahun ini dan atlet bisa segera menjalani kurikulum dengan menyesuaikan jam latihannya.
Impian Gita
“Pada lima nomor kita harus jadi juara di turnamen-turnamen paling prestisius di dunia,” ujar Gita. Lima nomor yang dimaksud tentu saja ganda campuran, tunggal putra, ganda putra, tunggal putri serta ganda putri.
Gita mengaku optimistis bahwa bulu tangkis Indonesia bisa kembali merengkuh kejayaannya setelah terjun bebas hingga titik terendah.
“Saya tidak melihat alasan untuk kita tidak bisa mengulangi kejayaan bulu tangkis seperti pada zaman Ricky-Rexy,” ujar Gita yang saat itu mengenakan batik berwarna cokelat keemasan.
Tahun ini, PB PBSI memasang target besar untuk bisa memetik sukses pada empat kompetisi internasional. Target yang menjadi fokus khusus itu adalah meraih sukses di turnamen All England, Piala Sudirman, Kejuaraan Dunia, dan SEA Games 2013 di Myanmar.
Target tersebut sebentar lagi akan dipertaruhkan pada turnamen tertua bulu tangkis di dunia, All England yang akan bergulir pada 5-10 Maret mendatang.
“Ini kunci yang menentukan semangat kita, momentum kita, dan ujung-ujungnya prestasi kita. Yang selalu saya pikirkan bagaimana supaya kita menang All England, meskipun saat bersamaan juga memikirkan agar harga daging tidak naik,” lontar Gita seraya tertawa.
Dalam acara pelepasan atlet menjelang tur turnamen Eropa, di hadapan atlet, pelatih serta pengurus Gita berkata, “Seperti yang saya katakan sebelumnya, jika kalian gagal, saya juga gagal. Namun, jika kalian sukses, itu kesuksesan kalian.”
Tepuk tangan pun memenuhi ruangan sesaat kemudian. Semangat yang ia tanam tersebut, ia harap dapat terus terpelihara seterusnya bahkan ketika ia sudah tidak lagi menjabat.(Antara/yri)

Minggu, April 14, 2013

BULU TANGKIS: Indonesia Berpeluang Rebut Piala Sudirman



JAKARTA–Tim bulu tangkis Indonesia masih memiliki peluang untuk merebut kembali gelar juara Piala Sudirman meskipun harus langsung berhadapan dengan juara bertahan di China di grup A seperti yang diungkapkan Kepala Sub Bidang Pelatnas PBSI Christian Hadinata.
“Peluang masih terbuka karena yang lolos dua tim dalam satu grup,” kata Christian yang dihubungi ANTARA News via telepon, Kamis. Lewat sistem round robin, dalam satu grup akan meloloskan juara dan runner up menuju babak perempatfinal.
Selain bertemu dengan China, Indonesia juga akan berhadapan dengan India yang juga memiliki pemain yang potensial. Menanggapi hal tersebut, Christian tetap optimistis. “Pemain kita juga bagus-bagus,” tambahnya.
Piala Sudirman menjadi salah satu target utama dari Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) selain All England, Kejuaraan Dunia, dan SEA Games. Sejak juara pada perhelatan pertama Piala Sudirman tahun 1989, Indonesia tidak pernah lagi berhasil merebut gelar kejuaraan dunia beregu campuran itu. Pada 2011, tim Indonesia hanya mampu mencapai babak semifinal.
China merajai gelar dengan menang meraih delapan kali sedang Korea berhasil memboyong tiga kali gelar juara selama 12 kali Piala Sudirman digelar.
“Kita juga inginnya menang karena sudah lama (tidak juara). Namanya juga target, peluang tetap terbuka,” ujar legenda bulu tangkis Indonesia itu.
Sementara itu, Kepala Pelatih China Li Yongbo yang turut hadir dalam pengundian grup di Kualumpur, Malaysia, hari ini mengatakan timnya tetap akan berjuang yang terbaik.
“Siapapun lawan yang akan kami hadapi, kami akan tetap berusaha yang terbaik untuk mempertahankan gelar,” katanya seperti dikutip dari laman resmi Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF).
Piala Sudirman yang ke-13 ini akan digelar pada 19-26 Mei mendatang di Putra Stadium, Bukit Jalil, Kualumpur, Malaysia.(antara/yri)

laskra cilik di sinar dunia astec cup series 2013 part 2


Rabu, April 10, 2013

Happy birthday laskar cilik


KELUARGA BESAR
MATTHEW JAYA ASTEC
BADMINTON CLUB JAKARTA




MENGUCAPKAN ...............................







SELAMAT ULANG TAHUN UNTUK ATLET

LASKAR CILIK MATTHEW JAYA ASTEC


FADILLAH NUR HIDAYAH
(tampak foto disamping kiri atas bersama adam putra yosandi setelah menerima hadiah , dan juara di cometa student cup 1 tahun 2013)



ayo , terus ukir prestasi mu ..............................................................................................................

Menciptakan Gaya Kinerja Tinggi Pelatihan

Pelatih Olahraga semua memiliki pilihan pembinaan gaya. Sebuah gaya pembimbingan adalah cara berperilaku. Pelatih menghabiskan sebagian besar waktu mereka menggunakan gaya yang mereka sukai pembinaan. Kadang-kadang gaya ini bekerja dengan baik untuk mereka. Kadang-kadang tidak. Mengetahui apa gaya pelatihan Anda dan mampu mengubahnya, sangat penting dalam rangka untuk menarik berbagai jenis atlet yang Anda pelatih. Menggunakan gaya yang tidak sesuai dengan kebutuhan atlet Anda akan menyebabkan Anda menjadi frustrasi bahwa atlet tidak membuat perubahan dan juga akan menghasilkan atlet menjadi frustrasi bahwa mereka tidak dilatih secara efektif. Masalahnya adalah, sering saya telah melihat gaya pembimbingan yang salah digunakan dengan hasil yang telah disebutkan sebelumnya belum ada seorang pun tahu mengapa masalah itu terjadi. Pelatih hanya menyerah dan atlet kiri untuk dilatih oleh orang lain atau mereka meninggalkan olahraga sama sekali.
Menggunakan profil DISC Olahragawan, akan memungkinkan Anda untuk mengidentifikasi gaya pelatihan Anda. Ketika atlet Anda juga lengkap profil mereka, informasi yang Anda dapatkan akan memungkinkan Anda untuk menggunakan gaya yang benar dengan atlet masing-masing. Pelatih perilaku harus menjadi cara untuk menghubungkan pemahaman atlet dengan konsep dan keterampilan pelatih sedang mencoba untuk meningkatkan dalam tujuan dari sesi (Hall & Smith 2006). Dengan setiap dari empat gaya perilaku yang digariskan dalam DISC Olahragawan, ada cara yang berbeda untuk berkomunikasi, berhubungan dengan, memberikan umpan balik dan memotivasi dan nasihat mereka. Bagaimana melakukan semua ini adalah dasar dari webinar Pendidikan kita Pelatih dan tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan bagaimana umumnya belajar lebih banyak tentang gaya coaching dan bagaimana menjadi lebih efektif dalam pembinaan atlet.
Jika Anda Coach, apakah Anda pemimpin?
Pertama, mengakui bahwa sebagai pelatih Anda seorang pemimpin. Sebagai pemimpin Anda memiliki jumlah tertentu kekuasaan. Kekuatan Anda dasarnya akan datang dari dua sumber: ". Kekuatan pribadi" "posisi kekuasaan" dan Posisi daya hanya apa yang terdengar seperti - Anda Coach sehingga jumlah tertentu kekuasaan berasal dari yang diurapi oleh Club atau Manajemen Tim untuk peran ini.
Tapi kekuatan pribadi berasal dari penghasilan itu, dari pengembangan itu. Kekuasaan posisi titik awal untuk pembinaan atlet atau tim, tetapi kekuatan pribadi itu memungkinkan seorang pelatih untuk pergi dari gaya pelatihan yang mempertimbangkan kebutuhan atlet pertama dan kemudian sesuai dengan gaya pembinaan yang diperlukan untuk kebutuhan ini. Kekuatan pribadi juga didasarkan pada rasa hormat dan pelatih membangun kredibilitas di mata atlet mereka. Hal ini juga diketahui bahwa kondisi penting bagi seorang atlet untuk mengubah teknik mereka adalah jumlah kredibilitas pelatih telah di mata atlet. Sebagai contoh, jika pelatih sebelumnya atlet telah mengajarkan mereka teknik tertentu dan itu dianggap tidak efektif, maka kecuali pelatih saat ini atlet memiliki kredibilitas lebih besar dari pelatih tua atlet, tidak akan ada perubahan dalam teknik. Hal ini karena atlet tidak percaya pada pelatih baru dibandingkan dengan kepercayaan mereka pada pelatih lama. Membangun kredibilitas adalah tentang menunjukkan keinginan Anda untuk beradaptasi dengan kebutuhan atlet (lihat artikel sebelumnya pada Kemampuan beradaptasi) dan kemudian menunjukkan keahlian Anda di mata atlet.
Yang menarik dalam olahraga hari ini, adalah jumlah informasi mengenai topik-topik penting untuk kinerja seperti nutrisi, olahraga ilmu pengetahuan, mekanik bio. Namun menunjukkan kedalaman yang sama informasi tentang bagaimana membangun hubungan yang efektif dan hubungan dengan atlet Anda. Bisnis telah menyadari kebutuhan untuk mengembangkan keterampilan manajemen dan kepemimpinan dari orang-orang yang tahun lalu. Dalam olahraga masih banyak orang tampaknya terjebak dengan program pelatihan dan ilmu olahraga. Percayalah, saya tahu ini penting. Saya memenangkan tiga medali Olimpiade dan digunakan setiap bagian dari ilmu keolahragaan dan membantu bio mekanik saya bisa, tapi itu adalah kemampuan pelatih saya yang benar-benar memungkinkan saya untuk menjadi yang terbaik. Sebenarnya, pada akhir karir saya, pelatih saya bisa melakukan semuanya tester ilmu olahraga itu dan ia mengerti mekanika bio olahraga saya ke tingkat yang melebihi banyak ahli di lapangan. Apa yang pelatih saya lakukan lebih baik daripada pelatih lain saya lihat, adalah kemampuannya untuk membangun hubungan dengan para atletnya, membangun kredibilitas yang sangat besar dan mengembangkan tingkat tertinggi hormat. Bagi kami, ia (dan orang lain hari ini) seorang pelatih yang berpusat atlet, di mana ia menyesuaikan gaya untuk memenuhi kebutuhan para atletnya. Saya kira itu sebabnya ia adalah Kepala Pelatih salah satu negara terbesar di dunia. Kekuatan pribadi - pada dasarnya, keterampilan Anda dalam berurusan dengan orang - semakin penting untuk Anda dan peran Anda sebagai pelatih.
Singkatnya, jika Anda menghormati individualitas atlet ', perbedaan esensial mereka, mereka akan merasa seperti mereka berada di tim pemenang dan akan bekerja lebih keras, lebih baik untuk Anda. Tapi Anda harus memberdayakan mereka bukan hanya mencari kekuasaan atas mereka. Anda dapat melakukannya dengan belajar untuk mendengarkan, mengamati, dan berbicara dengan mereka. Dan kemudian beradaptasi sehingga mereka akan merasa penting, dan sangat ingin dihargai, ini akan membangun harga diri mereka dan itu akan meningkatkan kepercayaan mereka dalam diri mereka. Kita semua tahu hasil yang benar-benar percaya diri atlet dapat mencapai. Ingin tahu gaya pelatihan Anda?
Bo Hanson adalah Olimpia waktu empat dan Mendali Olimpiade Triple. Dia adalah salah satu dari Australia speaker yang paling dinamis pada kinerja olahraga dan bisnis. Ia mendirikan Penilaian Atlet untuk membantu pelatih dan atlet untuk meningkatkan hasil mereka melalui pemahaman yang lebih baik dari diri mereka sendiri dan orang lain. Dia dapat dihubungi melalui http://www.athleteassessments.com atau bo.hanson @ athleteassessments.com
Source: http://WEB-INF.prmob.net/views/ltr/article.jspx

Empat Langkah Untuk Bersaing Dengan Keyakinan Dalam Olahraga yang positif

Jika Anda adalah seOrang atlet dalam setiap olahraga Anda tahu semua tentang tekanan yang datang dengan bersaing. Bahkan jika Anda hanya bersaing untuk bersenang-senang, masih ada keinginan untuk menjadi yang terbaik pada apa yang Anda lakukan. Ketika Anda menonton atlet profesional melakukan, Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana mereka menghadapi stres dan tekanan dari kompetisi? Harus ada semacam metode yang mereka gunakan saat bersaing yang membantu mereka untuk tetap di depan sisanya.
Ada sebenarnya adalah sebuah metode banyak atlet olahraga digunakan dalam Pelatihan mereka untuk mengasah kemampuan kompetitif mereka. Tidak peduli apakah mereka bermain tenis, sepak bola, golf, basket, sepak bola, atau olahraga lain, tetapi semua bermuara pada empat langkah yang dikenal sebagai Rutin Permainan Wajah.
Ketika seseorang menyebutkan nominal Laga Anda mungkin membayangkan bagaimana atlet bintang terlihat benar sebelum bermain besar. Atlet besar belajar untuk memaksimalkan mereka "di-antara" waktu untuk mencapai kinerja tinggi yang konsisten. Pemain yang tidak konsisten tidak memperhatikan mereka waktu "di antara".
Pikirkan tentang hal ini. Setiap olahraga di beberapa titik telah "di-antara" atau waktu turun. Bahkan banyak olahraga memiliki lebih banyak waktu turun dari waktu bermain yang sebenarnya. Tenis, sepak bola, bola voli dan baseball semua memiliki teratur turun waktu antara poin atau memainkan. Pegolf memiliki waktu bahkan lebih antara tembakan.
Rahasia mengejutkan kinerja unggul adalah ini: untuk memaksimalkan kinerja Anda di hari pertandingan, Anda perlu mempersiapkan fisik dan mental untuk bermain antara-saat-saat ketika Anda sedang off bola, pergi ke kerumunan, di dalam kotak adonan, atau mempersiapkan diri untuk melayani. Memaksimalkan Anda antara waktu bermain akan membawa Anda ke tingkat yang sama sekali berbeda dari pelaksanaan dan persaingan.
Ini wawasan kuat dikenal beberapa atlet saat ini adalah pada sistem jantung Game Wajah. Sistem ini dimulai dengan apa yang saya sebut Rutin Wajah Permainan
Atlet besar tahu bagaimana untuk menemukan "zona". Dalam terminologi saya, masuk ke zona yang merupakan produk dari setia berikut Rutin Permainan Wajah Anda. Rutin ini adalah "on-the-bermain-bidang" alat yang dirancang untuk membantu Anda menangani tekanan persaingan. Ini terdiri dari empat langkah yang mengulang selama kompetisi. Yang spesifik dan urutan dari langkah-langkah akan bervariasi oleh olahraga, namun langkah-langkah sendiri dapat diterapkan untuk olahraga apapun. Saya menyebutnya R 4 s: reaksi, pemulihan, kesiapan, dan ritual.
Pelatihan Rutin Permainan Wajah Anda terdiri dari empat langkah personalisasi dan membuat mereka sendiri.
Reaksi adalah bagaimana Anda menanggapi tindakan terakhir Anda. Dalam
rangka untuk unggul itu adalah unsur kunci untuk belajar bagaimana untuk bereaksi dengan cara yang positif.
Pemulihan terjadi setelah bereaksi, Anda memberikan diri Anda sejenak untuk bernafas dan berjalan it off.
Kesiapan melibatkan mendapatkan diri Anda siap untuk tindakan untuk melanjutkan.
Ritual adalah apa yang Anda lakukan tepat sebelum Anda tampil lagi, ritual dapat membantu Anda mempersiapkan diri untuk bertindak.
Semua ini dapat berlangsung lebih cepat yang mengapa penting untuk melatih diri terlebih dahulu sehingga semua ini terjadi dengan lancar selama kompetisi.
Source: http://WEB-INF.prmob.net/views/ltr/article.jspx

Minggu, April 07, 2013

Mengapa Bulu Tangkis Kurang Populer di Inggris?



TEMPO.COBirmingham - Selama meliput turnamen bulu tangkis All England sejak 6 Maret 2013 lalu, terlihat pemandangan yang menarik, yakni banyaknya kursi-kursi penonton yang kosong selama pertandingan. Gedung National Indoor Arena (NIA) di Kota Birmingham, yang mempunyai kapasitas hingga 7.500 penonton, paling banter terisi 20 persen orang. Mereka mengeluarkan uang sebanyak 7-13 pound sterling atau sekitar Rp 100-187 ribu.

Hal itu tentu saja sangat berbeda, misalnya, dengan penonton di Liga Primer Inggris. Stadion untuk klub sepak bola terdepan, seperti Arsenal, Chelsea, atau Manchester United, dengan kapasitas 40 ribu sampai 60 ribu orang, sering terisi penuh. Walaupun untuk itu mereka harus mengeluarkan dana buat tiket paling murah sebesar 50 sampai 70 pound sterling atau lebih dari Rp 700 ribu sampai Rp 1 juta. Realita menunjukkan, bulu tangkis bukan merupakan olahraga populer di Inggris.

Saat ditemui Tempo pada acara resepsi dengan para media yang meliputi turnamen All England pada 7 Maret 2013 di Waterside Café, chairman dari British Badminton Association mencoba menerangkan fenomena ini. “Sebenarnya di Inggris sebanyak 544 ribu orang bermain badminton, jadi jumlahnya sudah cukup banyak. Bahkan jumlah pemainnya di Inggris lebih banyak dari pemain tenis,” Derek Batchelor, chairman dari Badminton England, menjelaskan.

Namun, menurut Derek, di Inggris, dana sponsor lebih banyak mengalir kepada kompetisi cabang olahraga lain, terutama sepak bola, tenis, golf, dan rugbi. Jadi, dana promosinya sangat besar untuk menarik minat para penonton. Di sisi lain, orang Inggris yang ingin hidup sebagai olahragawan memilih terjun di bidang cabang olahraga tersebut untuk mencari nafkah hidup karena hadiah untuk pemenangnya sangat besar.

“Namun kita sudah mempunyai rencana strategis untuk meningkatkan pemain bulu tangkis sebesar 70 ribu pemain dalam jangka waktu empat tahun,” kata Derek.

Sedangkan dalam acara yang sama, Tempo sempat juga berbincang-bincang dengan Shuichi Yoneyama, managing director dari perusahaan perlengkapan bulu tangkis Yonex, yang menjadi sponsor turnamen All England selama tiga dekade terakhir. “Kalau dilihat secara global, pertumbuhan Yonex meningkat meski di tengah krisis ekonomi global,” tutur Shuichi. 

Hal ini menunjukkan minat orang terhadap bulu tangkis secara total di seluruh dunia meningkat, terutama di negara besar dan berkembang seperti Cina dan India. “Bahkan di Benua Eropa yang jelas-jelas sedang dilanda krisis ekonomi, dipacu oleh negara-negara Eropa timur, pertumbuhan Yonex meningkat sebesar 10 persen,” kata Shuichi.

VISHNU JUWONO (Birmingham)

Jumat, April 05, 2013

layak dapet jempol

Fadillah nur hidayah adalah salah satu squad yang dimiliki oleh matthew jaya astec badminton school , pada event sinar dunia astec cup 2013 , fadillah melaju hingga ke babak 16 besar , fadillah yang bertanding di kelompok 3-4 SD putri ini ,patut mendapatkan jempol ,dikarenakan penampilan yang pantang menyerah serta kegigihan nya dalam mengembalikan serangan serangan dari lawan , begitu pun halnya dengan Timotius elbert yang mampu mengontrol emosi permainannya.

Menurut team official yohanes upi "baik dillah ataupun elbert hare ini tampil sangat begitu menawan , sampe sampe banyak yang mengatakan kedua anak itu sangat baik , akan tetapi kami mengikut sertakan anak anak kami untuk mencari pengalaman dan bersilahturami dengan klub klub atau sekolah yang ada dijakarta, mencari kawan adalah tujuan kami demi mendukung bulutangkis di tanah air kita ini"


maju terus atlet di matthew jaya asstec badminton school jakarta



Minus dan Plus laskar matthew jaya astec

Matthewjayaastecbadmintonschool. Sinar dunia Astec cup series 2013 tak terasa sudah bergulir selama 3 hari , peserta yang hanya dikhususkan pelajar ini mulai memasuki babak 32 dan 16 besar untuk hari ini.

Laskar matthew jaya yang menurunkan beberapa atletnya , dari lima atlet yang dikirim mampu meloloskan dua atletnya yakni Fadillah nur hidayah dan Timotius Elbert.

Untuk jason chris alexander yang tahun lalu turun di kelas 1-2 (juara sinar duni cup 2012) tahun ini bermain di kelas 3-4, team official dari sdn 10 petang yakni Yohanes upi "hari ini jason mengalami blank , seperti bingung dengan dirinya sendiri , dikarenakan bertemu dengan type permainan yang sama , saya sempat memberikan beberapa instruksi akan tetapi jason tidak melakukan nya dengan baik , ketika saya mengatakan untuk jason bermain yang bagus dan fokus saja dengan lawannya , maka jason mampu bermain sangat baik"21-13 dan 21 -19 jason pun kalah.Sekelas apapun si atlet dia pasti juga akan mengalami blank akan tetapi itu adalah PR untuk kami"

Andalan kami pun Adam putra yosandi tidak melanjutkan untuk terus maju ke babak berikutnya dikarenakan sakit , memang sangat disayangkan akan tetapi ini adalah hal yang tak diduga , jaga kesehatan dan fisik selama event adalah hal yang perlu dijaga setiap atlet.

Dari hal ini kami mengambil minus dan plus serta masih banyaknya PR yang harus diselesaikan oleh team pelatih di matthew jaya astec

maju terus pb.matthew jaya astec