tulisan berjalan

SELAMAT DATANG di akun media sosial racketbadminton.blogspot.co.id

Senin, Februari 04, 2013

sekolah methdodist SD

SD Methodist
SD Methodist dibentuk pada tahun 1978 dengan tujuan untuk menyediakan sarana pendidikan bagi anak-anak TK Methodist untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. SD Methodist saat ini memiliki jumlah murid 511 orang dari 14 kelas yang ada.
SD Methodist merupakan salah satu SD unggulan di Jakarta Utara dengan selalu mendapat peringkat 5 besar dari sekitar 80 sekolah dasar di Jakarta Utara. SD Methodist juga unggul khususnya dalam bidang studi Bahasa Inggris, Mandarin dan Paduan Suara.
class_edit
Selama lima tahun terakhir ini SD Methodist mengalami perkembangan yang pesat dari segi kualitas yaitu dengan adanya pelajaran matematika dan IPA dalam bahasa inggris (Math dan Science), pelajaran komputer untuk semua kelas, kelas pembentukan karakter, dan intrakurikuler musik.
Selain menekankan kepada ilmu pengetahuan, SD Methodist juga memperhatikan perkembangan kerohanian dari setiap anak didiknya. Setiap tahunnya diadakan retreat untuk anak-anak kelas lima dan enam, acara Happy Day untuk semua kelas, kebaktian kebangunan rohani, dan renungan pagi setiap hari sebelum pelajaran dimulai. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menciptakan pribadi yang bermutu dalam ilmu dan juga dalam iman.
Kegiatan belajar mengajar selain dilakukan di dalam kelas, juga dilakukan dengan metode pengamatan dan praktik lapangan. Beberapa kali SD Methodist mengunjungi Museum Batik untuk melihat secara langsung proses pembuatan batik dan anak-anak diajar untuk mencoba membatik sendiri. SD Methodist pernah juga mengunjungi bandara udara, pabrik Faber Castell dan Pasir Mukti. Di Pasir Mukti anak-anak SD belajar bagaimana menanam padi di sawah, melihat dan membajak sawah, serta memetik buah langsung dari pohonnya. Dalam hal ini anak diajarkan juga untuk melakukan apa yang mereka pelajari dan bukan hanya menghafal. Penyampaian bahan pelajaran juga dilakukan dengan cara yang bervariasi, salah satunya melalui pemutaran film.
act_editBeberapa kali juga SD Methodist melakukan studi banding ke sekolah-sekolah lain seperti Sekolah Dian Harapan, Sekolah Jubilee, Sekolah Bina Bhakti dan Penabur di Bandung dan Sekolah Methodist yang ada di Singapura, Shanghai, Chang De, Chang Sha dan Malaysia untuk menjalin kerjasama dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang baik.
Untuk meningkatkan kualitas guru-gurunya, SD Methodist mengutus guru-gurunya untuk dilatih dan di-training baik di lokal maupun di luar negeri. Dua kali SD kita pernah mengutus guru-guru mandarin ke luar negeri yaitu ke Taiwan (2003) dan Beijing (2006) dan Hunan.
Rencana ke depannya SD Methodist akan menjadi sekolah dasar dengan bahasa pengantar bahasa Inggris yang nantinya akan mengarah kepada SD dengan kualitas nasional plus.
Kepala Sekolah yang pernah mengepalai SD Methodist:
Elvira Thamsir
1978-1980
Oskar
1980-1981
Mery (alm.) 1982-1986
Elvira Thamsir
1987-sekarang

salah satu sekolah yang dibina oleh team dwi jaya badminton coach indonesia

SMP Methodist sejak tahun berdirinya pada 1982 mempunyai komitmen untuk menyediakan pendidikan yang baik bagi siswa, bukan hanya dari segi ilmu tetapi juga dalam karakter dan iman. Dimulai dengan hanya smp2sebuah kelas dengan jumlah siswa 18 orang pada tahun 1982, sekarang SMP Methodist telah memiliki 9 kelas dengan jumlah siswa sekitar 300 orang. SMP Methodist berdiri pertama kali karena SD Methodist yang berdiri lebih dahulu pada tahun 1976 telah meluluskan siswanya di tahun 1982 sehingga sekolah memerlukan wadah untuk menampung siswa yang ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Maka dibangunlah SMP Methodist.
Keberhasilan SMP Methodist menyelenggarakan pendidikan bermutu tidak lepas dari peranan dan dedikasi para guru. Pihak sekolah secara berkala mengadakan program pembinaan bagi para tenaga pengajar, sehingga setiap pengajar di SMP Methodist mampu meningkatkan kualitas diri dan metode pengajarannya.
Untuk membina karakter dan kerohanian siswa, SMP Methodist telah menyediakan wadah seperti Kelompok Kecil, KKR, kelas karakter, dan retreat. Hal ini membuktikan komitmen SMP Methodist yang mempunyai tujuan tidak hanya membekali siswa dengan ilmu pengetahuan namun juga karakter dan sikap serta iman yang teguh kepada Tuhan. Alumni SMP Methodist mempunyai kualitas yang tidak kalah dengan sekolah-sekolah unggulan lainnya.
Sadar akan pentingnya pembinaan dan pengembangan potensi anak didik sejak masa remaja, SMP Methodist menyediakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler sebagai sarana siswa mengembangkan potensi dan bakatnya. smp1Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMP Methodist antara lain: computer, bahasa korea, oriental dance, melukis, drum, futsal dan basket, masing-masing dibimbing oleh guru yang berpengalaman.
SMP Methodist Jakarta merupakan mitra yang tepat untuk mendidik putra-putri anda. Dengan menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang ditunjang oleh sumber daya yang berkualitas, kami berkomitmen mewujudkan visi membentuk peserta didik yang utuh bertumbuh baik dalam bidang akademik maupun dalam iman dan kerohanian.
Dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, yakni dengan LCD projector di tiap kelas serta ruang laboratorium bahasa, fisika, dan biologi para siswa diharapkan dapat memahami pelajaran dengan baik secara teori maupun praktek.
Prestasi SMP Methodist:
prestasismp
Kepala Sekolah yang pernah mengepalai SMP Methodist:
Oskar 1982-1983
Mery (alm.) 1983-1986
Masnawaty 1986-sekarang

ambc team kuda hitam

LIGA PELAJAR matthew jaya sejabodetabek , akan dilaksanakan bulan depan team yang turut serta juga sudah mulai sibuk untuk menseleksi untuk team nya yang akan ikut di liga pelajar 2013 , AMBC patut diwaspadai , karena penampilan mereka sungguh harus amat diperhitungan , berbekal pemain pemain yang berpengalaman dibidangnya AMBC bisa dikatakan sebagai team kuda hitam.

Peta kekuatan AMBC cukup merata , itu team pertama yang harus diwaspadai , kabarnya AMBC kana menurunkan 2 team masing masing sama rata , karna komposisi pemain mereka merata semua.

Tak heran apabila AMBC akan masuk ke babak semifinal , tapi undian belum dilaksanakan jadi kita tunggu saja apakah benar AMBC dikatakans ebagai kuda hitam yang harus diwaspadai !!

(Djarum Superliga) Julianne Schenk Idolakan Susi Susanti

(Surabaya, 4/2/2013) Tunggal putri asal Jerman, Julianne Schenk ternyata mengidolakan Susi Susanti, legenda bulu tangkis Indonesia yang juga peraih medali emas tunggal putri Olimpiade Barcelona 1992. Hal ini diungkapkan Schenk setelah bertanding di babak penyisihan grup Y Djarum Superliga Badminton Indonesia 2013.
Sebagai ujung tombak tim, Schenk hari ini menyelesaikan tugasnya dengan baik dengan menyumbangkan poin pertama bagi tim asal Kudus ini dengan mengalahkan Kana Ito dari Renesas Badminton Club Japan, dengan skor 21-9, 21-14.
 
Saya mengagumi Susi dengan semangatnya yang luar biasa, dia juga mempunyai permainan yang elegan” ujar Schenk, pemain rangking empat dunia ini.
 
Schenk mulai ngefans dengan Susi sejak umur tujuh tahun. Ketika itu ia pernah memberikan sebuah hadiah kepada orangtuanya berupa gambar berisi lapangan bulu tangkis dimana ia sedang bermain melawan Susi.
 
Meskipun sudah lama mengagumi Susi, namun Schenk belum mendapatkan kesempatan untuk bertemu langsung dengan idolanya tersebut. Ia hanya bisa memandang Susi dari televisi. Shcenk rupanya hari ini cukup beruntung, Susi kebetulan sedang berada di DBL Arena. Susi pun dipanggil untuk bersedia bertemu dengan Schenk yang sedang melakukan jumpa pers.
 
Sontak kedatangan Susi membuat Schenk terkejut. Ia pun lantas menghampiri idolanya sejak puluhan tahun itu dan kemudian memeluknya.
 
Rasanya bahagia dan kagum sekali bisa langsung bertemu Susi, dia adalah mantan pemain top” ujar Schenk yang tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya.
 
Hari ini Schenk mendapatkan dua kebahagiaan, pertama berhasil menyumbang poin bagi tim Djarum, kedua, ia bisa bertemu dengan idolanya. Tak lupa ia pun mengabadikan momen tersebut dengan berfoto bersama.
 
Hingga berita ini diturunkan, tengah bertanding partai ketiga antara Tai Tzu Ying melawan Ayumi Mine. Gim pertama diamankan Tzu Ying dengan skor 21-17. Sebelumnya, ganda putri pertama Djarum, Jenna Gozali/Komala Dewi dikalahkan Miyuki Maeda/Reika Kakiiwa, 12-21, 21-18, 11-21.

laskar cilik akan tampil di kejuaraan beregu anak anak

















dari kiri ke kanan :
Timotius elbert , Luis nikolas peridi ,Jason chris alexander dan adam putra yosandi

Laskar cilik MATTHEW JAYA ASTEC badminton school ini akan memperkuat team PBSI cabang jakarta barat serta 2 team putri yakni fadillah nur hidayah dan risda amelia.

suatu kebanggan bagi kami untuk turutserta dalam kejuaraan beregu , target kami berhasil untuk program jangka pendek , smoga program program kami terus berjalan dengan baik.

terima kasih untuk segalanya.


PBSI JAKARTA BARAT diperkuat 6pemain dari matthew jaya astec badminton club

PBSI jakarta barat yang dipimpin oleh ibu hjh.Nina Yaroh , tahun Ini mengirimkan teamnya yang akan berlaga di kejuaraan beregu untuk kategori anak anak , pertandingan yang akan dilaksanakan pada 9 februari mendatang diikuti 5 wilayah yakni PBSI cabang jakarta barat,PBSI cabang jakarta pusat,PBSI cabang jakarta utara,PBSI cabang jakarta timur serta PBSI cabang jakarta selatan.

berikut nama nama team PBSI khusus jakarta barat

Team beregu putra
1M.Rizky Febriansyah (tasha center)
2Adam putra yosandi (matthew jaya astec badminton school)**
3Kent steven Pencha (att ecclesia)
4Timotius elbert (matthew jaya astec badminton school)**
5williwam nathanael (axl)
6Abrar Rizaldi (axl)
7jason chris alexander (matthew jaya astec badminton school)**
8Luis nikolas peridi (matthew jaya astec badminton school)**

Team beregu putri
1yesica fhilia (piramida)
2dhiara diva (piramida)
3risya syahputri(axl)
4hana wahyu (tasha center)
5risda ameli(matthew jaya astec badminton school)**
6fadillah nur hidayah (matthew jaya astec badminton school)**
7ranu kumbolo (abdi karya)
8lidya hartiani (pola yunior)



doakan kami yah !!

nb : ** pemain matthew jaya astec badminton school



badminton never die

Bulutangkis sudah mendunia sejak dulu , banyak orang tua , yang mendukung dan mendambakan putra dan putrinya menjadi pebulutangkis handal di era mendatang.

MATTHEW JAYA astec mengabdikan sepenuhnya untuk kemajuan bulutangkis di tanah air , spirit kami terus membara apa lagi sudah banyak klub klub besar melakukan usaha untuk mempopulerkan kembali bulutangkis di indonesia , kami klub yang berdiri sejak november 2011 ingin memberikan satu tampilan yang baru , untuk turut serta meramaikan perbulutangkisan di indonesia.
Doa kan kami yah sahabat pecinta bulutangkis dimana pun berada.


admin
pbmatthewjaya

Semangat Sony Taklukkan Hayom


Dionysius Hayom Rumbaka jadi pemain pembuka buat PB Djarum Kudus di ajang Djarum Superliga 2013. Sayang, kesempatan itu gagal dimanfaatkan dengan baik oleh Hayom.
Dengan mudahnya, Sony Dwi Kuncoro yang mewakili PB Jaya Raya Suryanaga membabat Hayom. Dalam dua game langsung, Hayom takluk di tangan Sony dengan skor 8-21, 8-21.
"Hayom tidak terlalu fight mainnya. Saat ini saya sudah bangkit dari keterpurukan, tapi saya tidak mau terlena. Yang penting jaga kesehatan," jelas Sony.
Di sisi lain, ganda putra Djarum, Mohammad Ahsan/Afiat Yuris Wirawan juga menelan kekalahan. Rian Agung Saputra/Alvent Yulianto Chandra berhasil mengalahkan mereka dengan skor 21-12, 21-15

sumber :
superliga 2013

best player cilik di matthew jaya astec

Tak kenal , maka tak sayang itulah pepatah yang sering kita dengar , bocah kelahiran jakarta ini baru baru ini mendapatkan penghargaan dari klub matthew , karena penampilan nya yang stabil di tahun 2012 , maka dipililah bocah ini.

prestasi di tahun 2012 cukup men janjikan , apa lagi niko nama panggilnya sangat suka dan mengemari bermain dobel , al hasil sang ayah sudah memfokuskan si kecil ini untuk bertanding lebih fokus serta berlatih ganda.

Setiap event dimanapun niko selalu didampingi oleh mama nya yang setia menemani niko kemanapun dia bertanding.

Niko yang sudah masuk di PUSDIKLAT matthew jaya tidak membanggakan dirinya , dia tetap rendah hati , kebanyakan atlet atlet yang sudah masuk pusdiklat mereka menyombongkan diri , bergaul dengan yang non pusdiklat saja tidak mau karna status mereka , kami disini tidak menerapkan hal demikian , karna kesomboongan sering kali membuat seseorang bisa jatuh.
Matthew jaya astec yang dimotori oleh ALAN BUDIKUSUMA dan SUSY SUSANTI , terus memberikan dukungan kepada MATTHEW JAYA ASTEC jakarta , kami senang adanya perhatian dari sang legendaris di klub kami ujar yohanes upi selaku manager.

bulan ini , kami akan tur ke bali dan melakukan sejumlah uji coba , saya berharap anak anak akan tetap tampil prima dan dalam kondisinya yang terbaik.

admin
pbmatthewjaya astec

Minggu, Februari 03, 2013

kami mengundang AMBC untuk meramaikan LIGA tahun ini

Panitia pelaksana yang dimotori oleh KELLIE KARLINA , untuk meningkatkan kualitas level liga ini turut serta mengundang AMBC yakni Atma Jaya Badminton Club yang akan masuk ke dalam kategori SMA , standar pemain tetap diterapkan agar pertandingan liga tahun ini merata dan seimbang , ketua bidang pemantau peserta liga Yohanes upi "kriteria pemain akan saya terapkan di event ini , supaya semua team yang berlaga di liga pelajar ini semua memiliki kesempatan yang sama".

Liga pelajar yang akan di laksanakan pada bulan maret mendatang yakni 2-3 , akan diikuti sejumlah klub undangan dan dibebaskan untuk sekolah sekolah yang ingin berpartisipasi.


yuk daftarkan team kamu / komunitas kamu

Sabtu, Februari 02, 2013

Alasan Memilih Bulutangkis (kata kita)

cerita masyarakat . belakangan ini saya cukup rajin belajar bermain bulutangkis, setidaknya dua kali seminggu saya ke lapangan. Ya saya lebih suka menyebut diri belajar karena memang kenyataannya saya masih merasa belajar dan belum berani mengatakan diri “bisa”, walaupun kalau dihitung sudah setahun lebih saya mulai mencoba bulutangkis.
Ada beberapa alasan mengapa saya memilih belajar bermain bulutangkis. Saya percaya, jika ingin tetap sehat dan bugar maka olahraga adalah sebuah keharusan. Di antara banyak pilihan olahraga yang bisa saya lakukan, saya akhirnya memilih bulutangkis. Sebenarnya ada pilihan olahraga lain seperti jogging, futsal, volly, bersepeda dan lainnya.
Kalau jogging, bagi saya kurang mengasikkan karena bukan bentuk olahraga permainan. Di samping itu saya biasanya jogging di hari minggu pagi di lapangan Renon atau Lumintang. Berhubung sekarang sudah memiliki anak, maka jogging pun tidak bisa saya lakukan secara maksimal karena di lapangan saya lebih banyak untuk menemani si kecil bermain.
Volly adalah olahraga yang saya gemari sejak SD, di tingkat SMP dan SMA pun saya pernah ikut mewakili sekolah untuk bertanding di tingkat kota. Sayangnya ketika SMP kaki saya sempat patah karena kecelakaan dan itu menghalangi saya untuk maksimal bermain volly. Di samping itu, volly juga butuh lebih banyak orang untuk memainkannya. Satu alasan lagi adalah olahraga volly tidak mungkin dimainkan hingga saya berumur nanti.
Bagaimana dengan futsal? Saya pernah mencoba, tapi sepertinya fisik saya tidak cocok untuk olahraga ini. Selain itu saya kurang suka memainkan olahraga yang beradu fisik secara langsung seperti futsal, basket, dll. Tapi kalau menonton sepakbola, itu lain perkara.
Bersepeda? Ini saya cukup suka, tapi sayangnya sampai saat ini saya belum bisa menyisihkan uang untuk membeli sebuah sepeda. Saya sempat meminjam sepeda milik paman tapi itu tidak bisa saya lakukan terus.
Nah, pilihan terakhir dan paling pas bagi saya adalah bulutangkis. Saya senang memainkannya dan sepertinya saya bisa memainkannya hingga cukup berumur nanti. Tentang biaya, saya cukup membeli sebuah raket (satu lagi dikasi oleh paman). Setiap bermain memang harus membeli (membayar) bola (shuttlecock). Tapi itu tidak masalah bagi saya, karena olahraga memang sebuah bentuk investasi.
Bagaimana dengan anda? Olahraga apa yang biasa anda lakukan?

Rexy Mainaky Akan Hidupkan Kembali Pusdiklat Bulutangkis

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Rexy Mainaky.
Rexy Mainaky Akan Hidupkan Kembali Pusdiklat Bulutangkis
Untuk program jangka pendek, Rexy menargetkan empat turnamen sebagai fokus utama tahun depan. 

Setibanya di tanah air pekan ini, mantan pemain nasional Rexy Mainaky  langsung tancap gas mengisi posisinya sebagai kepala bidang pembinaan  prestasi PBSI periode 2012-2016.

Rexy pun melakukan pembenahan di sana-sini, termasuk menentukan promosi  dan degradasi nama-nama atlet maupun pelatih tahun depan.

Tugas itu  adalah salah satu kewenangan yang dimandatkan Ketua Umum PBSI yang baru,  Gita Wirjawan.

"Nama-namanya ditentukan hari ini," kata Rexy berjanji ketika ditemui  wartawan di pemusatan latihan nasional bulutangkis Cipayung, Jakarta,  Jumat (28/12).

Selain itu, Rexy juga memaparkan program pembinaan jangka pendek bahkan  jangka panjang. Untuk program jangka pendek, Rexy menargetkan empat  turnamen sebagai fokus utama tahun depan, yaitu All England, Piala  Sudirman, Kejuaraan Dunia, dan SEA Games.

Ke depannya, Rexy berharap program pembinaan tiap pemain harus fokus sesuai dengan levelnya, yaitu skuat utama dan pratama.

"Misalnya Simon dan Sony targetnya sudah harus setara Lin Dan dan Lee  Chong Wei. Program simon dan shesar pasti beda," tegas Rexy.

Rexy juga mendesak percepatan peningkatan prestasi pemain muda dengan dukungan sports science.

"Harus disesuaikan. Sports science yang dulu beda dengan sekarang. Untuk  pemain muda, banyak program latihan yang harus diperhatikan agar mereka  jadi pemain yang sustainable," lanjutnya.

Rexy juga meminta Gita agar pusat pendidikan dan latihan seperti yang  ada di Ragunan kembali dihidupkan. Pasalnya, kata Rexy, Cina sudah  melakukan pembinaan sejak usia dini. Proses dimulai dengan melakukan  pencarian bakat ke daerah-daerah untuk merekrut pemain-pemain muda.

Selanjutnya, ada tim riset sendiri untuk mengarahkan pemain menentukan  disiplin nomornya. Mereka lalu akan dipusatkan di suatu tempat yang  didukung dengan fasilitas, termasuk sekolah.

"Di sini pusdiklat malah dihapus. Masuk klub juga akhirnya sekolah  terlantar. Ini membuat orang tua khawatir, karena belum tentu anak-anak  mereka nantinya bisa seperti Taufik Hidayat," tukas Rexy.

"Kalau diizinkan, saya ingin hidupkan kembali pusdiklat," tambah dia yang langsung disetujui Gita.

Terkait tanggung jawab pembinaan dan prestasi, Gita kembali menegaskan semuanya diserahkan kepada Rexy.

"Beliau sudah full time on board. Mungkin Januari akan balik ke Manila untuk menyelesaikan urusan," ujar Gita.

Promosi dan degradasi pemain dan pelatih juga sepenuhya diserahkan kepada Rexy.

"Pemain akan diseleksi sesuai kriteria yang ditentukan. Namun yang  jelas, akan ada wajah baru di 2013 baik di sisi pemain maupun pelatih.  Pelatih bisa mantan pemain Indonesia yang kini di luar negeri," tutur  Gita.

"Kepercayaan penuh kita berikan kepada Rexy, termasuk jadwal pengiriman atlet."
Penulis: Ami Afriatni/Feriawan Hidayat

"Bulutangkis Indonesia Butuh Solusi, Bukan Musuh"

"Bulutangkis Indonesia Butuh Solusi, Bukan Musuh"( sp+ )

TAJAM dan gamblang. Begitulah gaya Lius Pongoh mengkritik PB PBSI. Bukan berusaha mendengar, bos PB PBSI malah emosi. Ada apa dengan PB PBSI?

Sejak memutuskan mundur dari PB PBSI pada Januari 2011, Lius tak lagi banyak bicara soal bulutangkis. Tapi, sekali bicara, ia langsung ke pokok pembahasan. Menukik dan tanpa tedeng aling-aling.

Semua unek-unek soal ketidakberesan di tubuh PB PBSI blak-blakan dibeberkan Lius saat dialog PBSI, legenda bulutangkis lintas generasi, mantan pengurus PBSI, dan Kemennegpora dalam talk show di Metro TV, Selasa (5/6) malam.
Lius bilang bukan mau cari musuh. Ia menegaskan semua demi mencari solusi atas kemunduran prestasi bulutangkis Indonesia.

Lius menyebut ada yang salah dengan PB PBSI. Atas dasar itu pula, ia memilih mengundurkan diri dari PB  PBSI.

Dalam surat pengunduran dirinya, Lius mengaku beberkan secara detail mengapa ia memilih mundur. Itu juga disertakan ajuan solusi atas permasalahan yang selama ini terjadi.

"Kalau biasanya orang cukup 1 lembar membuat surat pengunduran diri, saya butuh 2 lembar. Semua saya tulis di surat itu. Berulang kali saya mencoba mengingatkan Pak Djoko apa yang sebenarnya terjadi, tapi tetap tak didengar," cetus Lius kepada sportiplus.com.

Si Bola Karet, julukan Lius, menggubris soal tumpang tindih tugas yang sejak dulu menggerogoti kepengurusan PB PBSI. Secara langsung, ia menunjuk Fuad Basya (Kasubid Logistik) sebagai orang yang sering mencampuri bidang yang bukan wewenangnya dalam kasus ini.

Lalu, apa saja yang harus dibenahi dalam tubuh PB PBSI? Berikut petikan wawancara dengan Lius:

Menurut Anda, hal mendasar apa saja yang krusial di PB PBSI?
Yang mendasar adalah soal over lapping (tumpang tindih) tugas di PB PBSI. Soal manajerial, Kasubid yang mengurus logistik (Fuad Basya) berbicara soal prestasi. Saya memang blak-blakan.
Dulu zaman saya masih jadi Kabid Binpres, ia bukan pengurus, tapi ia bisa dimasukkan ke dalam rapat pengurus. Yang tidak berkewenangan seharusnya tidak perlu ikut campur. Itu saja sudah bikin kacau. Apalagi sekarang ia ada dalam kepengurusan. Bisa apa? Urus saja soal logistik.
Jangan campuri soal pembinaan prestasi. Sudah ada orang yang yang lebih ahli soal pembinaan prestasi, yaitu Binpres. Terbukti, Hadi Nasri tak tahan dan memutuskan keluar dari PB PBSI kan?

Bagaimana Anda menilai mundurnya Hadi Nasri dari PB PBSI?
Pak Djoko bilang Pak Hadi keluar dengan alasan anaknya sakit dan tidak bisa fokus dalam menjalankan tugas. Pak Hadi itu tertekan. Beliau cerita sama saya. Apa yang saya rasakan dulu saat jadi Kabid Binpres PBSI juga menimpa Pak Hadi.

Orang macam-macam tipenya. Kalau saya bisa ceplas-ceplos berbicara. Mungkin Pak Hadi tidak. Ia diam, bukan berarti tidak tahu apa-apa. Hanya saja tak berani berbicara, padahal ia juga sudah tidak nyaman di PB PBSI. Beda dengan saya yang bisa blak-blakan. Ini bukan berarti saya menantang.

Itu lagu lama PB PBSI. Pak Hadi seperti boneka. Siapa yang tahan? Menurut saya, Pak Hadi orang yang pantas ada di posisi Kabid Binpres. Ia punya pendidikan tinggi dan mengerti soal bulutangkis. Ia juga pernah jadi wakil Pak MF Siregar (alm). Artinya, ia tahu betul apa yang harus dilakukannya.

Bagaimana Anda melihat sosok pelatih asing (Li Mao) di pelatnas?
Sejak memilih ganti pelatih asing, buat saya rekrutmennya salah sejak awal. Pak Djoko malah menantang. Dalam waktu 3 bulan disuruh cetak prestasi emas di Olimpiade. Siapapun juga tidak mungkin bisa. Memang cetak prestasi itu seperti memasak mie instan? Li Mao bisa berbuat apa?

Soal donatur yang ada di belakang Li Mao, itu yang saya sebut tadi (M. Feriansyah). Ia itu siapa? ? Waktu itu dia belum jadi pengurus PB.PBSI sudah iktu campur, sekarang memang dia sudah jadi salah satu pengurus. Kenapa Pak Djoko tidak berani menegur anak buahnya yang suka ikut campur? Ada apa sebenarnya? Itu juga yang saya tidak tahu. Saya bukan mau cari musuh. Toh, saya juga tidak dapat apa-apa dari situ.

Dalam membentuk prestasi, apalagi berskala internasional, tidak hanya membutuhkan uang. Juga butuh komitmen, kenyamanan dalam menjalankan tugas, dan saling memiliki dalam tubuh kepengurusan.

Atas segala kritik pedas Anda, apa sesungguhnya motivasi Anda?
Tujuan kami (legenda bulutangkis nasional) bukan ingin meminta Pak Djoko turun. Kami justru kasihan dengan beliau. Kalau situasinya kondusif, semua pasti berjalan lancar. Kenapa sampai sekarang tidak mau berubah?

Saya tidak mau apa-apa. Diminta jadi pelatih atau pengurus pun saya tidak mau. Kami ini prihatin. Banyak orang yang tidak mengerti soal bulutangkis, tapi ikut berbicara soal pembinaan dan prestasi. Terpenting saat ini adalah bagaimana kita bersama-sama mencari solusi demi membangkitkan kembali prestasi bulutangkis Indonesia. Itu saja.

Saya kesannya paling berani, paling lantang. Toh, saya sudah coba memberitahu kepada Pak Djoko kalau ada yang tidak benar. Saya tahu Pak Djoko marah sama saya. Tapi, semua itu saya lakukan murni untuk kebangkitan prestasi, bukan untuk tujuan lain. Saya tidak cari musuh. Saya tidak cari apa-apa. Kalau tidak didengar, ya sudah. Nothing to lose saja. Saya juga tidak rugi.

Melihat semua hal aneh itu, apa yang harus segera dibenahi di PB PBSI?
PB PBSI harus segera membuat keadaan jadi lebih kondusif. Jangan bilang prestasi bulutangkis Indonesia tidak terpuruk. Saya punya semua data faktualnya. Pembicaraan tadi (dialog bersama PBSI, mantan pengurus, Kemennegpora) belum selesai. Belum ada solusi konkret. Kalau PB PBSI tidak mau berubah, prestasi juga sulit didapat. Kejayaan bulutangkis Indonesia pun tinggal sejarah masa lalu.

sumber
spotiplus.com

Survei 10 Pemain Bulutangkis Indonesia Terhebat sepanjang sejarah

Salah satu fenomena yang terjadi saat ini adalah munculnya berbagai lembaga Survey. Aktivitas survey di tengah masyarakat lebih banyak mengusung tema politik seperti Pilkada dan pemilu serta survey yang berhubungan dengan rating acara televisi. Salah satu acara televisi swasta nasional, Metro TV melalui programnya Metro 10 mengambil tema berbeda pada salah satu episodenya.Metro 10 menayangkan survey pendapat masyarakat tentang 10 atlet bulutangkis terhebat. Tema ini memiliki nuansa tersendiri disaat hiruk pikuk politik di penjuru tanah air tetapi masih ada lembaga yang mau menyelenggarakan survey mengenai olahraga bulutangkis.
Menentukan pebulutangkis Indonesia terhebat sepanjang sejarah tentulah tidak mudah. Apalagi kalau ukuran penentuannya dihitung dari prestasi yang pernah dibuat sang pemain. Jika ditinjau dari sisi masa jaya pemain maka kita akan sepakat bahwa Rudy Hartono yang paling hebat. Dasarnya adalah prestasi Rudy yang menjuarai All England sebanyak delapan kali dimana hal ini tercatat dalam Guinnes Book of Record. Rudy mulai dikenal dunia ketika menjuarai All England tahun 1968 dan menutup prestasi besarnya dengan menjadi Juara Dunia tahun 1980. Berarti Rudy menempatkan dirinya dijajaran atas bulutangkis dunia selama 12 tahun. Mengikuti prestasi Rudy dicatat pasangan ganda putra Tjun Tjun / Johan Wahyudi sebagai pemegang All England enam kali plus juara dunia satu kali. Namun prestasi Rudy, Tjun Tjun dan Johan Wahyudi terasa sedikit kurang karena saat itu tidak mendapat tantangan dari negara raksasa bulutangkis lainnya, China. Kondisi politik Internasional membuat China tidak tergabung dalam organisasi bulutangkis dunia, IBF (Sekarang BWF). Kekurangan lainnya adalah belum dipertandingkannya bulutangkis pada pesta akbar olahraga dunia Olimpiade yang membuat pemain hebat saat itu tidak dapat menunjukkan prestasi di ajang tersebut.
Juara Olimpiade dan juara dunia layak menjadi nominasi pemain terhebat. Dari ajang Olimpiade tercatat nama-nama seperti Alan Budi Kusuma, Susi Susanti, Ricky Subagja, Rexy Mainaky, Chandra Wijaya, Tony Gunawan, Taufik Hidayat, Markis Kido dan Hendra Setiawan. Dari nama-nama tersebut Susi Susanti dan Ricky / Rexy merupakan pemain yang meraih gelar paling banyak dan paling lengkap. Hampir semua turnamen bergengsi selain merekah rengkuh, mulai dari Olimpiade, All England, Jepang Open, Indonesia Open dan Grand Prix Final. Khusus buat Susi, gelarnya terasa kurang lengkap karena gagal meraih medali emas Asian Games. Di ajang kejuaraan dunia, selain nama-nama tersebut diatas layak dikedepankan nama Icuk Sugiarto. Icuk meraih juara dunia tahun 1983 pada saat prestasi bulutangkis Indonesia sedang terpuruk dan kalah pamor dari pendatang baru, China. Diluar nama tersebut masih ada Liem Swie King yang meraih tiga kali juara All England dan Hariyanto Arbi yang dua kali juara All England plus juara dunia.
Pertimbangan-pertimbangan prestasi tentu menjadi ukuran utama dalam memilih pemain terhebat. Tetapi ketika pertanyaan tersebut dilontarkan ke masyarakat umum maka jawabannya akan sangat bervariasi. Minimnya ulasan-ulasan mengenai bulutangkis di media-media besar baik cetak maupun televisi membuat jawaban dari masyarakat pun tertuju kepada sosok yang lebih dikenal. Pada survey yang dilakukan Litbang Media Group yang mengambil sampel di enam kota besar (Jakarta, Medan, Bandung, Yogyakarta, Makasar dan Surabaya) ternyata tertuju pada nama Taufik Hidayat. Pemain yang disebut-sebut sebagai pemain yang memiliki teknik bermain terbaik di dunia ini dipilih oleh 55 % responden. 
Berikut hasil survey yang dikutip dari program metro 10 mengenai 10 pemain terhebat :
1. Taufik Hidayat : dipilih 264 responden

2. Susi Susanti : 214

3. Rudy Hartono : 156

4. Alan Budi Kusuma : 78

5. Liem Swie King : 70

6. Icuk Sugiarto : 40

7. Ricky Subagja : 25

8. Christian Hadinata : 14

9. Sony Dwi Kuncoro : 14

10. Ivana Lie : 11

Dari survey tersebut tidak terlihat nama-nama pembuat sejarah seperti Tan Joe Hoek (Pemain pertama Juara All England), Ferry Sonneville bahkan Tjun Tjun / Johan Wahyudi tidak termasuk didalamnya. Seharusnya survey yang berhubungan dengan prestasi pebulutangkis sebaiknya memilih responden pada kalangan bulutangkis sendiri sehingga jajak pendapatnya lebih akurat. Tetapi bagaimanapun juga survey seperti ini bisa menjadi masukan buat banyak pihak akan minimnya publikasi pemain-pemain hebat negeri ini. Padahal dalam survey episode lainnya mengenai 10 peristiwa yang paling membanggakan bagi masyarakat Indonesia, ternyata yang menempati urutan pertama adalah kemenangan bulutangkis Indonesia di Olimpiade. Peristiwa tersebut mengalahkan peristiwa Proklamasi Kemerdekaan (urutan kedua), reformasi 1998 (urutan delapan) bahkan sumpah pemuda (urutan sepuluh).
Masyarakat melalui sampel yang dipilih ternyata memberikan apresiasi yang tinggi terhadap bulutangkis Indonesia. Sayangnya secara umum masyarakat kita kurang mengenal jagoan-jagoan bulutangkis masa lalu.

So...,menurut anda siapa yang Terhebat ??? berikut alasannya..


Semoga Menghibur dan Bermanfaat, 
Di Poskan Oleh : www.armhando.com .

Tan Joe Hok, Perintis di Pentas Bulu Tangkis.Terasing di Negeri Sendiri

TAN Joe Hok menorehkan sejarah setengah abad lalu. Ia pemain bulu tangkis Indonesia pertama yang menjuarai All England dan meraih medali emas Asian Games. Bersama enam pebulu tangkis lain—Ferry Sonneville, Eddy Yusuf, Olich Solihin, Lie Po Djian, Tan King Gwan, dan Njoo Kim Bie—Tan juga memboyong Piala Thomas untuk pertama kali ke Tanah Air. Kini 72 tahun usianya. Berpuluh tahun menggantungkan raket, Tan berjuang di lapangan yang lain: merobohkan tembok diskriminasi yang membuatnya merasa dipinggirkan sekaligus dilupakan.Di tengah prestasi yang kerontang kini, bulu tangkis Indonesia perlu menengok kembali cerita Tan. Kepada Tempo, ia menuturkan kisah hidupnya yang berwarna. SAYA dilahirkan di zaman yang salah. Tak seperti di zaman kini yang serba tersedia, saya mulai menekuni bulu tangkis pada kondisi yang serba terbatas. Saya tak punya raket, lapangan bulu tangkis bersemen tak ada, untuk berlatih di klub pun harus menempuh jarak yang jauh menggunakan sepeda.. Dan ketika pertama kali ditunjuk sebagai salah satu anggota tim Piala Thomas, saya berangkat ke lapangan udara Kemayoran menggunakan becak.Ini cerita seorang Tan Joe Hok. Mungkin orang hanya tahu saya orang pertama yang menjuarai All England, pada 1959, dan meraih medali emas Asian Games tiga tahun kemudian. Saya dan enam pemain lain juga merebut Piala Thomas untuk pertama kali, pada 1958. Nama saya pun diulas panjang-lebar di majalah Sport Illustrated—majalah olahraga bergengsi di Amerika—ketika saya berusia 22 tahun. Saya disebut sebagai pemain tak terkalahkan. Namun, di balik sukses itu, saya sebenarnya hanya rumput liar yang mesti hidup di segala keadaan.Saya lahir di zaman malaise yang waktu itu baru berakhir. Tepatnya pada 11 Agustus 1937. Saya anak kedua dari enam bersaudara. Ayah saya, Tan Tay Ping (almarhum), bekerja sebagai pedagang tekstil yang harus sering meninggalkan keluarga untuk mencari nafkah. Kondisi ekonomi keluarga kami kekurangan. Untuk membeli beras, kami harus antre. Sejak berumur lima tahun, saya sudah terbiasa antre beras sendirian.Ketika umur saya menginjak enam tahun, pasukan Jepang belum lama masuk Indonesia. Saya masih ingat bagaimana pesawat-pesawat Jepang yang berseliweran di atas kampung kami di Jatiroke, Jatinangor, Sumedang, ditembaki tentara Belanda. Kedatangan Jepang itu membuat hidup kami makin susah. Berkali-kali kami harus mengungsi.Kami pernah tinggal di Tasikmalaya sebelum menetap di Kota Bandung. Di kota itu awalnya kami tinggal di Gang Kote. Di sanalah awalnya saya mengenal bulu tangkis. Saya sering melihat ibu saya, Khoe Hong Nio, bermain bulu tangkis dengan para tetangga di sebuah lapangan di Gang Sutur, tak jauh dari gang rumah saya.Ketika peristiwa Bandung Lautan Api meletus pada 24 Maret 1946, kami harus mengungsi lagi karena perkampungan dibakar. Sampai akhirnya, kami mendiami sebuah rumah di Jalan Ksatrian 15, Cicendo, Bandung. Sebuah rumah amat sederhana berpekarangan luas. Di pekarangan itulah ayah saya membuat lapangan bulu tangkis sederhana, lapangan berdasar tanah dengan garis terbuat dari bambu.Setiap hari lapangan itu tak pernah sepi. Sejak pagi sampai malam, keluarga dan para tetangga bergantian bermain badminton di sana.. Saya, yang waktu itu berusia 13 tahun, cuma jadi anak bawang yang ditugasi membawa kok dan raket. Keseringan menonton membuat minat saya bermain bulu tangkis makin besar. Sayangnya, saya tak punya raket.. Sebagai pengganti raket, saya gunakan kelom (sandal dari kayu) milik ibu saya. Dengan kelom dan kok bekas yang bulunya tinggal tiga lembar, saya sering mengajak pembantu kami, Mang Syarif, bermain badminton bersama.Ternyata banyak yang memuji kemampuan saya bermain bulu tangkis.. Mereka mengatakan gerakan kaki dan tangan saya cepat sekali. Orang yang sudah bermain puluhan tahun pun gampang saya kalahkan. Saya tak mengerti teknik. Tapi, soal gerakan kaki, saya belajar dari pertandingan tinju yang sering saya saksikan di Bandung. Saya sangat terkesan dengan gerak kaki petinju itu. Lalu saya meniru dengan latihan skipping. Sebagai rumput liar, saya yakin, saya pasti bisa bermain bulu tangkis.Suatu hari Lie Tjoe Kong, pemain bulu tangkis Bandung, memuji bakat saya. Dia mengajak saya masuk Blue White, klub bulu tangkis terkuat di Bandung. Blue White inilah cikal-bakal Klub Mutiara yang di masa depan menghasilkan pemain hebat, seperti Christian Hadinata, Imelda Wigoena, dan Ivanna Lie. Saya pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan berlatih saban hari. Saya berlatih sejak pukul lima pagi.Dari Jalan Ksatrian, kami pindah ke Jalan Gedung Sembilan, Pasir Kaliki. Di sana tidak ada lapangan bulu tangkis. Saya harus berlatih di lapangan bulu tangkis PB Pusaka di Jalan Kiara Condong, sekitar lima kilometer dari rumah saya. Meskipun bangunannya terbuat dari bilik, lapangannya cukup bagus karena sudah dipoles semen.Salah satu teman latihan saya di PB Pusaka adalah Tutang Djamaluddin. Setiap akan berlatih bulu tangkis, saya dan Tutang naik sepeda ontel dari rumah masing-masing sambil memegangi raket tak bersarung dan tiga kok yang dibungkus kertas koran. Dari sinilah karier saya sebagai pemain bulu tangkis terus melesat. Berkali-kali saya ikut kejuaraan dan selalu menang. Saat 15 tahun, saya menang di Kejuaraan Bandung.Selanjutnya, saya mulai mengikuti kejuaraan nasional. Dua tahun kemudian, pada 1954, saya jadi juara Indonesia, mengalahkan Njoo Kim Bie, pebulu tangkis dari Surabaya yang saat itu sedang tenar dan terkenal dengan smash-nya yang mematikan. Dua tahun berikutnya, giliran pemain terkenal Eddy Jusuf yang saya kalahkan. Saya juga diundang mengikuti pertandingan di India Timur, Bombay, New Delhi, Calcutta, Ghorapur, dan Jabalpur pada 1957. Saya selalu menang.Dan yang paling tak terlupakan adalah ketika saya, Olich Solihin, Lie Po Djian, Tan King Gwan, dan Njoo Kim Bie terpilih sebagai tim pertama Indonesia untuk merebut Piala Thomas 1958. Kebahagiaan saya makin berlipat ketika akhirnya kami berhasil memboyong piala bergengsi itu. Kemenangan pertama tim Indonesia di Thomas Cup pun disambut meriah dengan tabuhan beduk di masjid, dentingan lonceng di gereja, serta disiarkan di radio. Kami juga diarak dari Jakarta ke Bandung, lewat Puncak. Jalan saya sebagai pemain bulu tangkis kian mulus.*l l l*Ketika menjalani tur ke beberapa kota di India, saya bertemu dengan Ismail bin Mardjan, salah seorang juara ganda All England asal Malaya yang tinggal di Singapura. Ismail tidak hanya menjadi kawan seperjalanan saya, tapi sudah saya anggap sebagai kakak. Kami berkeliling India lebih dari setengah bulan. Ismail memberi saya nasihat: ”Joe Hok, kamu bisa jadi pemain nomor satu di dunia. Berlatihlah lebih giat. Tapi, begitu sudah juara, sebaiknya berhenti. Jangan hidup seperti saya.” Saya tak pernah lupa kata-kata itu.Ketika saya singgah di kediaman Ismail di Singapura, saya menemukan jawaban mengapa Ismail tak mau nasib saya seperti dia. Ismail ternyata hidup dalam kemiskinan. Rumahnya terletak di perkampungan kumuh di dekat kali yang hitam dan berbau. Maklum, Singapura kala itu belum seperti sekarang. Untuk menyambung hidup, dia bekerja sebagai anggota satpam. Melihat kondisi Ismail, saya langsung bertekad tak mau jadi pemain bulu tangkis selamanya. Saya ingin hidup lebih layak.Setelah berturut-turut meraih kemenangan di kejuaraan All England, Kanada, dan Amerika Serikat, saya memutuskan menggantung raket. Saya tak kembali ke Tanah Air, tapi langsung menuju Texas, Amerika. Saya mendapat beasiswa untuk kuliah di Baylor University, jurusan Premedical Major in Chemistry and Biology. Untuk biaya hidup sehari-hari, saya bekerja serabutan. Apa saja saya kerjakan, termasuk menjadi petugas pembersih kampus yang dibayar satu jam 50 sen dolar. Saya bekerja delapan jam agar bisa menyambung hidup. Saat itu untuk makan sekitar satu dolar. Saya mau menjalani pekerjaan itu demi selesainya studi saya. Saya tak ingin nasib saya seperti Ismail.Tapi rupanya panggilan untuk terus bermain bulu tangkis tak bisa diredam. Saat menjalankan studi di Baylor (1959-1963), saya masih sempat pulang untuk mempertahankan Piala Thomas di Jakarta pada 1961 dan di Tokyo pada 1964.. Bahkan, pada 1962, saya juga pulang untuk Asian Games dan menjadi atlet bulu tangkis pertama yang meraih medali emas di arena Asian Games.Saya akhirnya memilih tinggal di Tanah Air dan mengurungkan niat kembali ke Amerika meneruskan studi S-2 saat Presiden Soekarno mencanangkan ”Ganyang Malaysia” dan ”Ganyang Antek Imperialis”. Saya malah sempat main di perbatasan Kalimantan sampai Mempawah, menghibur sukarelawan kita di medan perang. Saya lebih cinta Tanah Air. Saya memilih mengabdi untuk negara saya, Indonesia.Peristiwa Gerakan 30 September mengubah segalanya. Sebagai warga keturunan, saya dan teman-teman mulai mendapat perlakuan berbeda. Kami seperti dianggap bukan bagian dari bangsa ini. Saya bahkan harus mengubah nama saya menjadi Hendra Kartanegara. Saya yang dulu dijunjung tinggi setinggi langit di bawah bendera Merah-Putih harus antre berjam-jam membaur dengan warga Glodok dan daerah lain demi mendapat surat bukti bahwa saya orang Indonesia.Namun saya tak mau larut dalam dendam. Pada 1969, bersama istri dan dua anak, saya meninggalkan Indonesia untuk menjadi pelatih bulu tangkis di Meksiko dan Hong Kong. Saya kembali ke Jakarta pada 1972 dan mendirikan usaha di bidang pest control, jasa pengendalian hama.Toh, panggilan untuk bergelut di bulu tangkis tak pernah hilang. Bersama Tahir Djide, saya menjadi pelatih pelatnas tim Piala Thomas 1984Di final perebutan Piala Thomas di Kuala Lumpur, Malaysia, tim Indonesia, yang terdiri atas Liem Swie King, Hastomo Arbi, Icuk Sugiarto, Christian Hadinata, Hadibowo, dan Kartono, akhirnya sukses mengalahkan Han Jian dan kawan-kawan dari Cina.Sekarang prestasi Indonesia benar-benar memprihatinkan. Saya tidak menyalahkan atlet. Banyak hal yang harus dibenahi. Dulu kami bermain hanya demi kepentingan nasional, tak memikirkan masalah materi. Yang penting bisa membawa nama harum negara. Tapi zaman sudah berubah. Kesejahteraan atlet harus diperhatikan.Kini kita kalah oleh Cina. Mereka memiliki sistem pembinaan yang baku. Kesejahteraan atlet benar-benar diperhatikan sehingga orang tua berbondong-bondong ingin anaknya jadi atlet. Atlet yang sudah tak aktif juga disekolahkan oleh pemerintah. Tidak seperti di Indonesia: setelah tak lagi berprestasi, tak diperhatikan. Banyak yang menjalani hari tua susah dan sakit-sakitan.Saya ingin atlet bulu tangkis memiliki sponsor pribadi. Misalnya dia jadi bintang iklan, maka kontrak iklan itu seluruhnzya buat dia, bukan dibagi-bagi dengan alasan untuk pembinaan. Dulu hal ini dilaksanakan betul. Liem Swie King mengalaminya. Ini memicu para atlet menjadi yang terbaik. Atlet mendapat penghargaan sesuai dengan prestasi yang diraihnya.

Jumat, Februari 01, 2013

Matthew Jaya astec badminton club











Happy birthday LASKAR CILIK


















astec menuju DUNIA














bulutangkis.com - Keputusan Dionysius Hayom Rumbaka memilih ASTEC sebagai sponsor utamanya mengejutkan beberapa penggemar bulutangkis, pasalnya Victor yang merupakan perusahaan peralatan bulutangkis dunia yang menawarkan tawaran lebih tinggi tak meluluhkan hatinya.

Proses bidding sebagian atlet Pelatnas PBSI di Cipayung yang berlangsung Jumat (25/01) kemarin mendapat perhatian hangat para penggemar bulutangkis Indonesia. Info aktual proses bidding diikuti penggemar bulutangkis lewat jejaring sosial Twiiter @broedyanto milik Bambang Roedyanto, Kasubid Hubungan Internasional.

Alan Budikusuma kepada Bulutangkis.com lewat telpon Jumat malam membenarkan bahwa kemarin di Pelatnas ada proses bidding sebagian atlet pelatnas. Dan Alan juga membenarkan bahwa Hayom telah memilih ASTEC sebagai sponsornya untuk masa dua tahun. Selain Hayom, ASTEC juga dipilih pebulutangkis ganda putri, Anneke Feinya Agustin.

“Saya bangga Hayom memilih merk nasional,” ungkap Alan atas pilihan Hayom menggunakan ASTEC. “Salut kepada Hayom yang memiliki nasionalisme yang tinggi,” tambah Alan.

Alan merasa berterima kasih dengan kepengurusan PBSI yang baru yang kini membuka kesempatan perusahaan bulutangkis lain untuk dapat mengontrak pemain pelatnas yang ada. “Saya sangat kecewa dengan kepengurusan lama yang tidak mendengar permintaan kami,” ungkap Alan.

Pada kepengurusan yang lama, ASTEC yang merupakan perusahaan milik Alan Budikusuma dan Susi Susanti sudah berulang kali meminta kesempatan untuk dibuka lelang untuk dapat menjadi sponsor secara terbuka dan fair, akan tetapi tidak pernah didengar. Dengan masuknya Susi Susanti pada kepengurusan yang baru ini ide membuka kesempatan bisa mengontrak pemain pelatnas sepertinya telah didengar.

ASTEC akan menjadi sponsor Hayom yang kini berada di peringkat 26 dunia selama dua tahun. Hayom akan menerima dalam bentuk uang kontrak. Lalu bonus ataupun insentif yang disesuaikan dengan prestasi yang dicapainya. “Bonus untuk turnamen Grand Prix dengan Super Series akan berbeda, beda kelas turname beda bonusnya,” jelas Alan. “Selain itu Hayom tentunya mendapatkan peralatan bulutangkis Astec,” tambah Alan.

Bagi Alan atlet-atlet bulutangkis Indonesia merupakan aset nasional yang harus dihargai dengan layak. “Banyak atlet-atlet muda kita yang perlu kita hargai dengan baik agar memotivasi mereka untuk berprestasi tinggi,” harap Alan Budikusuma yang berkeyakinan prestasi bulutangkis Indonesia bisa lebih baik. (fk)

Yoppy Rosimin : Individual Sponsorship Diharapkan Memotivasi Atlet

(Jakarta, 29/1/2012) Sistem kontrak pemain Pelatnas PBSI mulai tahun ini mengalami perubahan ke sistem individual sponsorship. Artinya tiap pemain bebas menerima tawaran dari para sponsor, pihak sponsor juga memiliki akses ke semua pemain.
Hal ini dijelaskan oleh Yoppy Rosimin, Kasubid Pemasaran dan Sponsorship PBSI di Hotel Kempinski, Selasa (29/1). Sebanyak 12 sponsor yang dilamar PBSI dan delapan diantaranya sudah mengajukan penawaran. Yoppy menyebutkan bahwa beberapa perusahaan aparel seperti Victor, Li Ning, Yonex, Flypower dan Astec telah menemukan kesepakatan nilai kontrak pada sejumlah atlet.
 
“Ide awalnya adalah PBSI memberanikan diri ke pasar agar kompetisi lebih ketat. Atlet pun makin termotivasi untuk memoles diri dengan prestasi, penampilan dan perilaku mereka. Tidak hanya rangking yang menentukan tetapi juga penampilan, prospek dan selera sponsor. Atlet juga harus sadar bahwa prestasi setengah-setengah tidak bisa menjual, harus maksimal.” ujar Yoppy.
 
20 pemain elit lebih dulu melakukan penandatanganan penawaran kontrak pada Jumat (25/1) lalu, sementara sisanya pada Senin (28/1) kemarin. Meskipun telah melewati proses selama dua hari, namun Yoppy mengatakan bahwa masih ada pemain yang hingga kini belum menemukan sponsor yang cocok.
 
“Bagi yang belum menemukan sponsor akan kami jembatani. Ada yang belum diminati sponsor ataupun angkanya belum cocok. Namun sebagian besar sudah, hanya sekitar 20% yang belum” kata Yoppy menambahkan.
 
Sistem pembagian uang kontrak juga beragam, tergantung dari sponsor masing-masing. Ada yang bulanan hingga per- tiga bulan. Berbeda dengan sponsor individu, sponsor tim nasional akan dipilih oleh PBSI. Pada sejumlah pertandingan beregu seperti Piala Sudirman, Piala Thomas-Uber dan World Junior Championships, pemain akan mengenakan aparel timnas yang hingga kini belum diputuskan.

SUMBER
PBSI

PESERTA LIGA PELAJAR 2013

Daftar nama pemain

KATEGORI SD
A.MATTHEW JAYA GARUDA badminton school
1.Nikolas Peridi
2.Jason Chris alexander
3.Leora Lois ivana
4.Fadillah Nur hidayah

B.MATTHEW JAYA RAJAWALI badminton school
1.Jonathan
2.Tosca Tamin
3.Risda Amelia
4.

C.OPTIMA badminton team
1.Laffael
2.Fahrul
3.
4.

D.METHODIST badminton junior Team
1
2
3
4



KATEGORI SMP
A.METHODIST badminton School
1.Richard (putra)
2.Andreas (putra)
3.Grace (putri)
4.Jo Angelica (putri)

B.BINA BANGSA school PIK
1.Adam Putra Yosandi
2.T.elbert
3.
4.



C.PENABUR 6 school JAKARTA
1.
2.
3.
4.


D.pelatcab MATTHEW JAYA badminton school
1.Vicky
2.
3.Jessica
4.Putri





KATEGORI SMA
A.MATTHEW JAYA  badminton school
1.Alit Tanjung
2.Assif
3.Nisa anugerah syam
4.Febby

B.pelatcab MATTHEW JAYA badminton school
1.Hansen
2.Stendy
3.Iren
4.Floren

C.OPTIMA MATTHEWbadminton Team
1.Danny
2.Josua
3.Lidya
4.Lifya

D.BINA BANGSA school PIK
1
2
3
4

E.Methodist badminton Team
1
2
3
4






Kamis, Januari 31, 2013

djarum superliga 2013 , sayang untuk tidak di tonton secara langsung

MJABC.Genderang superliga 2013 sudah di bunyikan , segala persiapan terus ditingkatkan , apa lagi 7 klub dari indonesia dan 5 klub dari dunia ikut meramaikan superliga tahun ini,sahabat pecinta bulutangkis di manapun ayo ikut meramaikan dan saksikan secara langsung superliga tahun ini , kami rasa baik dari segi persaingan lebih sengit , dan disaksikan seluruh masyarakat di indonesia bahkan disiarkan langsung oleh stasiun trans ataupun tv tv luar negeri.

kami mendukung superliga 2013


ayo , saksikan laga para jawara dunia

Rabu, Januari 30, 2013

Lee Chong Wei



Lee Chong Wei



BIOGRAFI
Lee Chong Wei adalah pemain bulu tangkis profesional tunggal putra dari Malaysia. Lee yang berhasil mendapatkan medali perak di Olimpiade Beijing 2008, membuatnya menerima gelar 'Datuk' karena dianggap sebagai pahlawan nasional Malaysia, dimana Malaysia belum pernah mendapat medali lagi sejak Olimpiade 2006.

Lee kecil menyukai basket, akan tetapi karena kekhawatiran ibunya yang melarang Lee untuk melakukan aktifitas di luar rumah, maka Lee beralih untuk berlatih bulu tangkis di usianya yang ke 11. Lee kemudian menarik perhatian seorang pelatih bernama Misbun Sidek. Setelah mendapat restu dari orang tuanya, Lee pun menekuni bulu tangkis lebih serius lagi.

Mantan kekasih pemain bulu tangkis tunggal putri Malaysia, Wong Mew Choo, ini memegang rekor tak terkalahkan di semua turnamen selama tiga tahun, dari 2004 sampai 2006 dan kemenangan lain pada tahun 2008. Ia juga pernah menaklukan juara dunia, Lin Dan dan Taufik Hidayat. Lee sempat mengalami kecelakaan di akhir tahun 2006 yang membuatnya menjalani operasi enam jahitan di kepalanya yang cedera.

Lee dinobatkan sebagai pemain bulu tangkis tunggal putra terbaik di dunia oleh BWF untuk ketiga kalinya secara berturut-turut. Meskipun prestasi Lee di tahun 2011 ini menurun karena hanya dapat menyabet enam gelar juara pertama, akan tetapi ia tetap mampu menunjukkan konsistensinya. Lee sempat memberi kode bahwa ada kemungkinan dia akan pensiun dari dunia bulu tangkis pada musim 2012 mendatang.
PENGHARGAAN
Prestasi:
2011, Juara pertama di French Open
2011, Juara 2 di Denmark Open
2011, Juara 2 di Japan Open
2011, Juara 2 di World Championships
2011, Juara pertama di Indonesia Open
2011, Juara pertama di Malaysia Open Grand Prix Gold -2011, Juara pertama di India Open
2011, Juara pertama di All England Open
2011, Juara 2 di Korea Open
2011, Juara pertama di Malaysia Open
2010, Juara pertama di Super Series Masters Finals
2010, Juara pertama di Hong Kong Open
2010, Juara 2 di Asian Games
2010, Juara pertama di Commonwealth Game
2010, Juara pertama di Japan Open
2010, Juara pertama di Macau Open
2010, Juara pertama di Malaysia Open Grand Prix Gold
2010, Juara pertama di Indonesia Open
2010, Juara pertama di All England Open
2010, Juara pertama di Malaysia Open
2010, Juara pertama di Korea Open
2009, Juara pertama di Super Series Masters Finals
2009, Juara pertama di Hong Kong Open
2009, Juara pertama di Macau Open
2009, Juara pertama di Malaysia Open Grand Prix Gold
2009, Juara pertama di Indonesia Open
2009, Juara pertama di Swiss Open
2009, Juara 2 di All England Open
2009, Juara 2 di Korea Open
2009, Juara pertama di Malaysia Open
2008, Juara pertama di Super Series Masters Finals
2008, Juara 2 di China Open
2008, Juara 2 di Macau Open
2008, Juara 2 di Japan Open
2008, Juara 2 di Olympic Games
2008, Juara pertama di Singapore Open
2008, Juara 2 di Swiss Open
2008, Juara pertama di Malaysia Open
2007, Juara 2 di Hong Kong Open
2007, Juara 2 di China Open
2007, Juara pertama di French Open
2007, Juara pertama di Japan Open
2007, Juara pertama di Philippines Open
2007, Juara pertama di Indonesia Open
2006, Juara 2 di Hong Kong Open
2006, Juara 2 di Macau Open
2006, Juara 2 di Chinese Taipei Open
2006, Juara pertama di Malaysia Open
2006, Juara pertama di Asian Badminton Championships
2006, Juara pertama di Commonwealth Games
2006, Juara pertama di Swiss Open
2005, Juara pertama di Denmark Open
2005, Juara pertama di Malaysia Open
2004, Juara pertama di Chinese Taipei Open
2004, Juara 2 di Singapore Open
2004, Juara pertama di Malaysia Open
2003, Juara pertama di Malaysia Satellite
2003, Juara 2 di Asian Satellite
2003, Juara 2 di Malaysia Open

Penghargaan:
Menjadi National Sportsman 2005
Menjadi Penang Sportsman 2005
Menjadi Penang Sportsman 2007
Menjadi Malaysia's Male Olympian 2008
Menjadi National Sportsman 2008
Menerima penghargaan Sportswriters Association of Malaysia 2008
Menjadi Penang Sportsman 2008
Menjadi Penang Sportsman 2009

Mau Sukses? Ikutin Susi Susanti

Susi Susanti lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Februari 1971. Pemain bulutangkis putri terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia ini ternyata sudah menyukai permainan bulutangkis sejak duduk di bangku SD. Dukungan orangtuanya membuat ia mantap untuk menjadi atlet bulutangkis. Ia pun memulai karir bulutangkis di klub milik pamannya, PB Tunas Tasikmalaya. Setelah berlatih selama 7 tahun di sana dan memenangkan kejuaraan bulutangkis tingkat junior, pada tahun 1985 ia pindah ke Jakarta. Saat itu ia kelas 2 SMP, namun telah berpikir untuk serius di dunia bulutangkis.

Di Jakarta, Susi tinggal di asrama dan bersekolah di sekolah khusus untuk atlet. Pergaulannya terbatas dengan sesama atlet, bahkan pacaran pun dengan atlet pula. Jadwal latihannya pun sangat padat. Enam hari dalam sepekan, Senin s.d. Sabtu mulai dari pukul 07.00 hingga pukul 11.00. Kemudian disambung lagi dari pukul 15 sampai pukul 19.00. Ada aturan tersendiri untuk makan, jam tidur, sampai tentang pakaian. Ia tidak diperbolehkan menggunakan sepatu dengan hak tinggi untuk menghindari kemungkinan keseleo. Untuk berjalan-jalan ke mall pun hanya bisa pada hari Minggu. Itu pun jarang dilakukan karena lelah berlatih.

Untuk menjadi juara ia memang harus selalu disiplin dan konsentrasi. Akhirnya ia pun menyadari dalam meraih prestasi memang perlu perjuangan dan pengorbanan. “Kalau mau santai dan senang-senang terus, mana mungkin cita-cita saya untuk jadi juara bulutangkis tercapai? Sekarang rasanya puas banget melihat pengorbanan saya ada hasilnya. Ternyata benar juga kata pepatah: Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian,” kata Susi mengenang.


 Pada awal kariernya di tahun 1989, Susi sudah berhasil menjadi juara di Indonesian Open. Selain itu berkat kegigihan dan ketekunannya, Susi berhasil turut serta menyumbangkan gelar Piala Sudirman pada tim Indonesia untuk pertama kalinya dan belum pernah terulang sampai saat ini. Setelah itu ia pun mulai merajai kompetisi bulutangkis wanita dunia dengan menjuarai All England sebanyak empat kali (1990, 1991, 1993, 1994) dan menjadi Juara Dunia pada tahun 1993.

Puncak karier Susi bisa dibilang terjadi pada tahun 1992 pada saat ia menjadi juara tunggal putri cabang bulutangkis di Olimpiade Barcelona, 1992. Susi menjadi peraih emas pertama bagi Indonesia di ajang Olimpiade. Uniknya, Alan Budikusuma yang merupakan pacarnya ketika itu, turut menjadi juara di tunggal putra. Mereka berhasil mengawinkan gelar juara tunggal putra dan putri bulutangkis pada Olimpiade Barcelona. Media asing menjuluki mereka sebagai “Pengantin Olimpiade”, sebuah julukan yang terjadi menjadi kenyataan di kemudian hari.

 Susi kembali berhasil meraih medali, kali ini medali perunggu pada Olimpiade 1996 di Atlanta, Amerika Serikat. Selain itu, Susi turut serta menorehkan prestasi dengan merebut Piala Uber tahun 1994 dan 1996 bersama tim Uber Indonesia, gelar yang telah lama lepas dari genggaman srikandi-srikandi kita. Puluhan gelar seri grand prix juga berhasil ia raih sepanjang karirnya.

Saat masih aktif menjadi pemain, Susi selalu berusaha menjadikan dirinya sebagai contoh yang baik bagi pemain lainnya. Ia sangat disiplin terhadap waktu latihan atau pun di luar latihan. Kiprah Susi Susanti di dunia bulutangkis memang luar biasa. Dalam setiap pertandingan, ia selalu menunjukkan sikap yang tenang dan tanpa emosi bahkan pada saat tertinggal jauh perolehan angkanya. Semangatnya yang pantang menyerah selalu berhasil membuat para pendukungnya yakin Susi akan memberikan usaha yang terbaik.

 Walaupun telah puluhan gelar tingkat internasional ia raih, ada satu sikap yang tidak pernah hilang dari diri Susi Susanti. Ia selalu bersikap rendah hati dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Baginya, kekalahan bukanlah akhir dari segalanya, namun justru kesempatan untuk memperbaiki kemampuan dan menghindarkan dari sikap sombong. Sungguh satu sikap yang patut dicontoh oleh para generasi muda bangsa Indonesia.

 Kehidupan Pasca Gantung Raket

Setelah menggantungkan raketnya, Susi memulai kehidupannya dari nol lagi. Suaminya, Alan Budikusuma mencoba berbagai macam jenis usaha, sampai menjadi pelatih di Pelatnas. Untunglah, Susi dan Alan mendapatkan banyak dukungan dari orang-orang terdekatnya. Akhirnya mereka bisa berdiri sendiri dan mempunyai keyakinan untuk membuka usaha sendiri.

Susi akhirnya membuka sebuah toko di ITC Mega Grosir Cempaka Mas yang menjual berbagai macam pakaian asal Cina, Hongkong dan Korea, serta sebagian produk lokal. Usaha ini dilakoninya sambil melaksanakan tugas utamanya sebagai ibu dari 3 orang anak, Lourencia Averina, Albertus Edward, dan Sebastianus Frederick. Selain itu, Susi bersama Alan mendirikan Olympic Badminton Hall di Kelapa Gading sebagai gedung pusat pelatihan bulutangkis. Mereka berdua juga membuat raket dengan merek Astec (Alan-Susi Technology) pada pertengahan tahun 2002.

 Pada bulan Mei 2004, International Badminton Federation (sekarang Badminton World Federation) memberikan penghargaan Hall Of Fame kepada Susi Susanti. Selain Susi, pemain Indonesia lainnya yang memperoleh penghargaan Hall Of Fame antara lain Rudy Hartono Kurniawan, Dick Sudirman, Christian Hadinata, dan Liem Swie King. Susi juga mendapatkan penghargaan Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama dari pemerintah Republik Indonesia atas prestasinya mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.

Kini Susi dan Alan menjalani hari-harinya bersama ketiga putra mereka di rumah nan asri di Komplek Gading Kirana, Jakarta Utara. Mereka masih rutin bermain bulutangkis sampai saat ini, minimal dua kali seminggu untuk menjaga kondisi.

Senin, Januari 28, 2013

Daftar klub & para pemain Djarum Superliga 2013

-----TEAM PUTRA-----

1. PB. JAYA RAYA JAKARTA
- Boonsak Ponsana (Thailand)
- Tanongsak Saensomboonsuk (Thailand)
- Adi Pratama
- Hermansyah
- Hendra Setiawan
- Markis Kido
- Angga Pratama
- Bona Septano
- Agripina Prima Rahmanto
- Joko Riyadi

2. PB. JAYA RAYA SURYANAGA
- Hu Yun (Hong Kong)
- Wo Wing Ki (Hong Kong)
- Sony Dwi Kuncoro
- Fauzi Adnan
- Alvent Yulianto Chandra
- Ryan Agung Saputra
- Cristopher Rusdianto
- Ronald Alexander
- Tri Kusumawardhana

3. PB. MUSTIKA CHAMPION
- Lee Chong Wei (Malaysia)
- Jan O Jorgensen (Denmark)
- Lee Hyun Il (Korea)
- Tommy Sugiarto
- Andreas Adityawarman
- Rian Sukmawan
- Rendra Wijaya
- Sigit Budiarto
- Frans Kurniawan

4. PB. MUTIARA BANDUNG
- Wisnu Yuli Prasetyo
- Andree Marteen Tene
- Febriyani Irvanaldi
- Abraham Yoga Arya W.K
- Ricky Karanda Suwardi
- Hardianto
- Andrei Adistia
- Yohanes Rendy Sugiarto
- Apid Rosidin

 5. PB. DJARUM
- Dionysius Hayom Rumbaka
- Andre K. Tedjono
- Riyanto Subagja
- Shesar Hiren Rhustavito
- Mohammad Ahsan
- Afiat yuris Wirawan
- Berry Angriawan
- Muhammad Ulinnuha
- Praveen Jordan
- Didit Juang Indrianto

6. PB. SGS PLN
- Taufik Hidayat
- Kenici Tago (Jepang)
- Wang Zhengming (China)
- Senatria Agus
- Hendra Aprida Gunawan
- Yonathan Suryatama Dasuki
- Lee Sheng Mu (Chinese Taipei)
- Tsai Chia Hsin (Chinese Taipei)
- Andika Anhar
- Suherlan

7. PB. Tangkas Specs
- Simon Santoso
- Nguyen Tien Minh (Vietnam)
- Alamsyah Yunus
- Evert Sukamta
- Gestano Ganendra
- Bodin Issara (Thailand)
- Maneepong Jongjit (Thailand)
- Marcus Fernaldi
- Wahyu Nayaka
- Nipitphon Puangpuapech
- Nova Widianto

8. Tonami Badminton Club (Jepang)
- Sho Sasaki
- Richi Takeshita
- Sho Zenya
- Noriyasu Hirata
- Hirokatsu Hashimoto
- Takeshi Kamura
- Keigo Sonoda

9. Unisys Badminton Club (Jepang)
- Takuma Ueda
- Kuzuma masasakai
- Yuki kaneko
- Kazushi Yamada
- Takuto Inoue
- Kenichi Hayakawa
- Hiroyuki Endo
- Hiroyuki Saeki
- Ryota Taohata
- Kenta Kazuno

10. Malaysian Tiger Badminton Club
- Chong Wei Feng
- Mohammad Arief Abdul Latief
- Goh Soon Huat
- Daren Liew
- Hoon Tien How
- Tan Wee kiong
- Lim Khim Wah
- Goh V. Shem
- Mohd. LutfiZain Abdul Khalid
- Teo Kok Siang

Daftar klub & para pemain Djarum Superliga 2013

-----TEAM PUTRI-----

1. PB. JAYA RAYA JAKARTA
- Mitani Minatsu (Jepang)
- Busanan Ongbumrungpan (Thailand)
- Adriyanti Firdasari
- Bellaetrix Manuputty
- Greysia Polii
- Pia Zebadiah Bernadeth
- Rizki Amelia Pradipta
- Anneke Feinya Agustin
- Nitya Krishinda Maheswari
- Della Destiara Haris

2. PB. JAYA RAYA SURYANAGA
- Eriko Hirose (Jepang)
- Lindaweni Fanetri
- Ganis Nur Rahmadani
- Tike Arieda Ningrum
- Shizuka Matsuo (Jepang)
- Mami Naito (Jepang)
- Lita Nurlita
- Variella Aprilsasi Putri

3. PB. DJARUM
- Juliane Schenk (Germany)
- Tai Tzu Ying (Chinese Taipei)
- Maria Febe Kusumastuti
- Febby Angguni
- Meiliana Jauhari
- Jenna Gozali
- Komala Dewi
- Gloria Emanuelle Widjaja
- Anissa Saufika
- Vita Marissa

4. PB. MUTIARA BANDUNG
- Porntip Buranaprasertsu­k (Thailand)
- Aprilia Yuswandari
- Hera Desi
- Maziyyah Nadhir
- Hanna Ramadhini
- Tiara Rosalia Nuraidah
- Gebby Ristiani Imawan
- Suci Rizky Andhini
- Melvira Oklamona
- Devi Tika Permatasari

 5. Korean Ginseng Corporation (KGC) Badminton Club (Korea)
- Bae Sung Hee
- Yoo Hyun Young
- Park So Min
- Lee Sa Rang
- Imseul Bi
- Jung Kyung Eun
- Bae Yeon Ju
- Kim Ye Ji

6. Renesas Badminton Club (Jepang)
- Satoko Suetsuna
- Miyuki Maeda
- Reika Kakiiwa
- Kana Ito
- Yui Miyauchi
- Yuki Fukushima
- Ayumi Mine
- Yurika Shirokuchi

7. Unisys Badminton Club (Jepang)
- Nozomi Okuhara (Batal ikut karena Cidera)
- Sayaka Takahashi
- Shizuka uchida
- Aya Ohori
- Misaki Matsutomo
- Ayaka Takahashi
- Masayo Nojrino
- Momoka Kimura
- Naru Shinoya
- Eriko Miki

8. Malaysian Badminton Club
- Tee Jing Yi
- Lydia Li Ya Cheah
- Sonia Su Ya Cheah
- Li Lian Yang
- Amelia Alicia Anscelly
- Soong Fie Choo
- Ng Marylen Poau Leng
- Lai Shevon Jamie
- Vivian Kah Mun Hoo
- Erica Pei Shan Khoo