PRESTASI RACKET GEMILANG
tulisan berjalan
Sabtu, Desember 08, 2012
Selasa, Desember 04, 2012
kejayaan mulai bersinar
Matthewjayaastec.Bulutangkis adalah olahraga kedua yang digemari oleh berbagai kalangan,kejayaan bulutangkis saat ini mulai tampak , yakni dengan mencetak sang juara .
Mencetak sang juara itu diperlukan dedikasi yang tinggi , kedisiplinan dan komitmen dari sang pelatih dan atlet , "bersusah susah dahulu , memetik kesuksesan dikemudian hari kelak" .
buktinya ganda campuran kita sudah menampakkan taringnya , komitmen harus didasari kenginan dan kerja keras sang pelatih.
selamat untuk team pelatnas indonesia di kumpaoo macau 2012
admin
pbmatthewjaya
Mencetak sang juara itu diperlukan dedikasi yang tinggi , kedisiplinan dan komitmen dari sang pelatih dan atlet , "bersusah susah dahulu , memetik kesuksesan dikemudian hari kelak" .
buktinya ganda campuran kita sudah menampakkan taringnya , komitmen harus didasari kenginan dan kerja keras sang pelatih.
selamat untuk team pelatnas indonesia di kumpaoo macau 2012
admin
pbmatthewjaya
Minggu, Desember 02, 2012
Dua Ganda Putri ke Semifinal, Lindaweni Terhenti
Bulutangkis.com - Dua pasangan ganda
putri, Pia Zebadiah Bernadeth/ Rizki Amelia Pradipta dan Jenna Gozali/
Komala Dewi melaju ke babak semi final Macau Open Grand Prix Gold 2012
hari ini (Sabtu, 01/12). Sementara pasangan Anneke Feinya Agustine/
Nitya Krishinda Maheswari harus terhenti langkahnya.
Langkah Pia/Rizki menapak babak semi final setelah menghempaskan ganda putri Swedia, Emelie Lennartsson/ Emma Wengberg dua game langsung 21-17, 21-12. Sedangkan Jenna/Komala menyingkirkan ganda putri India, Pradnya Gadre/Ashwini Ponnappa lewat pertarungan rubber game 21-16, 12-21, 21-15.
Dua ganda putri ini di semi final akan menghadapi pasangan Korea Selatan. Pia/Rizki yang menempati unggulan empat akan menghadapi pasangan unggulan satu, Eom Hye Won/ Jang Ye Na, dan Jenna/Komala akan menghadapi pasangan Choi Hye In/ Kim So Young yang menghentikan langkah ganda putri Indonesia lainnya, Anneke/Nitya lewat pertarungan dua game 21-16, 21-16.
Sayang sekali langkah Linda Wenifanetri harus terhenti di babak perempat final kemarin. Lindaweni harus mengakui ketangguhan lawannya, Hsiao Ma Pai dari Taiwan setelah bertarung tiga game 7-21, 21-13, 19-21. Kekalahan Lindaweni ini memupuskan harapan meraih gelar juara di nomor tunggal putri, sedangkan di tunggal putra wakil Indonesia telah kandas di babak ketiga pada hari Rabu lalu (29/11).
Pada nomor ganda putra pasangan Markis Kido/Alvent Yulianto Chandra menjadi satu-satunya harapan meraih gelar juara setelah pasangan Gideon Markus Fernaldi/ Agripinna Prima Rahmanto Putra gagal melangkah ke semi final.
Di laga perempat final kemarin Kido/Alvent yang menempati unggulan lima menekuk ganda Malaysia, Vountus Indra Mawan/ Mohd Fairuzizuan dua game langsung 21-15, 29-27. Selanjutnya di semi final hari ini Kido/Alvent akan menghadapi unggulan satu dari Rusia, Vladimir Ivanov/ Ivan Sozonov yang menghentikan langkah Fernaldi/Agripinna 21-14, 21-16. (*)
sumber : bulutangkis.com
Langkah Pia/Rizki menapak babak semi final setelah menghempaskan ganda putri Swedia, Emelie Lennartsson/ Emma Wengberg dua game langsung 21-17, 21-12. Sedangkan Jenna/Komala menyingkirkan ganda putri India, Pradnya Gadre/Ashwini Ponnappa lewat pertarungan rubber game 21-16, 12-21, 21-15.
Dua ganda putri ini di semi final akan menghadapi pasangan Korea Selatan. Pia/Rizki yang menempati unggulan empat akan menghadapi pasangan unggulan satu, Eom Hye Won/ Jang Ye Na, dan Jenna/Komala akan menghadapi pasangan Choi Hye In/ Kim So Young yang menghentikan langkah ganda putri Indonesia lainnya, Anneke/Nitya lewat pertarungan dua game 21-16, 21-16.
Sayang sekali langkah Linda Wenifanetri harus terhenti di babak perempat final kemarin. Lindaweni harus mengakui ketangguhan lawannya, Hsiao Ma Pai dari Taiwan setelah bertarung tiga game 7-21, 21-13, 19-21. Kekalahan Lindaweni ini memupuskan harapan meraih gelar juara di nomor tunggal putri, sedangkan di tunggal putra wakil Indonesia telah kandas di babak ketiga pada hari Rabu lalu (29/11).
Pada nomor ganda putra pasangan Markis Kido/Alvent Yulianto Chandra menjadi satu-satunya harapan meraih gelar juara setelah pasangan Gideon Markus Fernaldi/ Agripinna Prima Rahmanto Putra gagal melangkah ke semi final.
Di laga perempat final kemarin Kido/Alvent yang menempati unggulan lima menekuk ganda Malaysia, Vountus Indra Mawan/ Mohd Fairuzizuan dua game langsung 21-15, 29-27. Selanjutnya di semi final hari ini Kido/Alvent akan menghadapi unggulan satu dari Rusia, Vladimir Ivanov/ Ivan Sozonov yang menghentikan langkah Fernaldi/Agripinna 21-14, 21-16. (*)
sumber : bulutangkis.com
Kamis, November 29, 2012
Dwi Jaya badminton turnamen resmi dibentuk
Matthew Jaya Astec badminton school indonesia.29 november adalah tanggal dimana nama klub matthew jaya diresmikan oleh Yohanes upi dan pada tanggal inilah dwi jaya badminton turnamen baik kepengurusan dan jadwal eventnya di resmikan.
Apa sih Dwi jaya badminton turnamen ??
Dwi jaya badminton turnamen adalah salah satu bentuk program dimana program tersebut dibuat untuk memacu siswa dan siswi untuk terus mempopulerkan bulutangkis melalui kegiatan pertandingan yang dibuat oleh team dari DJBT .
Turnamen internal ini rencana akan dibuat beberapa seri , termasuk kelompok perorangan , beregu dan sistem rangking , dari hasil juara juara ini akan dilanjutkan ke turnamen turnamen resmi PBSI yang di ikuti oleh Matthew jaya astec badminton school indonesia.
Maju terus MATTHEW JAYA BADMINTON SCHOOL INDONESIA
admin
pbmatthewjayaastec
Apa sih Dwi jaya badminton turnamen ??
Dwi jaya badminton turnamen adalah salah satu bentuk program dimana program tersebut dibuat untuk memacu siswa dan siswi untuk terus mempopulerkan bulutangkis melalui kegiatan pertandingan yang dibuat oleh team dari DJBT .
Turnamen internal ini rencana akan dibuat beberapa seri , termasuk kelompok perorangan , beregu dan sistem rangking , dari hasil juara juara ini akan dilanjutkan ke turnamen turnamen resmi PBSI yang di ikuti oleh Matthew jaya astec badminton school indonesia.
Maju terus MATTHEW JAYA BADMINTON SCHOOL INDONESIA
admin
pbmatthewjayaastec
Sampai Jumpa di Sirnas Tahun Depan
Rangkaian Djarum Sirkuit Nasional (Sirnas) 2012 berakhir
sudah. Turnamen bulutangkis nasional ini dimulai di Banjarmasin Februari
silam, berlanjut ke Palembang, Jambi, Makassar, Jakarta, Bandung,
Semarang, Banten, Bali, dan berakhir di Surabaya, Sabtu (24/11).
Pelaksanaan Sirnas di kota terakhir ini berlangsung
semarak. Lebih dari seribu peserta ikut berpartisipasi. Kehadiran
sejumlah pemain Pelatnas dan pemain nasional membuat persaingan kian
ketat.
Banyak kejutan terjadi di seri penutup ini. Juara baru bermunculan. Sebut saja Febrian Irvanaldi di nomor tunggal putra, Rosaria Yusfin Pungkasari di nomor tunggal putri, dan Didit Juang Indrianto/Praveen Jordan di nomor ganda putra yang sukses menyabet gelar perdana mereka di kota pahlawan ini.
Menurut Ketua Bidang Turnamen dan Perwasitan PB PBSI Mimi Irawan, ini menunjukkan jalannya pertandingan memperebutkan gelar juara berlangsung kompetitif.
"Juara tidak bisa abadi. Sulit untuk menjadi juara tiga sampai empat kali berturut-turut," ujarnya.
Ia pun mengaku puas atas pelaksanaan Sirnas di tahun 2012 ini.
"Pelaksanaannya sukses dan berjalan dengan baik. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkerja keras demi terselenggaranya acara ini, pungkasnya.
Acara penutupan Sirnas dimeriahkan dengan tebaran confetti dan penurunan banner bertuliskan "See you at Djarum Sirkuit Nasional 2013". Rasanya tidak sabar menanti perhelatan Sirnas tahun depan. Tunggu kedatangannya di kota Anda.
Banyak kejutan terjadi di seri penutup ini. Juara baru bermunculan. Sebut saja Febrian Irvanaldi di nomor tunggal putra, Rosaria Yusfin Pungkasari di nomor tunggal putri, dan Didit Juang Indrianto/Praveen Jordan di nomor ganda putra yang sukses menyabet gelar perdana mereka di kota pahlawan ini.
Menurut Ketua Bidang Turnamen dan Perwasitan PB PBSI Mimi Irawan, ini menunjukkan jalannya pertandingan memperebutkan gelar juara berlangsung kompetitif.
"Juara tidak bisa abadi. Sulit untuk menjadi juara tiga sampai empat kali berturut-turut," ujarnya.
Ia pun mengaku puas atas pelaksanaan Sirnas di tahun 2012 ini.
"Pelaksanaannya sukses dan berjalan dengan baik. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkerja keras demi terselenggaranya acara ini, pungkasnya.
Acara penutupan Sirnas dimeriahkan dengan tebaran confetti dan penurunan banner bertuliskan "See you at Djarum Sirkuit Nasional 2013". Rasanya tidak sabar menanti perhelatan Sirnas tahun depan. Tunggu kedatangannya di kota Anda.
Jumat, November 23, 2012
info jobs untuk sahabat yang mau berkarya di bulutangkis
- Lowongan Pekerjaan –
ASTEC saat ini sedang membutuhkan karyawan untuk posisi "GRAPHIC DESIGN"
Adapun kriteria yang kami butuhkan adalah :
1. Mengusai program-program : Photoshop, Freehand, Illustrator
2. Disiplin dan mampu bekerja dengan tenggat waktu
lampiran dokumen :
1. cv
ASTEC saat ini sedang membutuhkan karyawan untuk posisi "GRAPHIC DESIGN"
Adapun kriteria yang kami butuhkan adalah :
1. Mengusai program-program : Photoshop, Freehand, Illustrator
2. Disiplin dan mampu bekerja dengan tenggat waktu
lampiran dokumen :
1. cv
2. portfolio
kirim ke :
trifena@astec.co.id dan trifena21k@gmail.com
dengan kode "Graphic design"
untuk info lebih lanjut bisa menghubungi
Trifena Juwita : 081585007583 (sms only)
kirim ke :
trifena@astec.co.id dan trifena21k@gmail.com
dengan kode "Graphic design"
untuk info lebih lanjut bisa menghubungi
Trifena Juwita : 081585007583 (sms only)
bersama membangun kejayaan bulutangkis kembali
Matthewjayaastec.Bulutangkis adalah salah satu olahraga yang populer dimasa kini , kami selaku pecinta bulutangkis mendedikasikan diri kami sepenuhnya terhadap bulutangkis.
Hari ini matthew jaya astec badminton school indonesia melakukan latihan bersama dengan optima badminton club bertempat di queen hall jelambar , "latihan ini sudah kami adakan kira kira 3-4 kali , ketika itu di zion hall , pola bugar , gor.kembangan dan skarang di queen ungkap yohanes upi selaku general manager matthew jaya astec" , visi dan misi kami sama yaitu mendedikasikan penuh terhadap bulutangkis dan kami mecetak atlet dari nol.
berikut foto foto kegiatan kami di queen hall jelambar
tawa dan kegembiraan pun terlihat diwajah anak anak ini , menurut jeffry selaku pengurus dan pelatih di optima "mereka ini,jika bertemu bukannya serius akan tetapi saling bercanda dan tertawa".
Kami seperti saudara , bulutangkis perlu hal hal semacam ini , saling mendukung dan mensupport.
Semoga anak anak ini bisa menjadi juara terus menerus di masa masa mendatang
admin
pbmatthewjayaastecjakarta
Hari ini matthew jaya astec badminton school indonesia melakukan latihan bersama dengan optima badminton club bertempat di queen hall jelambar , "latihan ini sudah kami adakan kira kira 3-4 kali , ketika itu di zion hall , pola bugar , gor.kembangan dan skarang di queen ungkap yohanes upi selaku general manager matthew jaya astec" , visi dan misi kami sama yaitu mendedikasikan penuh terhadap bulutangkis dan kami mecetak atlet dari nol.
berikut foto foto kegiatan kami di queen hall jelambar
tawa dan kegembiraan pun terlihat diwajah anak anak ini , menurut jeffry selaku pengurus dan pelatih di optima "mereka ini,jika bertemu bukannya serius akan tetapi saling bercanda dan tertawa".
Kami seperti saudara , bulutangkis perlu hal hal semacam ini , saling mendukung dan mensupport.
Semoga anak anak ini bisa menjadi juara terus menerus di masa masa mendatang
admin
pbmatthewjayaastecjakarta
Tati Sumirah: “Nggak kepikiran duit, yang penting kita menang”
Bulutangkis.com
- Tak banyak pecinta bulutangkis jaman sekarang yang tahu mengenai
sosok seorang Tati Sumirah. Ya dia adalah salah seorang pahlawan tim
Uber Cup Indonesia pada tahun 1975, yang ketika itu menjadi tunggal
kedua setelah Minarni (Alm). Pada saat itu pulalah Indonesia pertama
kali memboyong piala Uber yang digelar di Indonesia (Istora Senayan,
Jakarta).
Pada tanggal 10 November 2012 lalu, tepat pada hari pahlawan, kami berkesempatan mengunjungi kediaman Tati Sumirah (yang akrab kami sapa dengan Bu Tati) di kawasan Waru Doyong, Buaran, Jakarta Timur. Sempat mengalami sedikit kesulitan karena ternyata alamat yang kami miliki terdapat sedikit kekeliruan, namun hal tersebut tidak menghalangi niat kami untuk terus mencari rumah Bu Tati. Setiap orang yang kami temui terus kami tanyai mengenai alamat tersebut. Bahkan kami langsung menyebut nama Bu Tati, namun tak banyak juga warga yang tahu mengenai Tati Sumirah. Akhirnya kami bertanya ke rumah Pak RT setempat dan ditunjukkan jalan oleh Bu RT. Hati lega rasanya ketika kami berhasil menemukan rumah Bu Tati, rasa capek dan teriknya sinar matahari yang membakar tubuh kami rasanya terbayarkan.
Sesampai di rumah Tati Sumirah yang cukup sederhana, kami disapa dengan hangat oleh Bu Tati. Tak ada rasa canggung sedikit pun dari beliau untuk berbagi cerita dengan kami yang baru ia kenal. Beliaupun menyuguhkan kami minuman.
Menurut Tati Sumirah, ia bukanlah sosok yang pandai berbicara di depan publik, oleh sebab itu sebelum kami membuat janji untuk bekunjung ke rumahnya ia sempat bertanya apakah kami adalah wartawan. Pernah juga dia diundang oleh suatu acara Kampus sebuah perguruan tinggi di Jakarta untuk berbagi pengalaman tentang masa kejayaannya namun ia menolak karena dia tidak pandai berbicara kecuali jika ada yang “mancing”.
“Kalo ibu bisa ngomong mungkin gak perlu seperti sekarang, mungkin ibu bisa duduk di PBSI seperti teman-teman lainnya,” ungkapnya. Tampak ada sedikit penyesalan di raut wajahnya.
Tati Sumirah masih hidup lajang sampai sekarang, “Ibu gak pandai ngomong, mungkin itu kali makanya ibu belum berkeluarga,” ungkapnya dengan muka tersenyum. Tati Sumirah tinggal di rumah milik orang tuanya bersama dengan ibunya yang kondisi kesehatannya sudah mulai lemah, serta adik dan keponakan-keponkannya. Rumah yang Ia tempati sekarang sudah berumur 20-an tahun.
Ketika kami menanyakan kepadanya bagaimana awalnya ia bisa menyukai bulutangkis, ia pun bercerita bahwa ketika dia masih SD, dia kenal dengan orang Amerika yang membangun jalan by pass. Ketika ia bermain ke rumah orang Amerika tersebut, ia mendapatkan sebuah majalah yang tergeletak di atas meja yang isinya mengenai liputan bulutangkis, dan orang Amerika tersebut pun bercerita sedikit mengenai bulutangkis yang pada saat itu sangat populer di Amerika. Dari situlah Tati kecil mulai tertarik dengan bulutangkis dan sedikit didorong oleh Ayahnya yang ternyata adalah seorang atlit tinju. Oleh ayahnya, halaman rumah yang dulu berada di daerah Rawamangun dibuatkan sebuah lapangan kecil yang dasarnya masih tanah, dan digaris dengan menggunakan kapur tulis. Jika bermain pada malam hari, Tati kecil dan warga setempat harus menggunakan 4 buah lampu petromaks sebagai penerang.
Tati Sumirah pun mulai mengikuti kejuaraan-kejuaraan antar daerah, pernah suatu hari juara mewakili Jakarta, dari situ lah nama Tati mulai diperhitungkan. Tati Sumirah pun masuk ke PB Tangkas pada umur sekitar 14-15 tahun.
Pengorbanan Tati Sumirah pada pendidikannya patut kita beri “standing applause” karena pada SMP kelas 3, ia bercerita kalau ia tidak lulus SMP karena harus mengikuti PON mewakili DKI Jakarta.
Sekitarumur 20-21 tahun, Ia pun dipanggil masuk ke Pelatnas. Bu Tati pun bercerita sedikit mengenai latihan di Pelatnas jaman dulu. Pelatnas dulu berada di Senayan, yang sekarang menjadi Hotel AtletCentury. Pukul 04.30 pagi ia dan teman-temannya sudah harus bangun, dan pukul 06.00 pagi harus menjalani latihan fisik dengan berlari mengitari lapangan sepak bola Gelora Bung Karno (GBK) dengan pola 8 kali putaran pemanasan, dan dilanjutkan 30 kali putaran untuk atlit putri, serta 40 putaran bagi atlit putra.
Untuk pengiriman pemain ke sebuah turnamen, tidak sembarangan. Para pemain dari Pelatnas maupun Pelatda diseleksi terlebih dahulu, yang terpilih adalah juara seleksi 1 sampai dengan 3. Baru kemudian di berangkatkan untuk turnamen. Salah satu contoh pada masa itu adalah ketiga pemain tersebut didaftarkan sekaligus untuk 3 turnamen yaitu Belanda Terbuka, All England,dan Denmark Terbuka. Berbeda dengan sekarang, dimana atlit yang dikirim adalah atlit-atlit penghuni Pelatnas yang sudah “dijatah” atau atlit-atlit profesional yang dibiayai oleh klub masing-masing.
Ditanya mengenai “musuh” nya, Bu Tati menjawab Margaret Beck asal Inggris. Tati Sumirah gagal menjuarai Kejuaraan Invitasi Dunia pada tahun 1974 setelah di final dikalahkan Margaret Beck asal Inggris. Selain Margaret, pemain Jepang dan Denmark juga merupakan lawan yang cukup berat pada masa itu.
pertandingan paling berkesan menurut Bu Tati adalah pada Asian Games VII di Teheran, Iran. Pada saat itu tim beregu putri Indonesia hanya ditargetkan untuk juara 3, namun tim Indonesia berhasil mengalahkan tim Jepang di Semifinal, dan Tati Sumirah sendiri merupakan salah satu pemain yang berhasil menyumbangkan poin bagi tim Indonesia.
“Wah senangnya minta ampun pas menang, saya langsung lari ke ruang atlit loncatin pembatas untuk kasih tau temen-temen kalo saya menang,” ungkap Bu Tati. Namun, Indonesia gagal di Final dan dikalahkan oleh China. Kala itu, Tati Sumirah diturunkan di tunggal dan dikalahkan oleh Liang Qiuxia.
Kemudian kami pun lanjut bertanya mengenai motivasi menjuarai sebuah turnamen apakah karena hadiah Prize Money? Dia langsung tersenyum lebar karena pada masa itu juara tidak mendapatkan prize money, hanya uang saku dari PBSI dan sebuah piala. “Gak kepikiran duit, yang penting kita menang, rebut medali, lihat bendera Indonesia dan denger Indonesia Raya berkumandang, kita pulang dengan bangga,” ungkapnya.
Tati Sumirah sudah banyak mengikuti turnamen-turnamen di hampir seluruh belahan dunia, mulai dari Asia, Eropa, hingga Australia sudah diikutinya. “Jaman Ibu dulu nggak ada yang namanya Sirnas, makanya Ibu udah pernah keliling dunia tapi belum pernah ke Bali, hehe..” tuturnya dengan gaya khas sederhananya.
“Ibu asyik donk keliling dunia bisa jalan-jalan?” canda kami.
Bagi dia pertandingan ke luar negeri bukanlah untuk jalan-jalan, melainkan untuk bertanding membawa nama bangsa. “Jalan-jalan jarang sih, kalau mau jalan-jalan harus kalah dulu baru bisa jalan, kalau nggak kalah nggak bisa jalan. Tapi ibu jarang sih, paling tersisa satu hari, besokannya udah harus pulang lagi”. Mengenai jalan-jalan dan kalah, Bu Tati mengungkapkan bahwa ia paling cepat ‘angkat koper’ adalah pada babak 4 (quarterfinal). Sungguh pengalaman yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan era sekarang, dimana pemain tunggal putri banyak yang sudah ‘rontok’ pada babak-babak awal. Sampai Ia berhenti dari bulutangkis, rupanya pada masa itu belum ada sistem Ranking BWF. Jadi, penentuan unggulan suatu turnamen berdasarkan hasil pencapaian di beberapa turnamen sebelumnya.
Pada tahun 1981, Tati Sumirah yang pada saat itu baru berusia 28 tahun menyatakan “gantung raket”. Hal ini terjadi karena begitu ketatnya persaingan di Pelatnas. Tati Sumirah sudah mampu dikejar oleh junior di bawahnya seperti Verawaty dan Ivana Lie. Tati Sumirah sudah kurang berprestasi pada masa itu, oleh sebab itu ia sendiri yang menyatakan pensiun dari bulutangkis yang pernah membesarkan namanya. Setelah keluar dari Pelatnas, Tati Sumirah bekerja paruh waktu selama 2 tahun di sebuah apotik sebagai kasir. “Yang punya apotik seneng sama bulutangkis, makanya mau nerima Ibu, padahal ibu nggak bisa apa-apa”, kenangnya. Baru 2 tahun setelah itu, Tati Sumirah bekerja secara full time di apotik tersebut selama 20 tahun hingga tahun 2005 dengan gaji yang kadang tidak mencukupi kebutuhannya.
Tahun 2006, Tati Sumirah mencoba melatih di sebuah klub bulutangkis kecil di wilayah Pekayon, Bekasi selama satu tahun. Kemudian pada Tahun 2007, Tati Sumirah diundang oleh sebuah acara talk show di Metro TV, Kick Andy yang bertemakan Simpati kepada mantan atlit. Setelah melihat tayangan dari talk show tersebut, Rudy Hartono yang juga mantan atlit dan pengusaha mengajak Tati Sumirah untuk bekerja di perusahaan oli Top 1 miliknya di bagian administrasi hingga saat ini. Setiap harinya, Bu Tati berangkat ke tempat kerjanya dengan mengendarai sepeda motor hasil jerih payahnya sendiri. Meski sudah berusia 60 tahun, Bu Tati masih kuat mengendarai sepeda motor setiap hari dari kediamannya di daerah Klender menuju Kemayoran. Ia berangkat pukul 7 pagi, dan baru tiba di rumah sekitar pukul 19.30 malam setiap harinya.
Cerita mengenai sepeda motornya, dulu Bu Tati menggunakan motor Vespa yang didapat dari bonus uang dari PBSI atas keberhasilannya dan teman-temannya merebut piala Uber pertama kali pada tahun 1975. Dari hasil uang bonus tersebut, dibelikan sebuah sepeda motor Vespa. Kemudian setelah ia bekerja di perusahaan milik Rudy Hartono dengan penghasilan yang mendingan, Vespa tersebut ditukar tambah dengan sepeda motor yang lebih baik.
Sambil mendengar kisahnya, kami pun sambil melihat beberapa piala, medali, serta beberapa penghargaan dari Pemerintah yang terpampang di lemarinya yang sudah mulai usang. Belum lama ini, Bu Tati mendapat jaminan asuransi dari MNC Sport. Pernah juga ia menerima sejumlah uang dari Menpora atas jasanya berupa uang untuk dibelikan sebuah rumah dan untuk usaha, namun oleh Bu Tati hanya cukup digunakan untuk mengurus sertifikat rumah yang ia diami sekarang. Melihat ada sedikit keganjalan karena tidak terlihat selembar pun foto ketika Ia masih menjadi atlit, kami pun bertanya apakah ada foto kenang-kenangan ketika ia bermain bulutangkis, ia pun menjawab bahwa tidak ada foto, namun hanya ada satu foto ketika Ia menerima penghargaan Bintang Satu dari mantan presiden Soeharto, namun sayang sekali foto tersebut pun sudah tidak ada karena dipinjam oleh salah seorang wartawan dan tidak dikembalikan hingga kini.
Saat ini, Tati Sumirah sudah tidak terlalu mengikuti perkembangan bulutangkis. Ia tidak begitu tahu mengenai penerus-penerusnya seperti Adrianti Firdasari, Maria Febe, dan lain-lain. Ia hanya tahu nama-nama seperti Taufik Hidayat, Tommy Sugiarto, dan beberapa nama lainnya. Namun, pada perhelatan Thomas-Uber Cup yang lalu, Ia mengaku sempat nonton dan merasa “gregetan” karena baik Tim Thomas maupun Tim Uber, keduanya kalah dari Jepang pada babak quarter final.
“Harusnya pemain dan pelatih itu punya satu hati, baru mainnya bisa enak,” katanya. Kala itu ia mengajak warga di sekitaran rumahnya untuk menonton siaran Thomas-Uber dan memberikan dukungan kepada tim Merah Putih di depan rumahnya dengan mengangkat sebuah TV ke teras rumahnya.
Sebagai seorang mantan pemain bulutangkis, pasti ada rasa rindu untuk berlaga di karpet hijau. Untuk mengusir rasa ridunya tersebut, Bu Tati biasanya bermain dengan bapak-bapak di kantor. “Ibu biasanya main sama bapak-bapak dua lawan satu, bapak-bapak seneng main sama ibu, soalnya ibu suka buat bapak-bapak lari pontang-panting,” akunya.
Di akhir silaturahmi kami, kami pun mengajak jika suatu hari nanti Bu Tati dapat Mabar (Main Bareng) bersama kami. Beliau pun mengiyakan ajakan kami, katanya ia mau melihat permainan kami. Sungguh pengalaman yang luar biasa bagi kami bisa mendengar langsung kisah pahlawan Uber Cup 1975.
Terima kasih Bu Tati untuk waktunya, semoga kita dapat berjumpa lagi dilain kesempatan. (Septiani Lay – Buldoc)
Pada tanggal 10 November 2012 lalu, tepat pada hari pahlawan, kami berkesempatan mengunjungi kediaman Tati Sumirah (yang akrab kami sapa dengan Bu Tati) di kawasan Waru Doyong, Buaran, Jakarta Timur. Sempat mengalami sedikit kesulitan karena ternyata alamat yang kami miliki terdapat sedikit kekeliruan, namun hal tersebut tidak menghalangi niat kami untuk terus mencari rumah Bu Tati. Setiap orang yang kami temui terus kami tanyai mengenai alamat tersebut. Bahkan kami langsung menyebut nama Bu Tati, namun tak banyak juga warga yang tahu mengenai Tati Sumirah. Akhirnya kami bertanya ke rumah Pak RT setempat dan ditunjukkan jalan oleh Bu RT. Hati lega rasanya ketika kami berhasil menemukan rumah Bu Tati, rasa capek dan teriknya sinar matahari yang membakar tubuh kami rasanya terbayarkan.
Sesampai di rumah Tati Sumirah yang cukup sederhana, kami disapa dengan hangat oleh Bu Tati. Tak ada rasa canggung sedikit pun dari beliau untuk berbagi cerita dengan kami yang baru ia kenal. Beliaupun menyuguhkan kami minuman.
Menurut Tati Sumirah, ia bukanlah sosok yang pandai berbicara di depan publik, oleh sebab itu sebelum kami membuat janji untuk bekunjung ke rumahnya ia sempat bertanya apakah kami adalah wartawan. Pernah juga dia diundang oleh suatu acara Kampus sebuah perguruan tinggi di Jakarta untuk berbagi pengalaman tentang masa kejayaannya namun ia menolak karena dia tidak pandai berbicara kecuali jika ada yang “mancing”.
“Kalo ibu bisa ngomong mungkin gak perlu seperti sekarang, mungkin ibu bisa duduk di PBSI seperti teman-teman lainnya,” ungkapnya. Tampak ada sedikit penyesalan di raut wajahnya.
Tati Sumirah masih hidup lajang sampai sekarang, “Ibu gak pandai ngomong, mungkin itu kali makanya ibu belum berkeluarga,” ungkapnya dengan muka tersenyum. Tati Sumirah tinggal di rumah milik orang tuanya bersama dengan ibunya yang kondisi kesehatannya sudah mulai lemah, serta adik dan keponakan-keponkannya. Rumah yang Ia tempati sekarang sudah berumur 20-an tahun.
Ketika kami menanyakan kepadanya bagaimana awalnya ia bisa menyukai bulutangkis, ia pun bercerita bahwa ketika dia masih SD, dia kenal dengan orang Amerika yang membangun jalan by pass. Ketika ia bermain ke rumah orang Amerika tersebut, ia mendapatkan sebuah majalah yang tergeletak di atas meja yang isinya mengenai liputan bulutangkis, dan orang Amerika tersebut pun bercerita sedikit mengenai bulutangkis yang pada saat itu sangat populer di Amerika. Dari situlah Tati kecil mulai tertarik dengan bulutangkis dan sedikit didorong oleh Ayahnya yang ternyata adalah seorang atlit tinju. Oleh ayahnya, halaman rumah yang dulu berada di daerah Rawamangun dibuatkan sebuah lapangan kecil yang dasarnya masih tanah, dan digaris dengan menggunakan kapur tulis. Jika bermain pada malam hari, Tati kecil dan warga setempat harus menggunakan 4 buah lampu petromaks sebagai penerang.
Tati Sumirah pun mulai mengikuti kejuaraan-kejuaraan antar daerah, pernah suatu hari juara mewakili Jakarta, dari situ lah nama Tati mulai diperhitungkan. Tati Sumirah pun masuk ke PB Tangkas pada umur sekitar 14-15 tahun.
Pengorbanan Tati Sumirah pada pendidikannya patut kita beri “standing applause” karena pada SMP kelas 3, ia bercerita kalau ia tidak lulus SMP karena harus mengikuti PON mewakili DKI Jakarta.
Sekitarumur 20-21 tahun, Ia pun dipanggil masuk ke Pelatnas. Bu Tati pun bercerita sedikit mengenai latihan di Pelatnas jaman dulu. Pelatnas dulu berada di Senayan, yang sekarang menjadi Hotel AtletCentury. Pukul 04.30 pagi ia dan teman-temannya sudah harus bangun, dan pukul 06.00 pagi harus menjalani latihan fisik dengan berlari mengitari lapangan sepak bola Gelora Bung Karno (GBK) dengan pola 8 kali putaran pemanasan, dan dilanjutkan 30 kali putaran untuk atlit putri, serta 40 putaran bagi atlit putra.
Untuk pengiriman pemain ke sebuah turnamen, tidak sembarangan. Para pemain dari Pelatnas maupun Pelatda diseleksi terlebih dahulu, yang terpilih adalah juara seleksi 1 sampai dengan 3. Baru kemudian di berangkatkan untuk turnamen. Salah satu contoh pada masa itu adalah ketiga pemain tersebut didaftarkan sekaligus untuk 3 turnamen yaitu Belanda Terbuka, All England,dan Denmark Terbuka. Berbeda dengan sekarang, dimana atlit yang dikirim adalah atlit-atlit penghuni Pelatnas yang sudah “dijatah” atau atlit-atlit profesional yang dibiayai oleh klub masing-masing.
Ditanya mengenai “musuh” nya, Bu Tati menjawab Margaret Beck asal Inggris. Tati Sumirah gagal menjuarai Kejuaraan Invitasi Dunia pada tahun 1974 setelah di final dikalahkan Margaret Beck asal Inggris. Selain Margaret, pemain Jepang dan Denmark juga merupakan lawan yang cukup berat pada masa itu.
pertandingan paling berkesan menurut Bu Tati adalah pada Asian Games VII di Teheran, Iran. Pada saat itu tim beregu putri Indonesia hanya ditargetkan untuk juara 3, namun tim Indonesia berhasil mengalahkan tim Jepang di Semifinal, dan Tati Sumirah sendiri merupakan salah satu pemain yang berhasil menyumbangkan poin bagi tim Indonesia.
“Wah senangnya minta ampun pas menang, saya langsung lari ke ruang atlit loncatin pembatas untuk kasih tau temen-temen kalo saya menang,” ungkap Bu Tati. Namun, Indonesia gagal di Final dan dikalahkan oleh China. Kala itu, Tati Sumirah diturunkan di tunggal dan dikalahkan oleh Liang Qiuxia.
Kemudian kami pun lanjut bertanya mengenai motivasi menjuarai sebuah turnamen apakah karena hadiah Prize Money? Dia langsung tersenyum lebar karena pada masa itu juara tidak mendapatkan prize money, hanya uang saku dari PBSI dan sebuah piala. “Gak kepikiran duit, yang penting kita menang, rebut medali, lihat bendera Indonesia dan denger Indonesia Raya berkumandang, kita pulang dengan bangga,” ungkapnya.
Tati Sumirah sudah banyak mengikuti turnamen-turnamen di hampir seluruh belahan dunia, mulai dari Asia, Eropa, hingga Australia sudah diikutinya. “Jaman Ibu dulu nggak ada yang namanya Sirnas, makanya Ibu udah pernah keliling dunia tapi belum pernah ke Bali, hehe..” tuturnya dengan gaya khas sederhananya.
“Ibu asyik donk keliling dunia bisa jalan-jalan?” canda kami.
Bagi dia pertandingan ke luar negeri bukanlah untuk jalan-jalan, melainkan untuk bertanding membawa nama bangsa. “Jalan-jalan jarang sih, kalau mau jalan-jalan harus kalah dulu baru bisa jalan, kalau nggak kalah nggak bisa jalan. Tapi ibu jarang sih, paling tersisa satu hari, besokannya udah harus pulang lagi”. Mengenai jalan-jalan dan kalah, Bu Tati mengungkapkan bahwa ia paling cepat ‘angkat koper’ adalah pada babak 4 (quarterfinal). Sungguh pengalaman yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan era sekarang, dimana pemain tunggal putri banyak yang sudah ‘rontok’ pada babak-babak awal. Sampai Ia berhenti dari bulutangkis, rupanya pada masa itu belum ada sistem Ranking BWF. Jadi, penentuan unggulan suatu turnamen berdasarkan hasil pencapaian di beberapa turnamen sebelumnya.
Pada tahun 1981, Tati Sumirah yang pada saat itu baru berusia 28 tahun menyatakan “gantung raket”. Hal ini terjadi karena begitu ketatnya persaingan di Pelatnas. Tati Sumirah sudah mampu dikejar oleh junior di bawahnya seperti Verawaty dan Ivana Lie. Tati Sumirah sudah kurang berprestasi pada masa itu, oleh sebab itu ia sendiri yang menyatakan pensiun dari bulutangkis yang pernah membesarkan namanya. Setelah keluar dari Pelatnas, Tati Sumirah bekerja paruh waktu selama 2 tahun di sebuah apotik sebagai kasir. “Yang punya apotik seneng sama bulutangkis, makanya mau nerima Ibu, padahal ibu nggak bisa apa-apa”, kenangnya. Baru 2 tahun setelah itu, Tati Sumirah bekerja secara full time di apotik tersebut selama 20 tahun hingga tahun 2005 dengan gaji yang kadang tidak mencukupi kebutuhannya.
Tahun 2006, Tati Sumirah mencoba melatih di sebuah klub bulutangkis kecil di wilayah Pekayon, Bekasi selama satu tahun. Kemudian pada Tahun 2007, Tati Sumirah diundang oleh sebuah acara talk show di Metro TV, Kick Andy yang bertemakan Simpati kepada mantan atlit. Setelah melihat tayangan dari talk show tersebut, Rudy Hartono yang juga mantan atlit dan pengusaha mengajak Tati Sumirah untuk bekerja di perusahaan oli Top 1 miliknya di bagian administrasi hingga saat ini. Setiap harinya, Bu Tati berangkat ke tempat kerjanya dengan mengendarai sepeda motor hasil jerih payahnya sendiri. Meski sudah berusia 60 tahun, Bu Tati masih kuat mengendarai sepeda motor setiap hari dari kediamannya di daerah Klender menuju Kemayoran. Ia berangkat pukul 7 pagi, dan baru tiba di rumah sekitar pukul 19.30 malam setiap harinya.
Cerita mengenai sepeda motornya, dulu Bu Tati menggunakan motor Vespa yang didapat dari bonus uang dari PBSI atas keberhasilannya dan teman-temannya merebut piala Uber pertama kali pada tahun 1975. Dari hasil uang bonus tersebut, dibelikan sebuah sepeda motor Vespa. Kemudian setelah ia bekerja di perusahaan milik Rudy Hartono dengan penghasilan yang mendingan, Vespa tersebut ditukar tambah dengan sepeda motor yang lebih baik.
Sambil mendengar kisahnya, kami pun sambil melihat beberapa piala, medali, serta beberapa penghargaan dari Pemerintah yang terpampang di lemarinya yang sudah mulai usang. Belum lama ini, Bu Tati mendapat jaminan asuransi dari MNC Sport. Pernah juga ia menerima sejumlah uang dari Menpora atas jasanya berupa uang untuk dibelikan sebuah rumah dan untuk usaha, namun oleh Bu Tati hanya cukup digunakan untuk mengurus sertifikat rumah yang ia diami sekarang. Melihat ada sedikit keganjalan karena tidak terlihat selembar pun foto ketika Ia masih menjadi atlit, kami pun bertanya apakah ada foto kenang-kenangan ketika ia bermain bulutangkis, ia pun menjawab bahwa tidak ada foto, namun hanya ada satu foto ketika Ia menerima penghargaan Bintang Satu dari mantan presiden Soeharto, namun sayang sekali foto tersebut pun sudah tidak ada karena dipinjam oleh salah seorang wartawan dan tidak dikembalikan hingga kini.
Saat ini, Tati Sumirah sudah tidak terlalu mengikuti perkembangan bulutangkis. Ia tidak begitu tahu mengenai penerus-penerusnya seperti Adrianti Firdasari, Maria Febe, dan lain-lain. Ia hanya tahu nama-nama seperti Taufik Hidayat, Tommy Sugiarto, dan beberapa nama lainnya. Namun, pada perhelatan Thomas-Uber Cup yang lalu, Ia mengaku sempat nonton dan merasa “gregetan” karena baik Tim Thomas maupun Tim Uber, keduanya kalah dari Jepang pada babak quarter final.
“Harusnya pemain dan pelatih itu punya satu hati, baru mainnya bisa enak,” katanya. Kala itu ia mengajak warga di sekitaran rumahnya untuk menonton siaran Thomas-Uber dan memberikan dukungan kepada tim Merah Putih di depan rumahnya dengan mengangkat sebuah TV ke teras rumahnya.
Sebagai seorang mantan pemain bulutangkis, pasti ada rasa rindu untuk berlaga di karpet hijau. Untuk mengusir rasa ridunya tersebut, Bu Tati biasanya bermain dengan bapak-bapak di kantor. “Ibu biasanya main sama bapak-bapak dua lawan satu, bapak-bapak seneng main sama ibu, soalnya ibu suka buat bapak-bapak lari pontang-panting,” akunya.
Di akhir silaturahmi kami, kami pun mengajak jika suatu hari nanti Bu Tati dapat Mabar (Main Bareng) bersama kami. Beliau pun mengiyakan ajakan kami, katanya ia mau melihat permainan kami. Sungguh pengalaman yang luar biasa bagi kami bisa mendengar langsung kisah pahlawan Uber Cup 1975.
Terima kasih Bu Tati untuk waktunya, semoga kita dapat berjumpa lagi dilain kesempatan. (Septiani Lay – Buldoc)
Kamis, November 22, 2012
bulutangkis "Never Die"
Matthew jaya astec badminton school indonesia . Kebanggaan bagi kita sebagai warga NKRI karena memiliki segudang atlet bulutangkis yang luar biasa , kita tidak kalah dengan CHINA , karna apa ??
karena mempunyai fasilitas yang mendukung banyak klub klub yang sangat sangat bekerja keras menemukan dan memantau bakat bakat yang berada di pelosok pelosok daerah , dan terus mengasah atlet atletnya dan nantinya akan disumbangkan untuk PB.PBSI.
Semangat dari klub klub yang begitu luar biasa membangun pondasi supaya kokoh dan terus menghasilkan juara juara baik di nasional maupun internasional.
MATTHEW JAYA ASTEC berkomitmen untuk turut serta memberikan warna baru di bulutangkis tanah air , klub yang didirikan tahun lalu ini prestasi nya cukup banyak menorehkan hasil.
maju terus
matthew jaya astec badminton school iondonesia
karena mempunyai fasilitas yang mendukung banyak klub klub yang sangat sangat bekerja keras menemukan dan memantau bakat bakat yang berada di pelosok pelosok daerah , dan terus mengasah atlet atletnya dan nantinya akan disumbangkan untuk PB.PBSI.
Semangat dari klub klub yang begitu luar biasa membangun pondasi supaya kokoh dan terus menghasilkan juara juara baik di nasional maupun internasional.
MATTHEW JAYA ASTEC berkomitmen untuk turut serta memberikan warna baru di bulutangkis tanah air , klub yang didirikan tahun lalu ini prestasi nya cukup banyak menorehkan hasil.
maju terus
matthew jaya astec badminton school iondonesia
Rabu, November 21, 2012
Atlet Bulu Tangkis, Atlet Elit di Indonesia
Di sebuah ruangan setahun lalu, seorang manajer tim salah satu olahraga yang dipersiapkan untuk SEA Games 2011 mengeluhkan
belum keluarnya dana dari pemerintah maupun BUMN sebagai bapak angkat PB tersebut. Beliau mengeluh, wajar karena perjalanan pelatnas cabang olahraga tersebut butuh
hembusan dana bila ingin terus berjalan.
Beberapa kilometer dari tempat itu, suasana di pelatnas Cipayung tampak berjalan biasa saja di waktu yang bersamaan. Latihan terus berjalan normal dan SEA Games 2011 pun seolah bukan sebagai ajang spesial yang sangat mereka nantikan. Para atlet terus
berlatih seperti biasa, penuh keringat dan semangat. Pemandangan satu tahun lalu, dan mungkin akan terjadi lagi dalam persiapan menuju SEA Games 2013, adalah sebuah bukti
bahwa atlet bulu tangkis memiliki tempat istimewa dalam dunia olahraga di Indonesia sejauh ini.
Di saat atlet lainnya menganggap SEA Games sebagai sebuah ajang besar, ajang pembuktian diri, dan ajang mengukir prestasi tertinggi,
standar SEA Games bagi para pebulu tangkis masih dalam level atau taraf yang biasa saja. Spesial memang, namun bukan yang
paling diinginkan, mengingat level dan standar prestasi bagi para pebulu tangkis Indonesia adalah level dunia, bukan terbatas di lingkup Asia Tenggara.
belum keluarnya dana dari pemerintah maupun BUMN sebagai bapak angkat PB tersebut. Beliau mengeluh, wajar karena perjalanan pelatnas cabang olahraga tersebut butuh
hembusan dana bila ingin terus berjalan.
Beberapa kilometer dari tempat itu, suasana di pelatnas Cipayung tampak berjalan biasa saja di waktu yang bersamaan. Latihan terus berjalan normal dan SEA Games 2011 pun seolah bukan sebagai ajang spesial yang sangat mereka nantikan. Para atlet terus
berlatih seperti biasa, penuh keringat dan semangat. Pemandangan satu tahun lalu, dan mungkin akan terjadi lagi dalam persiapan menuju SEA Games 2013, adalah sebuah bukti
bahwa atlet bulu tangkis memiliki tempat istimewa dalam dunia olahraga di Indonesia sejauh ini.
Di saat atlet lainnya menganggap SEA Games sebagai sebuah ajang besar, ajang pembuktian diri, dan ajang mengukir prestasi tertinggi,
standar SEA Games bagi para pebulu tangkis masih dalam level atau taraf yang biasa saja. Spesial memang, namun bukan yang
paling diinginkan, mengingat level dan standar prestasi bagi para pebulu tangkis Indonesia adalah level dunia, bukan terbatas di lingkup Asia Tenggara.
THE RISING STAR DI MATTHEW JAYA
MATTHEW JAYA ASTEC JAKARTA . Bulutangkis saat ini dipentas dunia mengalami penurunan akan tetapi sudah mulai tampak peningkatan dari junior junior kita , mereka terus diasah hingga bisa bersaing dipentas yang lebih tinggi sebut saja simon santoso yang saat ini sudah masuk 5 besar dunia khususnya tunggal putra.
Taufik hidayat adalah the ace nya indonesia tapi saat ini kita masih terus bertanya tanya apakah ada penerusnya 4 king mens single asal indonesia ??
laskar cilik 1
LUIS NIKOLAS PERIDI
bocah cilik ini memiliki prestasi yang baik ditahun 2012 ini , Ia "niko , nama panggilannya mampu menjuaraai turnamen di kejurkot PBSI jakarta barat"
setiap penampilannya mampu menghipnotis banyak penonton disetiap aksinya.
laskar cilik 2
ADAM PUTRA YOSANDI
mengidolakan sang datuk lee chong wei dari malaysia , setiap permainannya menginspirasikan sang idolanya , prestasi ditahun ini sama seperti niko yakni mampu menjadi juara tunggal putra di kejurkot 2012 , semangat dan kecepatan menjadi andalannya , lawan lawan pun kewalahan menghadapi sang lee chong wei dari matthew jaya ini.
laskar cilik 3
TIMOTIUS ELBERT
lin dan adalah idolanya , elbert memiliki gaya permainan yang sulit ditebak oleh setiap lawannya.
laskar cilik 4
JASON CHRIS ALEXANDER
kecil kecil cabe rawit , jason memiliki daya juang serta modals semangat , penempatan bola bolanya pun cukup menyulitkan setiap lawan , murah senyum dan lucu sering kali menjadi bahan guyonan bagi teman temannya dan team pelatih.
inilah 4 laskar cilik yang dimiliki MATTHEW JAYA ASTEC untuk team pusdiklatnya
aksi aksi mereka dapat shabat lihat di youtube dengan kata kunci
bulutangkis di pb.matthew jaya
selamat menyaksikan penampilan mereka
admin
pbmatthewjaya
Taufik hidayat adalah the ace nya indonesia tapi saat ini kita masih terus bertanya tanya apakah ada penerusnya 4 king mens single asal indonesia ??
laskar cilik 1
LUIS NIKOLAS PERIDI
bocah cilik ini memiliki prestasi yang baik ditahun 2012 ini , Ia "niko , nama panggilannya mampu menjuaraai turnamen di kejurkot PBSI jakarta barat"
setiap penampilannya mampu menghipnotis banyak penonton disetiap aksinya.
laskar cilik 2
ADAM PUTRA YOSANDI
mengidolakan sang datuk lee chong wei dari malaysia , setiap permainannya menginspirasikan sang idolanya , prestasi ditahun ini sama seperti niko yakni mampu menjadi juara tunggal putra di kejurkot 2012 , semangat dan kecepatan menjadi andalannya , lawan lawan pun kewalahan menghadapi sang lee chong wei dari matthew jaya ini.
laskar cilik 3
TIMOTIUS ELBERT
lin dan adalah idolanya , elbert memiliki gaya permainan yang sulit ditebak oleh setiap lawannya.
laskar cilik 4
JASON CHRIS ALEXANDER
kecil kecil cabe rawit , jason memiliki daya juang serta modals semangat , penempatan bola bolanya pun cukup menyulitkan setiap lawan , murah senyum dan lucu sering kali menjadi bahan guyonan bagi teman temannya dan team pelatih.
inilah 4 laskar cilik yang dimiliki MATTHEW JAYA ASTEC untuk team pusdiklatnya
aksi aksi mereka dapat shabat lihat di youtube dengan kata kunci
bulutangkis di pb.matthew jaya
selamat menyaksikan penampilan mereka
admin
pbmatthewjaya
dedikasi kami bersama BINUS international school simprug
MATTHEW JAYA ASTEC badminton school INDONESIA . Hari ini adalah hari dimana untuk kegiatan bulutangkis di BINUS INTERNATIONAL SCHOOL berakhir , sekaligus diadakan pertandingan partai ganda yang pasanganannya diundi secara acak dan pembagian hadiah berupa voucher belanja MAP yang diprakarsai oleh INDIRA selaku ketua klub binus international school simpruq badminton .
Acara kecil - kecilan ini mengundang banyak tawa yakni dengan dihadiri miss Alma yang membuat suasana semakin meriah , setiap siswa maupun siswi ditanya oleh miss Alma , bagaimana kesan kesan nya dilatih oleh team dari MATTHEW JAYA ASTEC yang dikepalai oleh YOHANES UPI .
Disamping itu juga diadakan sesi perkenalan oleh Mr zidan yang menyerahkan tugas berikutnya kepada Mr bonny selaku koordinator yang baru untuk tahun ajaran mendatang , dan penyerahan kepemimpinan yang lama ke yang baru yakni INDIRA menyerahkan jabatan kepada Zerlinda , acara pun meriah sekali karna didalam anggota klub maupun koordinator dan pengawas dari kegiatan ini memiliki dukungan dan komitmen yang luar biasa .
Yohanes upi selaku general manager mengatakan "saya , amat mendukung kegiatan ini terus berkelanjutan , bulutangkis di indonesia saat ini mulai menampakkan titik terangnya yakni disektor ganda campuran dan sektor junior kita pun mulai terlihat , buluutangkis never die , kami dari matthew jaya mendedikasikan bulutangkis dan bekerjasama dengan sekolah sekolah untuk menjayakan dan memperkenalkan bulutangkis lagi , supaya generasi kita terus berlanjut , jika bukan kita siapa lagi , tidak lupa saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada BINUS INTERNATIONAL SCHOOL SIMPRUQ yang mendukung dan men support siswa dan siswinya tidak hanya di bidang pelajaran melainkan bidang olahraga , kita tau sekolah international memiliki segudang materi yang terus diberikan kepada siswa dan siswinya tapi saya salut mereka tetap memperhatikan bulutangkis kita di tanah air ini".
tampak disebelah kanan sesi penyerahan ketua klub yang lama ke ketua klub yang baru.
ket : baju hitam Mr.Zidan , Zerlinda dan Indira (paling kanan)
foto bersama : team coach matthew jaya dan team binus international school simprug
admin
pbmatthewjaya
MAJU TERUS BULUTANGKIS DI INDONESIA
Acara kecil - kecilan ini mengundang banyak tawa yakni dengan dihadiri miss Alma yang membuat suasana semakin meriah , setiap siswa maupun siswi ditanya oleh miss Alma , bagaimana kesan kesan nya dilatih oleh team dari MATTHEW JAYA ASTEC yang dikepalai oleh YOHANES UPI .
Disamping itu juga diadakan sesi perkenalan oleh Mr zidan yang menyerahkan tugas berikutnya kepada Mr bonny selaku koordinator yang baru untuk tahun ajaran mendatang , dan penyerahan kepemimpinan yang lama ke yang baru yakni INDIRA menyerahkan jabatan kepada Zerlinda , acara pun meriah sekali karna didalam anggota klub maupun koordinator dan pengawas dari kegiatan ini memiliki dukungan dan komitmen yang luar biasa .
Yohanes upi selaku general manager mengatakan "saya , amat mendukung kegiatan ini terus berkelanjutan , bulutangkis di indonesia saat ini mulai menampakkan titik terangnya yakni disektor ganda campuran dan sektor junior kita pun mulai terlihat , buluutangkis never die , kami dari matthew jaya mendedikasikan bulutangkis dan bekerjasama dengan sekolah sekolah untuk menjayakan dan memperkenalkan bulutangkis lagi , supaya generasi kita terus berlanjut , jika bukan kita siapa lagi , tidak lupa saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada BINUS INTERNATIONAL SCHOOL SIMPRUQ yang mendukung dan men support siswa dan siswinya tidak hanya di bidang pelajaran melainkan bidang olahraga , kita tau sekolah international memiliki segudang materi yang terus diberikan kepada siswa dan siswinya tapi saya salut mereka tetap memperhatikan bulutangkis kita di tanah air ini".
tampak disebelah kanan sesi penyerahan ketua klub yang lama ke ketua klub yang baru.
ket : baju hitam Mr.Zidan , Zerlinda dan Indira (paling kanan)
foto bersama : team coach matthew jaya dan team binus international school simprug
admin
pbmatthewjaya
MAJU TERUS BULUTANGKIS DI INDONESIA
Selasa, November 20, 2012
sejarah berdirinya Bulutangkis.com
Pada awalnya kami adalah sekedar bermain badminton sebagai hobi dan sarana rekreasi saja. Ide membuat website berawal ketika di suatu sore hari pada tanggal 23 September 2003, kami 'berselancar' di dunia maya mencari website olahraga badminton khusus di Indonesia. Akan tetapi saat itu kami tidak ada menemukan satu pun website badminton yang bernuansa Indonesia.
Akhirnya ada sebersit keinginan untuk membuat website badminton yang bernuansa Indonesia. Pertama kami mencari domain yang menggunakan kata 'Badminton' tetapi ternyata hampir tidak ada kata yang tersisa (walau hanya dengan dua kata). Sulit sekali untuk mencari domain yang sederhana dan mudah diingat.
Akhirnya kami mencari domain dengan kata 'Bulutangkis'. Sebuah keberuntungan bahwa domain 'Bulutangkis.com' belum dimiliki oleh siapa pun di tengah belantara perburuan domain cantik. Maka pada tanggal tersebut kami melakukan registrasi domain 'Bulutangkis.com'.
Melanjutkan keinginan awal guna membangun sebuah website ternyata tidak sesederhana ketika kami melakukan registrasi domain Bulutangkis.com. Dengan segala keterbatasan sumber daya yang ada, akhirnya pada bulan Juli 2005 Bulutangkis.com dapat kami rampungkan. Hanya kami masih 'online' secara terbatas. Dan kini, sejak tanggal 26 April 2006 Bulutangkis.com telah online penuh dan hadir menemani Anda berbagi informasi bulutangkis.
Bulutangkis.com tidak hanya sekedar website tapi ingin menjadi portal olahraga khususnya bulutangkis Indonesia. Dan berusaha menjadi 'Portal Bulutangkis Indonesia'.
Saat ini informasi yang ada masih terbatas dan masih terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan komunitas bulutangkis. Kami akan senang sekali bila Anda juga turut berbagi ide dengan kami.
Bulutangkis.com hanyalah sebuah wadah kecil untuk menghimpun dan berbagi informasi seputar bulutangkis untuk para komunitas bulutangkis Indonesia yang terhalang oleh waktu, jarak dan tempat.
Portal ini adalah kontribusi kami untuk komunitas bulutangkis dimana pun Anda berada. Jika saat ini Anda merasa mencintai olahraga bulutangkis dan berkeinginan memajukan bulutangkis Indonesia maka melalui portal ini kami mengundang Anda berbagi informasi bagi dunia bulutangkis di Indonesia.
Silahkan kirimkan informasi kegiatan bulutangkis di lingkungan Anda, juga photo-photo kegiatan Anda saat main bulutangkis atau pun informasi kompetisi bulutangkis. Anda juga dapat bertanya dan berdiskusi apa saja perihal dunia bulutangkis melalui forum diskusi.
Dengan segala kesederhanaan dan kerendahan hati, kami dedikasikan Bulutangkis.com kepada Anda. Jika Anda merasa portal ini begitu sederhana maka dengan segala keterbukaan, kami mengundang Anda untuk memberinya warna baru. Kami tunggu.
Salam Bulutangkis Indonesia!
Bulutangkis.com
Taman Yasmin Sektor VI
Jl. Pinang Perak Raya No. 10
Bogor - 16310
Kontak Email:
admin (at) bulutangkis (dot) com
Find us on Facebook: http://www.facebook.com/bulutangkis.com
We share badminton on Twitter: @Bulutangkiscom
Senin, November 19, 2012
keluarga besar matthew jaya turut berduka cita
Kenangan Terakhir Robby Insan ‘San San’
Ungkapan Dukacita - Keluarga Besar Bulutangkis.com mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Robby Insan ‘San San’ (18 tahun), mantan atlet PB Djarum, putra Keluarga Wahyudi. Almarhum Robby Insan meninggal dunia pada hari Sabtu malam (17 November 2012) di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, setelah berjuang melawan Leukemia yang dideritanya sejak tahun 2010. Jenazah almarhum Robby telah dimakamkan pada hari Minggu, 18 November 2012 di Sukabumi, Jawa Barat.
Semoga almarhum Robby mendapatkan tempat yang layak disisiNya, dan kepada keluarga yang ditinggalkan agar tabah menghadapi cobaan ini. Amin.
sumber : bulutangkis.com
segenap pengurus personil serta keluarga besar MATTHEW JAYA ASTEC
mengucapkan turut berduka cita kepada ROBBY IHSAN.
Lagi-lagi terhenyak..
Hanya dalam sekejap
Air yang semula sangat bersahabat, menggulung segalanya
Aku tak ingin membahas kenapa..
Sudah terlalu banyak air mata hingga mengering
Juga tangis lirih hingga yang tak lagi bisa bersuara
Larut dalam kesedihan, kehilangan, keputusasaan
Aku hanya ekspresikan sebagian rasa yang berkecamuk
Masih dalam suasana keprihatinan dan duka yang dalam
Minggu, November 18, 2012
dukungan penuh dari kami untuk kemajuan bulutangkis
MATTHEW JAYA ASTEC
BADMINTON SCHOOL
JAKARTA
Perkembangan bulutangkis saat ini mulai menunjukkan buah hasil , Kita dapat melihat dari prestasi di sektor ganda campuran saat ini mulai menunjukkan taringnya , hal ini ditunjukkan oleh komitmen sang pelatih beserta atletnya untuk meraih prestasi yaitu menjadi juara diajang pentas dunia .
Perkumpulan Bulutangkis
MATTHEW JAYA ASTEC jakarta terus memberikan support kepada bulutangkis melalui dedikasinya dan perhatian nya terhadap olahraga bulutangkis , ZEE adalah salah satu bagian dari team sponsor dari MATTHEW JAYA yang mendukung penuh kemajuan bulutangkis di indonesia.
Baru baru ini ZEE memberikan dukungannya kepada sekolah BINA BANGSA SCHOOL pik dengan memberikan 700 goodiebag berupa paket susu kepada siswa dan siswi yang bersekolah di BBS pik jakarta.
Ketua umum pb.matthew jaya mengatakan "Kerja sama ini diharapkan dapat berlangsung terus menerus , mengingat bulutangkis saat ini tidak mendominasi seperti era SUSY SUSANTI dan ALAN BUDIKUSUMA , klub kami memiliki visi dan misi yang kuat , mungkin saat ini kami masi melakukan tahap pemolesan , kita lihat 2-3 tahun kedepan"
semangat dan maju terus
MATTHEW JAYA BADMINTON SCHOOL JAKARTA
support by
ASTEC alan dan susy technology
bulutangkis.com
PT.KALBE
adminpbmatthewejaya
BADMINTON SCHOOL
JAKARTA
Perkembangan bulutangkis saat ini mulai menunjukkan buah hasil , Kita dapat melihat dari prestasi di sektor ganda campuran saat ini mulai menunjukkan taringnya , hal ini ditunjukkan oleh komitmen sang pelatih beserta atletnya untuk meraih prestasi yaitu menjadi juara diajang pentas dunia .
Perkumpulan Bulutangkis
MATTHEW JAYA ASTEC jakarta terus memberikan support kepada bulutangkis melalui dedikasinya dan perhatian nya terhadap olahraga bulutangkis , ZEE adalah salah satu bagian dari team sponsor dari MATTHEW JAYA yang mendukung penuh kemajuan bulutangkis di indonesia.
Baru baru ini ZEE memberikan dukungannya kepada sekolah BINA BANGSA SCHOOL pik dengan memberikan 700 goodiebag berupa paket susu kepada siswa dan siswi yang bersekolah di BBS pik jakarta.
Ketua umum pb.matthew jaya mengatakan "Kerja sama ini diharapkan dapat berlangsung terus menerus , mengingat bulutangkis saat ini tidak mendominasi seperti era SUSY SUSANTI dan ALAN BUDIKUSUMA , klub kami memiliki visi dan misi yang kuat , mungkin saat ini kami masi melakukan tahap pemolesan , kita lihat 2-3 tahun kedepan"
semangat dan maju terus
MATTHEW JAYA BADMINTON SCHOOL JAKARTA
support by
ASTEC alan dan susy technology
bulutangkis.com
PT.KALBE
adminpbmatthewejaya
Sabtu, November 17, 2012
yang lolos seleksi dan diluar asrama
PUSDIKLAT MATTHEW JAYA ASTEC BADMINTON SCHOOL
INDONESIA
3.JUBI
ALAMAT SEKRETARIAT : JL . KLINGKIT 2 NO 27
RT 001 / RW 012 CENGKARENG,BOJONG INDAH JAKARTA BARAT POBOX 11740
NO TLP 087883261236 / 0818156749 ATAU 021
60706383 / 021 5816637
PUSDIKLAT NON ASRAMA / NON MESS
Class A (rekomdasi pelatih)
Fasilitas
FREE seragam dan perlengkapan berupa kaos team , celana
team , raket ,tas , kaos kaki dan sepatu dari sponsor.
berupa kaos team , celana team , raket ,tas , kaos kaki dan
sepatu .
dikirim / diberi kesempatan untuk mengikuti kejuaraan
kejuaraan yang sudah diagendakan oleh club.
Medium B
Fasilitas
Untuk mendapatkan seragam dan perlengkapan bertanding dan
berlatih dari sponsor dengan
membayar 50 : 50 (club dan atlet) diwajibkan.
berupa kaos team , celana team , raket ,tas , kaos kaki dan
sepatu .
dikirim / diberi kesempatan untuk mengikuti kejuaraan
kejuaraan yang sudah diagenda
REGULER
Fasilitas
Untuk mendapatkan seragam dan perlengkapan bertanding dan
berlatih dari sponsor dengan
Membeli (diwajibkan)
berupa kaos team , celana team , raket ,tas , kaos kaki dan
sepatu .
dikirim / diberi kesempatan untuk untuk mengikuti kejuaraan kejuaraan yang sudah
diagendakan oleh club
SCHEDULE LATIHAN PUSDIKLAT non ASRAMA / tidak srama (khusus jakarta)
Senin – Jumat PAGI
07.00 – 11.00 (Utama)
Senin – Kamis siang
14.00 – 18.00 (Utama)
Sabtu PAGI
07.00 – 11.00 (tambahan indoor / outdoor)
Untuk latihan penambahan di hari weekend ini
akan dikenakan biaya cas
Untuk pusdiklat mendapatkan pelatihan
langsung oleh
1 YOHANES UPI
2.MUHAMMAD RESTU FIRDAUS3.JUBI
yang lolos seleksi dan tinggal diasrama
PUSDIKLAT MATTHEW JAYA ASTEC BADMINTON SCHOOL
INDONESIA
ALAMAT SEKRETARIAT : JL . KLINGKIT 2 NO 27 RT 001 / RW 012
CENGKARENG,BOJONG INDAH JAKARTA BARAT POBOX 11740
NO TLP 087883261236 / 0818156749
ATAU 021 60706383 / 021 5816637
PUSDIKLAT ASRAMA / MESS
ALL IN
Fasilitas
Cuci pakaian
disediakan asrama
disediakan asrama
Makan sehari hari
Kamar tidur ber – AC
TV didalam kamar
Mendapatkan akomodasi kendaraan antar dan jemput selama
pertandingan (mini bus matthew jaya)
Mendapatkan fasilitas computer di asrama
FREE seragam dan perlengkapan berupa kaos team , celana
team , raket ,tas , kaos kaki dan sepatu dari sponsor.
dikirim untuk mengikuti kejuaraan kejuaraan yang sudah
diagendakan oleh club.
VIP
Fasilitas
Makan sehari hari
disediakan asrama
disediakan asrama
Kamar tidur ber – AC
Mendapatkan fasilitas computer di asrama
Mendapatkan akomodasi kendaraan antar dan jemput selama
pertandingan (mini bus matthew jaya)
Untuk mendapatkan seragam dan perlengkapan bertanding dan
berlatih dari sponsor dengan
membayar 50 : 50 (club dan atlet) diwajibkan.
berupa kaos team , celana team , raket ,tas , kaos kaki dan
sepatu .
dikirim untuk mengikuti kejuaraan kejuaraan yang sudah
diagendakan oleh club.
EXECUTIVE
Fasilitas
Cuci pakaian
disediakan asrama
disediakan asrama
Kamar tidur ber - AC
Mendapatkan fasilitas computer di asrama
Mendapatkan akomodasi kendaraan antar dan jemput selama
pertandingan (mini bus matthew jaya)
Untuk mendapatkan seragam dan perlengkapan bertanding dan
berlatih dari sponsor dengan
Membeli (diwajibkan)
Mendapatkan akomodasi kendaraan antar dan jemput selama
pertandingan (mini bus matthew jaya)
berupa kaos team , celana team , raket ,tas , kaos kaki dan
sepatu .
dikirim untuk mengikuti kejuaraan kejuaraan yang sudah
diagendakan oleh club.
SCHEDULE LATIHAN PUSDIKLAT ASRAMA
Senin – Jumat PAGI
04.30 – 07.30 (Tambahan)
07.45 – 11.00 (Utama)
Senin – Kamis siang
14.00 – 18.00
Sabtu PAGI
07.00 – 11.00 (tambahan indoor / outdoor)
Untuk latihan penambahan di hari weekend ini
TIDAK kenakan biaya cas
Untuk pusdiklat mendapatkan pelatihan
langsung oleh
1 OM ATAW
2 OM DEDDY
3 YOHANES UPI
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
tambahan
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
tambahan
kelas asrama REGULER
Fasilitas
Cuci pakaian
disediakan asrama
disediakan asrama
Kamar tidur ber - AC
Mendapatkan fasilitas computer di asrama
Mendapatkan akomodasi kendaraan antar dan jemput selama
pertandingan (mini bus matthew jaya)
Untuk mendapatkan seragam dan perlengkapan bertanding dan
berlatih dari sponsor dengan
Membeli (diwajibkan)
Mendapatkan akomodasi kendaraan antar dan jemput selama
pertandingan (mini bus matthew jaya)
berupa kaos team , celana team , raket ,tas , kaos kaki dan
sepatu .
dikirim untuk mengikuti kejuaraan kejuaraan yang sudah
diagendakan oleh club.
SCHEDULE LATIHAN PUSDIKLAT ASRAMA
Senin – Jumat PAGI
07.00 – 11.00 (Utama)
Senin – Kamis siang
14.00 – 18.00 (Utama)
Sabtu PAGI
07.00 – 11.00 (tambahan indoor / outdoor)
Untuk latihan penambahan di hari weekend ini
akan dikenakan biaya cas
Jumat, November 16, 2012
ndonesian-born coach helps China to Thomas Cup win
ndonesian-born coach Tang Xianhu was the key to China’s fourth-straight
Thomas Cup men’s badminton team championship in Kuala Lumpur on Sunday,
said a top Chinese shuttler.
Tang, 68, played a pivotal role in the tournament and performed flawlessly, China’s first singles player Lin Dan said.
“[Tang] is my coach, but I also call him grandfather. He is a responsible coach. I was lucky to train under his direction. He not only guided me technically, but taught me about life,” Olympic champion Lin said, as reported by kompas.com.
Tang was courtside whenever Lin played in the tournament. The coach saw Lin overpower his Indonesian rival, Taufik Hidayat, 3-0 in Sunday’s final match.
Tang, previously known as Tong Sinfu, helped Indonesia dominate the badminton world in the 1990s,
Born in Teluk Betung, Lampung, in 1942, Tang later moved to China. He returned to Indonesia in 1986 as a coach and was recruited by the Badminton Association of Indonesia in 1990. He helped Indonesian teams to victories at the Thomas Cup and its women’s equivalent, the Uber Cup, and coached players who won Olympic gold medals and other prestigious titles.
Tang left Indonesia for China in 1998 after the government rejected his request for naturalization.
Tang’s return marked China’s resurgence in badminton world. China has won nine Thomas Cup tournaments.
Tang, 68, played a pivotal role in the tournament and performed flawlessly, China’s first singles player Lin Dan said.
“[Tang] is my coach, but I also call him grandfather. He is a responsible coach. I was lucky to train under his direction. He not only guided me technically, but taught me about life,” Olympic champion Lin said, as reported by kompas.com.
Tang was courtside whenever Lin played in the tournament. The coach saw Lin overpower his Indonesian rival, Taufik Hidayat, 3-0 in Sunday’s final match.
Tang, previously known as Tong Sinfu, helped Indonesia dominate the badminton world in the 1990s,
Born in Teluk Betung, Lampung, in 1942, Tang later moved to China. He returned to Indonesia in 1986 as a coach and was recruited by the Badminton Association of Indonesia in 1990. He helped Indonesian teams to victories at the Thomas Cup and its women’s equivalent, the Uber Cup, and coached players who won Olympic gold medals and other prestigious titles.
Tang left Indonesia for China in 1998 after the government rejected his request for naturalization.
Tang’s return marked China’s resurgence in badminton world. China has won nine Thomas Cup tournaments.
No plans to retire: Li Yongbo
Few figures evoke as much awe and fear as Chinese head coach LI YONGBO.
A former world champion doubles player, Yongbo directs a team that has
no real competition. Usually considered standoffish, he was in good
humour right through the World Badminton Championships last week at
Hyderabad. DEV S SUKUMAR caught up with him for a conversation, interpreted by JAN LIN.
Lin Dan has often been compared to Zhao Jianhua and Yang Yang. You’ve played alongside both. Your take on the three?
You cannot compare across different generations. Each generation has its own great players. Being the head coach of the Chinese badminton team, there must be tremendous pressure on you. During the Beijing Olympics it must have been especially hard…
Of course, as head coach there is a lot of pressure. But I have a great team of coaches and players, so they do help me relieve the stress. I understand my team very well, and I was confident of their strength. When you have such high confidence you don’t feel the pressure.
What is the secret of China’s dominance over other teams?
It’s mainly due to team effort, the feeling that the team is united and competing for a common goal. This brings the attitude of winning. I don’t see that with other teams. They fight more as individuals. In our team everyone is supportive of each other and we are all fighting and winning for the country.
You look very relaxed this time. You have been sitting in the stands all through the tournament…
I want to train our younger coaches, like (former champions) Xia Xuanze and Zhang Ning, I want to give them autonomy to decide on strategies. Besides, the World Championships happen every year. It’s not as grand as the Asian Games or Sudirman Cup or Olympics, which happen once in two or four years.
So you do plan to slowly recede into the background? Are you contemplating retirement?
No, not yet. Actually, I enjoy my role very much. At the moment, we are all happy as a family, so no reason to think of retirement!
You mentioned earlier in the week that you want to think of badminton beyond China. Do you plan to, say, conduct clinics outside China?
Because of all the politics in BWF, it’s very difficult to practically do anything. But within China there are a lot of entrepreneurs who want to do something across the world. So for us right now, the way is to have good individuals who are good ambassadors for the sport. We want them to be good representatives of the game through their behaviour, and this is how we can contribute to the world image of badminton.
What kind of a relationship did you have with the three early greats of Chinese badminton – Hou Chia Chang, Fang Kai Hsiang and Tang Hsien Fu?
Tang Hsien helped discover Lin Dan. I have a lot of respect for him. I was coached by him too, but not for very long.
The Chinese badminton team raised a lot of money for the victims of the Sichuan earthquake. Do you see a higher responsibility for players?
When the earthquake happened, the Chinese community all over the world wanted to do something for the victims, and were very helpful. So especially as a Chinese badminton team coach, I do not want to be recognised for winning championships only, but also as a responsible member of society. That’s why I organised several fund-raising events.
How do you spend time off-court?
I play golf and tennis. I like to sing… I participate in charity singing events and have even brought out CDs of my songs.
Lin Dan has often been compared to Zhao Jianhua and Yang Yang. You’ve played alongside both. Your take on the three?
You cannot compare across different generations. Each generation has its own great players. Being the head coach of the Chinese badminton team, there must be tremendous pressure on you. During the Beijing Olympics it must have been especially hard…
Of course, as head coach there is a lot of pressure. But I have a great team of coaches and players, so they do help me relieve the stress. I understand my team very well, and I was confident of their strength. When you have such high confidence you don’t feel the pressure.
What is the secret of China’s dominance over other teams?
It’s mainly due to team effort, the feeling that the team is united and competing for a common goal. This brings the attitude of winning. I don’t see that with other teams. They fight more as individuals. In our team everyone is supportive of each other and we are all fighting and winning for the country.
You look very relaxed this time. You have been sitting in the stands all through the tournament…
I want to train our younger coaches, like (former champions) Xia Xuanze and Zhang Ning, I want to give them autonomy to decide on strategies. Besides, the World Championships happen every year. It’s not as grand as the Asian Games or Sudirman Cup or Olympics, which happen once in two or four years.
So you do plan to slowly recede into the background? Are you contemplating retirement?
No, not yet. Actually, I enjoy my role very much. At the moment, we are all happy as a family, so no reason to think of retirement!
You mentioned earlier in the week that you want to think of badminton beyond China. Do you plan to, say, conduct clinics outside China?
Because of all the politics in BWF, it’s very difficult to practically do anything. But within China there are a lot of entrepreneurs who want to do something across the world. So for us right now, the way is to have good individuals who are good ambassadors for the sport. We want them to be good representatives of the game through their behaviour, and this is how we can contribute to the world image of badminton.
What kind of a relationship did you have with the three early greats of Chinese badminton – Hou Chia Chang, Fang Kai Hsiang and Tang Hsien Fu?
Tang Hsien helped discover Lin Dan. I have a lot of respect for him. I was coached by him too, but not for very long.
The Chinese badminton team raised a lot of money for the victims of the Sichuan earthquake. Do you see a higher responsibility for players?
When the earthquake happened, the Chinese community all over the world wanted to do something for the victims, and were very helpful. So especially as a Chinese badminton team coach, I do not want to be recognised for winning championships only, but also as a responsible member of society. That’s why I organised several fund-raising events.
How do you spend time off-court?
I play golf and tennis. I like to sing… I participate in charity singing events and have even brought out CDs of my songs.
LAHIR DARI MATTHEW JAYA
Wawancara dengan Jenna Gozali
PB Djarum : Jenna bergabung dengan Oliv (Rufika Olivta) sudah berapa tahun ?
Jenna Gozali : Baru satu tahun.
PB Djarum : Sebelumnya sama siapa?
Jenna Gozali : Delis Yuliana, Dewi, Rani, untuk di ganda campuran saya sekarang berpasangan dengan Ulin (M. Ulinnuha)
PB Djarum : Untuk Jenna, sudah meraih prestasi apa aja dengan pasangan- pasangan tersebut ?
Jenna Gozali : Waduh.. banyak banget, apalagi kalau digabung dengan turnamen- turnamen nasional.
PB Djarum : Ok, kalau turnamen internasional ?
Jenna Gozali : Untuk ganda putri paling terakhir ya, saya berpasangan dengan Oliv berhasil meraih juara pertama dan juara ketiga ganda campuran berpasangan dengan Ulin di Auckland International 2009 New Zealand kemarin (21/06). Lalu, Dutch Junior 2009 juara ketiga ganda putri dan juara pertama ganda campuran. German Junior 2009 berhasil meraih juara kedua ganda campuran.
PB Djarum : Apakah ditempatkan sebagai unggulan di Auckland International kemarin ?
Jenna Gozali : Kami non unggulan, di semifinal kami mengalahkan pasangan unggulan pertama dari tuan rumah, dan dibabak final kami mengalahkan pasangan unggulan 3/4 dari tuan rumah juga.
PB Djarum : Jenna, kamu berpasangan dengan Oliv, lalu siapa yang lebih sering dominan di depan net dan dibelakang.
Jenna Gozali : Biasanya Oliv lebih banyak berfungsi sebagai pemancing di depan net, dan saya men-cover dibelakang
PB Djarum : Usia kamu berapa ?
Jenna Gozali : 19 tahun, dan bergabung di dewasa, baru awal- awal ini.
PB Djarum : Kamu bergabung di Djarum pada tahun berapa ?
Jenna Gozali : Saya bergabung di 2006 pertengahan.
PB Djarum : Kesan kamu bagaimana dengan bergabung di PB Djarum sampai saat ini ?
Jenna Gozali : Kalau klub Djarum tidak seperti klub- klub lain ya.. kalau kita berhasil meraih prestasi di tingkat nasional, Djarum berani memberangkatkan pemain- pemainnya untuk ikut serta di turnamen- turnamen internasional di luar negeri.
PB Djarum : Ok, kamu sudah berapa kali dikirim ke turnamen- turnamen di luar negeri ?
Jenna Gozali : Laos, Thailand, Malaysia, Jerman, Belanda, dan New Zealand, kemarin.
PB Djarum : Kamu lebih senang bermain di ganda putri atau di ganda campuran ?
Jenna Gozali : Lebih senang ganda putri, karena saya sudah biasa meng-cover pemain di belakang. Kalau di ganda campuran, posisi saya khan di-cover. Mungkin karena saya relatif masih baru waktunya untuk bermain di mix.
PB Djarum : Kamu punya rencana di suatu saat nanti, ingin meraih juara di turnamen apa?
Jenna Gozali : Ingin juara di turnamen berkelas dunia, seperti Kejuaraan Dunia, All England, Olimpiade. Kalau Olimpiade saya ingin secepatnya bisa ikut bertanding disana.
PB Djarum : Siapa pemain favorit mu ?
Jenna Gozali : Favorit saya adalah Gao Ling (pemain ganda China), yang berpasangan dengan Zheng Bo jika di ganda campuran.
PB Djarum : Pelatih mu siapa dan apakah dibebani target untuk juara di turnamen tertentu ?
Jenna Gozali : Pelatih saya Denny Kantono. Dia tidak pernah memberikan target, tapi yang penting bagi dia adalah jika bertanding maka saya harus bermain dengan sebaik-baiknya, baik menang ataupun kalah.
PB Djarum : Ok, kalau kamu berangkat ke turnamen di luar negeri punya rasa beban ?
Jenna Gozali : Kadang timbul perasaaan kalau saya tidak berhasil meraih juara, kedepannya saya tidak dikirim lagi keluar negeri. Tapi syukur sekali saya akhirnya bisa meraih hasil yang bagus, seperti di New Zealand kemarin, selain di Dutch Junior dan German Junior.
PB Djarum : Bagaimana perasaan kamu bertanding diluar negeri dan ditonton oleh penonton warga asing ?
Jenna Gozali : Pada dasarnya saya senang ditonton, maksudnya saya ingin menunjukkan kemampuan saya agar saya terus mampu bermain dengan mengeluarkan kemampuan saya yang terbaik.
PB Djarum : Ok, Jenna terimakasih atas waktu yang diberikan, sukses selalu buat kamu. Raih juara selalu untuk kedepannya.
Langganan:
Postingan (Atom)